60 Tabel 8. Finished Goods Pareto
No. Item Roti
Kode Unit
Avarage OTF day
1 Roti Tawar Spesial RTS
Pack 66,176.00
28.11 2 Roti Isi Coklat
ICK Pcs
23,576.00 10.01
3 Roti Sobek Coklat TOC
Pcs 15,704.00
6.67 4 Roti Tawar Kupas
RKU Pack
14,340.00 6.09
5 Boti Coklat BCK
Pcs 10,991.00
4.67 6 Roti Sobek Coklat Keju
TCC Pcs
9,651.00 4.10
7 Roti Sobek Coklat Sarikaya TCS
Pcs 7,289.00
3.10 8 Roti Isi Keju
IKJ Pcs
6,513.00 2.77
9 Roti Isi Krim Mocca SRM
Pcs 6,416.00
2.74 10 Roti Sobek Coklat Strawberry TST
Pcs 6,315.00
2.68 Sumber : PPIC PT. NIC
Jadwal campur merata diterapkan dengan memproduksi jenis roti dengan urutan campuran disesuaikan dengan permintaan aktual
finished goods yang harus dikirimkan ke konsumen. Dalam OTF ditentukan kebutuhan material jenis roti yang perlu diproduksi untuk
memenuhi permintaan tersebut. Sebagai ilustrasi, pada pukul 15.00 WIB harus dikirimkan produk RTR, RKU, dan RTG maka pada
produksi pukul 12.00 WIB memiliki urutan sesuai dengan permintaan tersebut yang campur merata RTR, RKU, RTG, RTR, RKU, RTG,
RTR yang disesuaikan dengan kapasitas mesin, besarnya ukuran batch, dan jumlah produk yang akan diproduksi.
c. Pembekuan jadwal yang paling dekat dengan jatuh tempo
Bagian Production Planning membuat jadwal produksi berdasarkan OTF H-2 2 hari sebelum jatuh tempo yang merupakan
aktualisasi permintaan demand konsumen terhadap finished good. Pembuatan jadwal produksi tanpa berdasarkan hasil peramalan
permintaan cukup baik untuk dilakukan. Menurut Imai 1997, sistem
produksi di pabrik yang dibuat berdasarkan ramalan penjualan, memiliki
beberapa kelemahan yaitu : i.
Sangatlah sulit melakukan perkiraan terhadap permintaan konsumen secara tepat. Karena waktu tempuh produksi yang panjang, ramalan
61 penjualan perlu dilakukan jauh ke depan, namun rencana yang
dibuat itu pun tak bisa diandalkan. ii.
Jadwal produksi harus diubah-ubah setiap saat. Menanggapi perubahan informasi sangatlah sulit karena melibatkan perubahan
rencana pada banyak proses. iii.
Banyak pemborosan yang terjadi. Untuk menghindari kekurangan barang, maka cenderung memproduksi dalam batch atau lot
berukuran besar. iv.
Sebuah gudang diperlukan untuk menghindari kekurangan barang dalam proses, tentu saja menimbulkan biaya tambahan.
Permintaan konsumen untuk pabrik di Cikarang diketahui berdasarkan permintaan dari Sales Office daerah Cikarang, Lampung,
Bandung, dan Cirebon. Sales Office tersebut terdiri atas Depot, Reguler Outlet RO, Distribution Channel untuk Supermarket, Minimarket,
Alfamart, Indomart, Agen, Stock Point, Institusi, dan sample QA. OTF H-2 dijadikan dasar untuk membuat MRP kebutuhan
aktual produksi harian. Hasil perhitungan MRP dituangkan dalam Production Planning Schedule atau Order To Production OTP yang
diserahkan kepada bagian Scalling untuk penimbangan dan penyiapan bahan serta kepada sub departemen Produksi untuk memperhitungkan
kebutuhan sumber daya. Dengan ditandatanganinya OTF H-2 2 hari sebelum jatuh tempo menunjukkan jadwal tersebut dibekukan dan tidak
terjadi perubahan lagi untuk digunakan dalam proses produksi. Order To Production OTP ditentukan untuk memenuhi
permintaan konsumen yang harus dikirimkan sesuai jadwal pengiriman yang ditentukan. Sehingga sub departemen produksi dituntut untuk
memenuhi target produksi item roti yang diminta sebelum jadwal yang sudah ditentukan yaitu pada pukul 02.00, 04.00, 09.00, 15.00, 20.00,
23.00 WIB setiap harinya. Contoh form Order To Production OTP dapat dilihat pada Lampiran 7. Setiap hasil MRP dimasukkan ke dalam
program SAP yang sudah terintegrasi kepada semua departemen di PT.
62 Nippon Indosari Corpindo. Hal tersebut mempertegas jadwal produksi
sudah dibekukan dan tidak akan terjadi perubahan.
4. Faktor Layout