menghambat ekspresi ERK-12 adalah Caffeoylquinic acids dari tanaman Quince Cydonia oblonga Aggarwal Shisodia 2006.
4.3.2. Ekspresi JNK12
Penghambatan proliferasi sel kanker oleh bubuk gel daun cincau hijau ternyata tidak terbukti pada JNK-12. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
JNK12 tidak terekspresi, seperti yang terlihat pada Gambar 26 berikut.
Gambar 26 . Ekspresi enzim JNK-12 dari jaringan kanker mencit C3H. B1,2,3:
Kontrol positif; C1,2,3: Bubuk gel daun cincau hijau 0,88, D1,2,3: Bubuk gel daun cincau hijau 1,76; E1,2,3: Bubuk gel daun
cincau hijau 2,46.
c-Jun N- terminal kinases JNKs, adalah enzim kelompok kinase yang berikatan dengan c-Jun pada ser63 dan ser73 dalam proses transkripsinya dan tergolong
ke dalam kelompok MAPK yang diaktivasi oleh mitogen, seperti halnya ERK-12. JNK bertanggungjawab pada stimulus stres, seperti respon sitokin, radiasi
ultraviolet, kejutan panas, kejutan tekanan osmotik, dan yang berperan pada proses diferensiasi dan apoptosis Nieminem 2009.
Terdapat tiga bentuk dari JNKs yaitu: JNK-1, -2, dan -3. JNK-1 dan -2 ditemukan pada semua sel dan jaringan, sedangkan untuk JNK-3 biasanya
ditemukan di jaringan otak, hati dan testis. Secara umum JNK-1 terlibat dalam proses apoptosis, neurodegeneration, diferensiasi sel, proliferasi, dan kondisi
inflamasi serta produksi sitokin yang dimediasi oleh Activation Protein AP-1 seperti IL-8. JNKs juga berperan sebagai pengatur proses imun dan signal
inflamasi melalui tahapan fosforilasi. Substrat JNKs adalah gen c-jun. Gen c-jun
JNK12 GAPDH
B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 E1 E2 E3
D E
B C
di dalam sel terfosforilasi oleh JNKs sebagai respon dari stimulus ekstraseluler pada sisi aktif ser63 dan ser73 sehingga memicu transkripsi c-jun. Fosforilasi c-
jun menyebabkan aktivasi faktor transkripsi AP-1 dan NF-1. Pada penelitian ini, bubuk gel daun cincau hijau belum mampu memicu ekspresi JNK12. Hal ini
menunjukkan proliferasi dan progresivitas sel kanker masih terus berlangsung dan belum mampu dihambat oleh bubuk gel daun cincau hijau.
Beberapa tanaman pangan yang mampu menghambat jalur JNK yaitu curcuminoid dari tanaman kunyit Curcuma longa, resverastrol dari anggur Vitis
vinifera , linalool dan monoterpen dari Coriander Coriandrum sativum, anetol
dari Sweet Fennel dari Foniculum vulgare, oleandrin dari Oleander Nerium oleander
, flavonoid dari teh Camelia sinensis, sylbinin dari Silymarin Silybum marianum
L Aggarwal Shisodia 2006. Mekanisme antiproliferasi dari bubuk gel daun cincau hijau kemungkinan
disebabkan oleh komponen aktif flavonoid di dalamnya yang mampu mencegah berikatannya hormon yang dibutuhkan untuk siklus perbanyakan sel kanker.
Semakin banyak flavonoid yang diberikan akan semakin menurunkan kecepatan siklus perbanyakan sel-sel kanker. Selain itu mekanisme anti proliferasi melalui
peningkatan ekspresi gen penekan kanker p53, dan menahan induksi fase G1 dalam siklus sel sehingga siklus sel dapat dikendalikan. Gen p53 akan
menghentikan siklus sel pada fase G1 bagi DNA sel cedera agar sel cendera tersebut menjadi pulih kembali sehingga terbentuk sel baru yang sehat.
