Faktor Quality Management Penerapan Just In Time di PT. Nippon Indosari Corpindo

64 Aktivitas membawa box adonan ke dalam ruang fermentasi yang letaknya di belakang mesin mixer mengakibatkan terjadinya aktivitas pergerakan bolak-balik. Setelah fermentasi selesai, maka box adonan tersebut dibawa ke mesin devider yang letaknya menjadi cukup jauh dari ruang fermentasi. Untuk memperbaiki tata letak mungkin bukan pekerjaan mudah, namun tetap harus diupayakan untuk menciptakan lini produksi yang kontinu tanpa terdapat gerakan bolak-balik yang merupakan pemborosan. Ruang fermentasi untuk seluruh line sebaiknya mengikuti pola line 1 yang telah berupaya tidak menciptakan gerakan bolak-balik tersebut. Desain sel kerja untuk keseluruhan lantai pabrik PT. Nippon Indosari Corpindo pada umumnya memiliki jarak antar sel kerja yang pendek, kecuali pada sel kerja mixing yang telah dijelaskan sebelumnya. Setiap barang dalam proses WIP tidak akan melalui perjalanan panjang yang merupakan pemborosan. d. Tempat yang kecil untuk persediaaan WIP. Penggunaan ukuran lot yang kecil menyebabkan tidak diperlukannya tempat yang luas untuk persediaan Work In Process WIP. Adonan yang telah difermentasikan dan menunggu untuk diproses di section make up merupakan persediaan WIP yang didiamkan dahulu dalam masa floor time 5 menit. Adonan berukuran kecil dimasukkan ke dalam loyang dan menjadi persediaan WIP untuk proses fermentasi kedua. Setelah proses fermentasi kedua, roti dalam loyang menjadi persediaan WIP menunggu dimasukkan ke dalam oven untuk melalui proses selanjutnya secara kontinu. Dalam setiap tahapan proses tersebut tidak diperlukan tempat persediaan WIP yang luas.

