68 d.
Penggunaan Statistical Process Control. Statistical Process Control adalah sebuah teknik statistik yang
digunakan secara luas untuk memastikan bahwa proses memenuhi standar. SPC merupakan sebuah proses yang digunakan untuk
mengawasi standar, membuat pengukuran, dan mengambil tindakan perbaikan saat sebuah produk sedang diproduksi. Sample dari output
yang dihasilkan diuji, jika berada dalam batas yang diperbolehkan, maka proses boleh dilanjutkan, jika jatuh di luar jangkauan tertentu
maka proses dihentikan, dan biasanya penyebab akan diteliti dan dihilangkan Heizer dan Render, 2005.
Dalam pelaksanaan Total Quality Management TQM, PT. Nippon Indosari Corpindo tidak sepenuhnya menggunakan tujuh alat
TQM terutama Statistical Process Control yang direkomendasikan digunakan dalam sistem Just In Time. Alat TQM yang digunakan hanya
berupa lembar pengecekan check sheet, diagram sebar scatter diagram, diagram alir flow charts dan untuk mengidentifikasikan
masalah menggunakan histogram, sebuah distribusi yang menunjukkan frekuensi kejadian sebuah variabel. Setiap hasil identifikasi masalah
disampaikan kepada departemen Produksi untuk dijadikan bahan perbaikan terus menerus continuos improvement.
6. Faktor Preventive Maintenance
Heizer dan Render 2004, mendeskripsikan bahwa pemeliharaan pencegahan preventive maintenance merupakan semua aktivitas yang
dilakukan untuk menjaga peralatan dan mesin tetap bekerja dan untuk mencegah kerusakan. JIT membutuhkan preventive mantenance yang
terjadwal dan adanya pemeliharaan rutin harian. Selain itu, diperlukan keterlibatan para pekerja dengan mampu mengoperasikan peralatan dan
mesin dalam jalur produksi. Mereka juga diharapkan mampu untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan kecil alat-alat yang menjadi
tanggung jawabnya.
69 Dalam menerapkan sistem Just In Time, prinsip yang perlu
diperhatikan dalam faktor preventive maintenance antara lain : a.
Pemeliharaan rutin harian. Sub departemen Teknik melakukan aktivitas maintenance yaitu
cleaning pembersihan dan pencucian, pelumasan oil and grease, dan preventive maintenance berupa perbaikan kecil untuk mencegah
kerusakan. Petugas teknik melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan mesin secara rutin terhadap mesin-mesin sebagai penunjang produksi
sesuai dengan jadwal preventive maintenance untuk setiap bagian section produksi. Pemeliharaan rutin harian dilakukan dengan
menggunakan alat bantu berupa checklist harian. Pemeliharaan rutin dilakukan dengan tetap mengusahakan mesin tetap berjalan selama 24
jam dalam sehari zero down time. Aktivitas maintenance yang harus menghentikan mesin dilakukan di saat terdapat jarak dalam pergantian
item roti changeover dengan waktu rata-rata 20-30 menit. Penggantian belt conveyor atau blade slicer tidak mungkin dilakukan dalam keadaan
mesin berjalan. Menurut Liker 2006, seringkali hal yang terbaik untuk
dilakukan adalah menghentikan mesin dan berhenti memproduksi. Hal ini dilakukan untuk menghindari produksi berlebih yang merupakan
pemborosan utama. Walaupun demikian, pada lantai produksi PT. Nippon Indosari Corpindo tetap mengupayakan agar tidak terjadi
penghentian produksi dengan tetap menjaga agar tidak terjadi kerusakan pada mesin.
b. Jadwal pemeliharaan mesin tersusun.
Sub departemen Teknik memiliki jadwal maintenance yang sudah tersusun berdasarkan HACCP plan. Jadwal tersebut diperlukan
agar setiap kegiatan maintenance dapat diketahui oleh para pekerja dan menjadi standar mengenai bagian apa yang perlu dilakukan
pemeliharaan, bagaimana caranya, dan berapa kali frekuensi pelaksanaannya.
70 Penjadwalan yang disusun dapat menghindarkan pula aktivitas
maintenance yang duplo mengulang oleh pekerja di shift yang berlainan. Pada Tabel 9 dapat dilihat jadwal maintenance yang telah
disusun untuk mendukung kinerja sub departemen Teknik. Tabel 9.
Schedule Maintenance Berdasarkan HACCP Plan No Uraian
Part Cara
Frekuensi 1.
Monitoring Pemakaian Oil Food Grease
1 x seminggu 2.
Preventive Maintenance All
1 x seminggu 3.
Water meter, Strainer Cuci sikat
1 x seminggu 4.
Devider Belt Conveyor Cuci
1 x seminggu 5.
Grease box Saringan,
Selang, Pipa Nozzle
Kuras Cuci. Ganti.
Cuci 1 x seminggu
3 x sebulan 1 x seminggu
6. Sand Carbon Filter
Backwash. Ganti.
Epoxi ulang. 2 x seminggu
1 x setahun 1 x setahun
7. Kompressor
Filter udara Semprot angin
Ganti 1 x sehari
Setelah 1500 jam 8.
Mixer cream Mesin
Semprot angin 1 x seminggu 9.
Mixer Mesin
Vacuum 1 x seminggu
Sumber : Teknik PT. NIC
c. Terdapat keterlibatan pekerja dalam pemeliharaan peralatan dan mesin.
Keterlibatan pekerja diperlukan dalam pemeliharaan seluruh peralatan dan mesin karena para pekerjalah yang setiap hari hampir
berada dekat dengan mesin dan peralatan yang digunakan dalam produksi. Operator mesin harus bertanggungjawab penuh atas mesin
yang dijalankan dengan mampu menjalankan mesin-mesin pada pusat kerja dan memiliki pengetahuan dasar mengenai struktur dan fungsi
masing-masing mesin. Perawatan untuk pencegahan kerusakan haruslah diimplementasikan sejauh mungkin oleh pekerja di lapangan. Operator
mesin harus dilatih untuk menangani kerusakan-kerusakan kecil dan dibekali catatan mengenai apa yang harus dilakukan untuk merawat
suatu mesin, seberapa sering harus dirawat, dan kapan terakhir waktu dan frekuensi kerusakan.
71 Dalam penerapan sistem Just In Time, para operator mesin dan
peralatan sebaiknya dilatih untuk mengatasi masalah-masalah yang sering terjadi, walaupun tanggung jawab utama tetap ditangan Teknik.
Apabila operator atau pekerja diberi keleluasaan untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi maka sangat besar kemungkinan pekerja
menghindarkan terjadinya kesalahan yang sama. Keterlibatan pekerja dalam pemeliharaan peralatan di PT.
Nippon Indosari Corpindo dibatasi hanya untuk menjaga agar mesin tetap bersih dan berjalan. Apabila terjadi kerusakan baik kecil maupun
kerusakan besar, pekerja diharuskan memanggil bantuan dari teknisi. Hal ini dilakukan sesuai dengan kesepakatan dengan sub departemen
Teknik untuk mencegah kerusakan mesin akibat salah penanganan dan untuk menjaga keselamatan pekerja sendiri. Kebijakan tersebut
menyebabkan waktu yang diperlukan untuk menghadapi kerusakan mesin menjadi bertambah lama, yang belum tentu ditangani langsung
oleh teknisi. Selain itu, pekerja yang multifungsional belum sepenuhnya bisa diterapkan. Dengan demikian, elemen terdapat keterlibatan pekerja
dalam pemeliharaan peralatan dan mesin belum diimplementasikan dengan baik di PT. Nippon Indosari Corpindo.
7. Faktor Employee Empowerment