Faktor Preventive Maintenance Pemeliharaan rutin harian 0.58622

105 memerlukan beberapa jam atau hari saja, bukan beberapa minggu atau bulan Liker, 2006. Penerapan sistem tarik pull system yang ideal dan umumnya diterapkan perusahaan Jepang adalah sistem dengan teknik yang dibantu dengan suatu tanda atau sinyal yang menunjukkan permintaan dari suatu bagian lini produksi akhir ke bagian sebelumnya. Ketika permintaan konsumen masuk, bagian akhir dari perakitan akan memberikan tanda ke bagian sebelumnya untuk mengirimkan sejumlah bahan yang dibutuhkan pada bagian tersebut. Demikian seterusnya, bagian di belakangnya akan mengirimkan tanda ke bagian yang ada di belakangnya lagi untuk mengirimkan barang setengah jadi sesuai dengan kebutuhan, hingga akhirnya mengirimkan tanda pemesanan kepada pemasok untuk mengirimkan bahan baku yang diperlukan. Tanda tersebut sering disebut dengan istilah kanban. Walaupun penerapan sistem tarik di PT. Nippon Indosari Corpindo tidak menggunakan teknik kanban, namun tetap berdasarkan kepada permintaan aktual konsumen. Setiap produksi dijalankan untuk memproduksi jenis produk yang diminta dan sesuai jumlah yang diminta konsumen untuk segera sampai ke tangan konsumen secara Just In Time.

6. Faktor Preventive Maintenance

Faktor Preventive Maintenance menempati urutan peringkat keenam sebagai faktor penentu kinerja sistem Just In Time dengan bobot 0.05439. Bobot dan peringkat elemen dari faktor tersebut disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Tabel hasil perhitungan peringkat elemen faktor Preventive Maintenance Faktor Bobot Peringkat

1. Pemeliharaan rutin harian 0.58622

1 2. Jadwal pemeliharaan tersusun 0.41378 2 106 a. Pemeliharaan rutin Elemen utama yang menjadi titik perhatian dalam faktor Preventive Maintenance adalah elemen pemeliharaan rutin harian peringkat pertama, bobot 0.58622. Aktivitas maintenance dilakukan oleh sub departemen Teknik yaitu cleaning pembersihan dan pencucian, pelumasan oil and grease, dan preventive maintenance berupa perbaikan kecil untuk mencegah kerusakan. Petugas teknik melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan mesin secara rutin terhadap mesin-mesin sebagai penunjang produksi sesuai dengan jadwal preventive maintenance untuk setiap bagian section produksi. Pemeliharaan rutin harian dilakukan dengan menggunakan checklist harian. Menurut Machfud 2003, diperlukan pandangan manajemen yang lebih strategis dan luas tentang maintenance, yang berimplikasi merancang produk yang dapat dengan mudah diproduksi pada mesin yang ada, merancang mesin yang operasi dan pemeliharaan yang lebih mudah, melatih dan melatih ulang pekerja, serta merancang rencana Preventive Maintenance untuk selama umur mesin. Sedikit waktu untuk melakukan tindakan preventive maintenance akan bermanfaat agar terhindar dari kerusakan mesin machine breakdowns. Selain itu, masalah-masalah dari maintenance dapat diketahui dengan cepat jika pelaksanaannya dikombinasikan dengan program 5S. Menurut Liker 2006, program 5S merangkum serangkaian aktivitas untuk menghilangkan pemborosan yang menyebabkan kesalahan, cacat, dan kecelakaan di tempat kerja. Berikut adalah kelima S tersebut Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi 5R yaitu : 1. Ringkas memilah. Pilahlah barang-barang dan simpan hanya yang diperlukan dan singkirkan yang tidak diperlukan. 2. Rapi menata. Setiap barang memiliki wadah dan setiap wadah ada tempatnya. 107 3. Resik membersihkan. Proses pembersihan seringkali berbentuk pemeriksaan yang mengungkapkan abnormalitas dan kondisi sebelum terjadinya kesalahan yang dapat berdampak buruk terhadap kualitas atau menyebabkan kerusakan pada mesin. 4. Rawat menciptakan aturan. Kembangkan sistem dan prosedur untuk mempertahankan dan memonitor ketiga R yang pertama. 5. Rajin mendisiplinkan diri. Menjaga tempat kerja agar tetap stabil merupakan proses terus menerus dan peningkatan berkesinambungan. Preventive maintenance merupakan sistem terpadu peningkatan kualitas mesin dan peralatan yang bertujuan untuk memaksimalkan efisiensi dan memperpanjang umur mesin dan peralatan. Kerusakan mesin dapat menyebabkan terjadinya penumpukan persediaan pada akhir suatu pusat kerja dan berarti menghambat jalannya produksi secara keseluruhan. Preventive maintenance harus dilaksanakan secara ketat, agar kerusakan dapat dihindarkan. Jadi program pemeliharaan dalam sistem Just In Time mempunyai tujuan utama untuk mencegah terjadinya kerusakan, bukan memperbaiki saat kerusakan terjadi. Berdasarkan supermatriks terbobot weight supermatrix, elemen pemeliharaan rutin harian berkaitan dengan elemen lain seperti jadwal pemeliharaan tersusun bobot pengaruh 0.31499 yang juga merupakan elemen dari faktor preventive maintenance; elemen work cell untuk produk sejenis bobot pengaruh 0.07863 dan jarak antar sel yang pendek bobot pengaruh 0.07863 pada faktor layout; serta elemen pelatihan bobot pengaruh 0.05984 dan pelatihan silang bobot pengaruh 0.17954 yang merupakan elemen dari faktor employee empowerment. Pengaruh terbesar dari setiap elemen tersebut digambarkan pada Gambar 17. Pemeliharaan rutin harian perlu disinkronisasi dengan jadwal pemeliharaan yang telah disusun. Jadwal yang tersusun dengan baik dapat mempengaruhi pelaksanaan pemeliharaan rutin yang dilakukan 108 para pekerja. Penyusunan tata letak sel kerja dengan jarak antar sel yang pendek juga mempengaruhi pemeliharaan rutin harian. Fleksibilitas dalam melakukan pekerjaan mempermudah pemeliharaan rutin secara harian. Selain itu, pelatihan yang diberikan serta adanya pelatihan silang secara langsung maupun tidak langsung menjadi suatu pembelajaran kepada para pekerja untuk memelihara dan merawat mesin dan peralatan yang mereka gunakan. b. Jadwal pemeliharaan yang tersusun Elemen jadwal pemeliharaan yang tersusun menjadi peringkat kedua dengan bobot 0.41378 dalam pelaksanaan sistem Just In Time di PT. Nippon Indosari Corpindo. Sub Departemen Teknik memiliki jadwal maintenance yang sudah tersusun berdasarkan HACCP Plan. Hal ini sangat baik dan diperlukan agar setiap kegiatan maintenance dapat diketahui oleh para pekerja mengenai bagian apa yang perlu dilakukan pemeliharaan, bagaimana caranya, dan berapa kali frekuensi pelaksanaannya. Check list maintenance yang menggunakan frekuensi kegiatan, standard time, dan jadwal preventive maintenance terpadu diperlukan agar penerapan sistem Just In Time semakin baik.

7. Faktor Quality Management