Faktor Employee Empowerment Cross Training 0.53462

92 kepada seluruh departemen dengan sistem informasi yang baik menciptakan sistem Just In Time yang semakin konsisten. Faktor Schedulling menjadi peringkat pertama dan menjadi suatu faktor yang perlu mendapatkan perhatian dari pihak manajemen maupun operator agar mampu menjalankan produksi secara baik untuk memuaskan konsumen.

2. Faktor Employee Empowerment

Faktor Employee Empowerment pemberdayaan pekerja menjadi peringkat kedua sebagai faktor penentu kinerja sistem Just In Time di PT. Nippon Indosari Corpindo dengan bobot 0.21713. Pemberdayaan pekerja dilakukan dengan dilakukannya pelatihan silang cross training dan pelatihan training. Berikut ini disajikan bobot dan peringkat berdasarkan pengaruh dari setiap elemen terhadap kinerja sistem Just In Time. Tabel 15. Tabel hasil perhitungan peringkat elemen faktor Employee Empowerment Faktor Bobot Peringkat 1. Training 0.46538 2

2. Cross Training 0.53462

1 Pemberdayaan pekerja bermanfaat dalam meningkatkan kualitas lingkungan kerja sehingga para pekerja dapat bekerja dengan lebih baik. Hal ini tentunya menguntungkan pekerja dan perusahaan dan mampu memenuhi permintaan dengan tepat waktu dan tepat jumlah dengan lebih baik lagi. a. Pelatihan silang cross training Pelatihan silang cross training peringkat pertama, bobot 0.53462 terjadi ketika pekerja A melakukan tugas pekerja B atau sebaliknya. Pelatihan silang dapat menciptakan variasi pekerjaan dan melatih para pekerja untuk lebih fleksibel ketika ditempatkan di sel kerja mana saja. Pelaksanaan produksi di lantai pabrik PT. Nippon Indosari Corpindo terdiri atas beberapa bagian sel kerja section dengan beberapa pekerja dalam satu section tersebut. Untuk 93 mengurangi tingkat kejenuhan dilakukan perputaran rotasi pekerja dalam satu section tersebut. Setiap section memiliki tugas yang berbeda sehingga cross training masih dilakukan hanya untuk pekerja dalam section yang sama. Hal tersebut disebabkan karakteristik tugas yang berbeda dari masing-masing section. Sebagai contoh, section mixer bertugas mengoperasikan mesin mixer untuk mencampurkan bahan baku, berbeda dengan pekerjaan membentuk adonan untuk dimasukkan ke dalam loyang pada section make up. Keterampilan khusus dengan karakteristik yang sama memudahkan terciptanya cross training yang baik diantara pekerja dalam setiap section. Berdasarkan output supermatriks terbobot weight supermatrix dapat diketahui bahwa elemen pelatihan silang cross training dipengaruhi oleh beberapa elemen lain seperti pelatihan training bobot pengaruh 0.4126 pada faktor employee empowerment; work cell untuk produk sejenis bobot pengaruh 0.12996, dan jarak antar sel yang pendek bobot pengaruh 0.12996 untuk faktor layout. Pengaruh antar elemen tersebut yang dominan digambarkan pada Gambar 17. Pelatihan silang tidak dapat berjalan dengan baik apabila pekerja tidak mendapatkan pelatihan secara umum mengenai sistem produksi. Pelatihan silang pun dapat berjalan dengan baik apabila pengaturan tata letak lantai pabrik telah mengatur sel kerja work cell untuk memproduksi produk yang sejenis dengan jarak antar selnya yang pendek. Dengan pengaturan tata letak tersebut dapat menciptakan komunikasi antar pekerja dan meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. b. Pelatihan training Keberhasilan organisasi mencapai tujuannya serta dalam menghadapi berbagai tantangan ditentukan oleh kemampuan mengelola pekerja dengan baik dan tepat. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem yang disebut pelatihan training yang mengorganisir 94 antara kebutuhan organisasi dengan kondisi yang sebenarnya. Bobot sebesar 0.46538 menunjukkan bahwa pelatihan training dalam peningkatan kinerja sistem Just In Time memberikan pengaruh yang hampir sama dengan pelatihan silang cross training. Just In Time menganggap faktor manusia bukan hanya sebagai faktor produksi, namun berupaya untuk mengangkat harkat pekerja sehingga tercipta rasa memiliki sebagian dari perusahaan. Sistem Just In Time perlu didukung oleh komitmen manajemen secara terus menerus melakukan investasi pada sumber daya manusia dan menciptakan budaya peningkatan berkelanjutan continuous improvement. Dengan dilakukannya pelatihan terhadap para pekerja tentang pentingnya peningkatan berkelanjutan dapat membawa perusahaan ke arah yang lebih baik dan secara langsung maupun tidak langsung dapat memuaskan konsumen. Walaupun demikian, pelatihan bukanlah suatu budaya yang rutin untuk dilakukan. Hal yang lebih penting adalah komunikasi antara pihak manajemen dengan para pekerja di lapangan dalam pelaksanaan pokok-pokok materi yang telah diberikan dalam pelatihan.

3. Faktor Layout