Selain itu, mekanisme antiproliferasi dari bubuk gel daun cincau hijau juga disebabkan oleh adanya komponen aktif di dalamnya yang dapat berikatan
dengan inti histon deasetilasi, sehingga mengganggu dinamika histon deasetilasi-asetilasi yang akhirnya terjadi kematian sel secara apoptosis. Histon
berfungsi untuk mengepak dan menyusun DNA menjadi unit-unit struktural yang disebut nukleosom. Histon ditemukan di dalam kromatin semua sel somatik
eukariotik, tetapi tidak ditemukan pada sel-sel prokariotik Lehninger 1994. Histon kaya akan asam amino basa
arginin dan lisin, karena gugus R pada residu arginin dan lisin mengikat proton pada pH 7 dan karenanya bermuatan positif sehingga
histon dapat bereaksi dengan DNA heliks ganda bermuatan negatif untuk membuat kompleks histon-DNA yang bersama-sama dengan gaya tarik
elektrostatik. Pengikatan histon deasetilasi oleh bubuk gel daun cincau hijau kemungkinan akan menyebabkan muatan histon berubah dari bermuatan positif
menjadi bermuatan negatif sehingga tidak dapat mengikat DNA, akibatnya DNA
lebih mudah diakses oleh nuklease dan akan mempengaruhi gen. Gen yang terekspresi adalah gen yang antiapoptosis Bcl-2 dan gen proapoptosis Bax.
Gen antiapoptosis menghasilkan protein yang menjaga integritas membran mitokondria sehingga sel tidak berapoptosis. Kerusakan DNA atau stress internal
lain akan mempengaruhi gen Bax yang proapoptosis terekspresi menghasilkan protein homodimer atau heterodimer dan bermigrasi dari sitosol ke membran
mitokondria dan berinteraksi dengan protein antiapoptosis hasil ekspresi gen Bcl-2. Interaksi ini menghasilkan pori yang mengganggu stabilitas membran
sehingga sitokrom c keluar dari mitokondria dan diikuti oleh reaksi berantai yang dikatalisis oleh enzim caspase sehingga akhirnya sel mati Elmore 2007.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Purwani 2012 yang meneliti efek penghambatan sel kanker kolon HCT-116 oleh pati resisten tipe-3 RS3. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa RS3 meningkatkan rasio ekspresi gen BaxBcl-2 yang mengindikasikan bahwa apoptosis telah terjadi melalui jalur mitokondria.
Produksi enzim caspase-3 juga meningkat pada sel HCT-116 yang diberi perlakuan supernatant RS3. Proliferasi sel kanker kolon HCT-116 juga berhasil
dihambat oleh peptide kolagen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghambatan proliferasi sel HCT-116 oleh peptida yang dihasilkan dari
hidrolisis kolagenase crude dan murni pada konsentrasi 1000 ppm, memiliki penghambatan proliferasi tertinggi dengan aktivitas penghambatan yang sama
yaitu sebesar 88,1 Baehaki 2012.
4. 4. Pembahasan umum
Berdasarkan hasil penelitian ini maka bubuk gel daun cincau hijau sangat potensil dikembangkan karena mempunyai keunggulan antara lain banyak
ragamnya, harga relatif murah, aman tidak memberikan efek samping dan nikmat dikonsumsi. Cincau sebagai pangan fungsional telah terbukti dari penelitian
sebelumnya. Aspek keamanan dan khasiat cincau telah teruji dari pelbagai penelitian antara lain sebagai antialergi Rachmini 2000, antiinflamasi
Handayani et al., 2000, imunosupresan Pandoyo et al., 2000, menghambat proliferasi sel kanker Ananta et al., 2000, antioksidan Koessitoresmi 2002,
aman dikonsumsi karena tidak toksik Arisudana 2003; Nugrahenny et al., 2003 serta antikanker Chalid et al., 2003 dan Pandoyo et al., 2000. Berdasarkan data
tersebut, maka informasi yang komprehensif cincau hijau sudah mencukupi, namun adanya couriusity untuk mengetahui bagaimana sebenarnya mekanisme