5. Faktor Quality Management

Barang cacat dapat menimbulkan masalah besar dalam lingkungan Just In Time. Jika sejumlah unit produk jadi yang dihasilkan mengandung produk cacat, perusahaan tidak dapat mengirimkan sejumlah barang yang 65 diminta oleh konsumen dan perusahaan harus mengulang kembali proses produksi hanya untuk membuat pengganti produk yang cacat saja. Kondisi ini dapat menimbulkan penundaan dalam pengiriman barang kepada konsumen dan menimbulkan kekecewaan konsumen Agustina dkk, 2007. Dalam faktor quality management diperlukan prinsip-prinsip sistem Just In Time sebagai berikut. a. Pengendalian mutu di setiap tahapan proses. Pengendalian mutu dilakukan mulai dari tingkat pemasok hingga produk dikemas dan siap dipasarkan. Pemasok dituntut untuk memberikan bahan baku dengan kualitas terbaik. Pengendalian mutu selanjutnya dilakukan saat material tiba di gudang pabrik dengan dilakukannya inspeksi terhadap material yang datang. Proses kedatangan bahan baku di PT. Nippon Indosari Corpindo tidak memerlukan birokrasi dan waktu yang lama serta aktivitas pemeriksaan pun cukup sederhana. Hal ini mendukung tindakan pengurangan aktivitas pemeriksaan yang merupakan aktivitas pemborosan. Setiap bahan baku yang datang hanya diperiksa surat jalan No. PO dan jumlah barang, kemudian dibuat Receiving Slip sebagai tanda bukti sudah diterima. Aktivitas pemeriksaan kualitas pada bahan baku yang datang pada umumnya hanya dilakukan dengan memeriksa berat, suhu, bau, dan rasa. Dalam lini produksi, kualitas produk merupakan tanggung jawab operator yang terlibat langsung dalam pembuatan roti sehingga tidak dilakukan inspeksi secara khusus oleh departemen PDQA. Setiap pekerja dalam setiap sel kerja memisahkan bahkan membuang barang yang rusak atau cacat sehingga bagian selanjutnya tidak menerima barang yang rusak. Aktivitas pemeriksaan finished goods dilakukan dengan pengambilan sample saat produk masih berada di lini produksi berjalan atau yang sudah berada dalam krat. Pemeriksaan produk jadi finished goods checking merupakan pemeriksaan terhadap penyimpangan mutu fisik yaitu bentuk: tidak simetris, under proof bentuk kurang dari standar, over proof bentuk lebih dari standar; trimming sisa dari pemotongan kulit roti; warna : gosong, pucat; etiket: kwik lock terlepas, 66 printing tidak tercetak, kemasan rusak; slice potongan roti tawar: jumlah slice, slice terlipat; kotor; big hole lubang besar pada roti; benda asing; serta caving berbentuk huruf V ke dalam. Finished goods yang tidak dapat disimpan terlalu lama masa kadaluarsa 5 hari menyebabkan pemeriksaan kimia dan mikrobiologi sulit dan jarang dilakukan. Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan antara lain pemeriksaan organoleptik : aroma, rasa, tekstur dapat dilakukan setiap hari; pemeriksaan kimia : kadar air dilakukan 2 kali setahun; pemeriksaan mikrobiologi dilakukan 2 kali setahun; dan pemeriksaan campuran logam berat dilakukan optional hanya apabila diperlukan. b. Penggunaan tools untuk mencegah kesalahan poka-yoke. Poka yoke adalah alat anti kesalahan atau anti kebodohan yang membuat seorang operator hampir tidak mungkin membuat kesalahan. Setiap poka yoke memiliki bentuk standar masing-masing yang meringkas masalah yang diatasi, alarm darurat yang akan berbunyi, tindakan yang perlu diambil dalam keadaan darurat, metode dan frekuensi untuk memastikan metode anti kesalahan beroperasi secara benar, dan metode untuk melaksanakan pengecekan kualitas jika metode anti kesalahan macet Liker, 2006. Alat anti kesalahan atau anti kebodohan tidak ditemukan di lantai pabrik PT. Nippon Indosari Corpindo. Material yang datang langsung masuk ke gudang setelah dilakukan pemeriksaan kualitas. Penimbangan dan penyiapan bahan baku hanya menggunakan alat bantu sendok sekop dan timbangan biasa. Sendok sekop bisa menjadi suatu poka yoke jika memiliki ukuran standar sehingga setiap penimbangan mendekati ukuran yang diinginkan, tanpa melebihi atau kurang dari standar tersebut. Pada lini produksi juga tidak ditemukan poka yoke yang dapat menghindarkan kesalahan. Pekerja melakukan pekerjaan tanpa ada alat yang membantu menghindarkan dari kesalahan bekerja. 67 Hal tersebut menujukkan elemen penggunaan alat pencegah kesalahan poke yoke belum diimplementasikan dengan baik. c. Terdapat sinyallampu tanda apabila terjadi masalah Andon. Jidoka juga sering disebut juga autonomation, peralatan dilengkapi dengan intelegensia manusia untuk menghentikan dirinya sendiri ketika ia memiliki masalah kualitas dalam proses. Mencegah masalah untuk dilanjutkan ke proses berikutnya jauh lebih efektif dan lebih murah daripada memeriksa dan memperbaiki masalah kualitas setelah terjadi. Ketika mesin berhenti, lampu yang biasanya bersamaan dengan bunyi alarm disebut Andon, digunakan untuk memberikan sinyal tanda bahwa bantuan diperlukan untuk memecahkan masalah kualitas Liker, 2006. Penggunaan lampu tanda andon di lantai pabrik PT. Nippon Indosari Corpindo terdapat pada mesin pembalik loyang depanning, mesin pengemas packer, dan pendeteksi logam metal detector. Lampu tanda ini akan menyala disertai bunyi alarm apabila terjadi masalah. Pada mesin depanning sering terjadi masalah yaitu roti tidak terlepas dari loyang dengan baik. Lampu andon akan menyala dan meminta operator untuk melepas roti yang masih menempel di loyang secara manual sehingga lini produksi yang terhenti dapat berjalan kembali. Pada mesin packer, masalah yang sering terjadi adalah plastik pengemas etiket tidak mengembung oleh angin sehingga roti tidak dapat masuk ke dalam plastik tersebut. Selain itu, pada mesin metal detector, lampu tanda akan menyala beserta bunyi alarm jika terdapat kandungan logam dalam produk. Suatu masalah dapat diketahui dengan adanya lampu tanda menyala dan alarm berbunyi, namun belum dapat menghentikan lini produksi secara keseluruhan. Setiap masalah harus dengan sangat cepat diselesaikan dikarenakan lini produksi sebelumnya tetap berjalan dan menciptakan penumpukkan bottleneck di titik tersebut yang tidak jarang membuat roti rusak akibat saling bertabrakan. 68 d. Penggunaan Statistical Process Control. Statistical Process Control adalah sebuah teknik statistik yang digunakan secara luas untuk memastikan bahwa proses memenuhi standar. SPC merupakan sebuah proses yang digunakan untuk mengawasi standar, membuat pengukuran, dan mengambil tindakan perbaikan saat sebuah produk sedang diproduksi. Sample dari output yang dihasilkan diuji, jika berada dalam batas yang diperbolehkan, maka proses boleh dilanjutkan, jika jatuh di luar jangkauan tertentu maka proses dihentikan, dan biasanya penyebab akan diteliti dan dihilangkan Heizer dan Render, 2005. Dalam pelaksanaan Total Quality Management TQM, PT. Nippon Indosari Corpindo tidak sepenuhnya menggunakan tujuh alat TQM terutama Statistical Process Control yang direkomendasikan digunakan dalam sistem Just In Time. Alat TQM yang digunakan hanya berupa lembar pengecekan check sheet, diagram sebar scatter diagram, diagram alir flow charts dan untuk mengidentifikasikan masalah menggunakan histogram, sebuah distribusi yang menunjukkan frekuensi kejadian sebuah variabel. Setiap hasil identifikasi masalah disampaikan kepada departemen Produksi untuk dijadikan bahan perbaikan terus menerus continuos improvement.

6. Faktor Preventive Maintenance