Analisis data Tahapan penelitian

Bruera 2002. Adanya gejala toksik terlihat dari pernafasan yang tidak normal dan perubahan fisik yaitu bulu rontok dan berdiri, terlihat lesu dan tidak aktif.

4.1.2. Bobot badan

Pada masa adaptasi, setiap kelompok mencit mengalami variasi kenaikan bobot badan. Penurunan bobot badan di beberapa titik pada masa ini lebih disebabkan oleh pengaruh adaptasi mencit terhadap lingkungan baru, stres akibat pemberian ransum, penimbangan bobot badan, atau penggantian air minum. Kondisi stres menyebabkan selera makan menurun sehingga bobot badannya menurun. Hasil pengukuran bobot badan mencit selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 10 di bawah ini: Gambar 10. Grafik bobot badan mencit yang ditransplantasi sel kanker selama penelitian. A: Kelompok kontrol negatif; B: Kelompok kontrol positif; C,D,E: Kelompok yang mendapat bubuk gel daun cincau hijau berturut-turut 0,88; 1,76; 2,46. Pada masa sebelum tranplantasi, dilakukan uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov terhadap bobot badan mencit terlebih dahulu. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa distribusi data normal yang ditunjukkan dari p- value0,15. Hal ini menunjukkan bahwa semua kelompok perlakuan memiliki bobot badan yang terdistribusi secara normal. Setelah diuji normalitas, dilakukan juga uji homogenitas menggunakan metode Bartlett – Levene. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa data bobot badan mencit adalah homogen 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 1 6 9 13 16 20 23 27 30 31 34 37 41 44 48 52 B obot badan g Pengukuran hari ke- A B C D E yang ditunjukkan oleh nilai p-value Bartlett 0,809 dan p-value Levene 0, 808 Lampiran 10. Secara umum bobot badan mencit sebelum transplantasi mengalami kenaikan walaupun terjadi penurunan bobot badan di beberapa titik. Bobot badan mencit kelompok A 19,6±1,7 g; B 19,5±2,0 g; C 21,1±1,6 g; D 20,8±1,4 g dan E 17,2±1,0 g Lampiran 10. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa bobot badan mencit kelompok C tidak berbeda nyata dengan D, namun keduanya nyata lebih besar dari kelompok A dan B . Mencit kelompok E nyata lebih kecil terhadap kelompok A, C dan D Lampiran 11. Menurut Muchtadi 2001, serat pangan dapat menghalangi penyerapan zat gizi seperti gula, protein, dan lemak. Oleh karena itu, pertambahan bobot badan pada mencit kelompok E cenderung lebih rendah daripada mencit kontrol positif B. Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov juga dilakukan terhadap bobot badan mencit setelah transplantasi. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa distribusi data tidak normal yang ditunjukkan dari p- value0,15. Hal ini menunjukkan bahwa semua kelompok perlakuan setelah transplantasi memiliki bobot badan yang terdistribusi secara tidak normal. Setelah diuji normalitas, dilakukan uji homogenitas menggunakan metode Bartlett – Levene. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data bobot badan mencit beragam ditunjukkan oleh nilai p-value Bartlett 0,01 dan p-value Levene 0, 009 Lampiran 12. Bobot badan mencit setelah transplantasi secara umum mengalami kenaikan dengan nilai kelompok A 22,7±1,4 g; B 21,2±0,5 g; C 22,5±0,5 g; D 22,0±0,4 g dan E 18,4±1,3 g Lampiran 12. Bobot badan setelah transplantasi adalah jumlah bobot badan mencit ditambah dengan bobot jaringan kanker. Kenaikan bobot badan ditunjang oleh pertumbuhan kanker yang juga membesar Chalid 2003. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa mencit kelompok A, C, dan D cenderung memiliki bobot badan yang tidak berbeda nyata p0,05 Lampiran 13. Hal ini menunjukkan konsumsi ransum tidak mempengaruhi bobot badan setelah tranplantasi pada mencit kelompok A, C, dan D. Faktor-faktor lingkungan baik internal maupun eksternal dapat menginduksi perubahan fisiologis atau tingkah laku dari hewan percobaan. Faktor-faktor tersebut dinamakan stressor. Berbagai macam stressor tersebut dapat mengakibatkan terjadinya kondisi stres. Stres yang dialami mencit juga dapat disebabkan oleh luka pascatransplantasi sel kanker di daerah subkutan aksila kanan. Efek dari adanya luka yang dialami mencit adalah rasa sakit NAS 1996. Rasa sakit ini diatasi dengan menggunakan etanol 70 pada bagian tubuh yang ditransplantasikan sel kanker. Hal ini sebagai tindakan pengurangan rasa sakit yang dialami mencit, sehingga mencit diharapkan mengkonsumsi ransum yang disediakan. Dengan demikian, walaupun bobot badan dan jaringan kanker di dalam badan mencit mengalami pertumbuhan, namun kondisi stress dapat diringankan. Jika mencit tidak bisa beradaptasi dengan stressor yang ada, maka mencit akan mengalami respon fisiologis atau tingkah laku yang abnormal. NAS 1996 menambahkan bahwa tanda-tanda secara klinis dan perubahan tingkah laku menjadi abnormal yang diakibatkan oleh adanya luka dapat mempengaruhi konsumsi ransum dan air minum, akumulasi eksudat berwarna coklat kemerahan di sekeliling mata dan lubang hidung, hilangnya berat badan, penurunan aktivitas, postur yang membungkuk, piloereksi, poor grooming habits, pernafasan yang sulit, vokalisasi, meningkat atau menurunnya keagresifan, dan self- mutilation . Selain itu, pertumbuhan bobot badan mencit setelah dipisahkan dari induknya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu hereditas, suhu, kemampuan adaptasi lingkungan, makanan yang cukup, dan penyakit Yuwono et al. 2000. Perbedaan penambahan bobot badan mencit ini kemungkinan disebabkan oleh jenis senyawa-senyawa yang terdapat dalam bubuk gel daun cincau hijau P. oblongifolia , Merr yang jumlahnya tidak sama. Menurut Nahrstedt dan Butterweck 1997 kandungan metabolit sekunder dari tumbuhan sangat bervariasi dalam jenis dan jumlahnya tergantung dari faktor-faktor lingkungan. Senyawa metabolit sekunder P. oblongifolia Merr juga bervariasi jumlah dan jenisnya. Hasil uji fitokimia dari daun cincau hijau segar P.oblongifolia Merr menunjukkan sembilan komponen bioaktif dengan hasil positif, yaitu alkaloid, saponin, fenol hidrokuinon, molisch, benedict, biuret, ninhidrin, flavonoid dan tanin, sedangkan pada bubuk gel daun cincau hijau P. oblongifolia Merr. menunjukkan enam hasil uji yang positif, yaitu alkaloid, saponin, fenol hidrokuinon, molisch, benedict dan tanin Aryudhani, 2011.

Dokumen yang terkait

AKTIVITAS ANTIKANKER SENYAWA BRUSEIN-A YANG DIKAPSULASI LIPOSOM TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA (T47D) SECARA IN-VITRO

0 12 49

Pengaruh Produk Daun Cincau Hijau Cyclea Barbata L. Miers Dan Premna Oblongifolio Merr Terhadap Kapasitas Antioksidan Sel Limfosit Mencit C3H Bertumor Kelenjar Susu

0 22 117

Aktivitas Anti-kanker ekstrak rimpang lengkuas lokal (Alpinia Galanga (L) Sw) pada alur sel kanker manusia serta mencit yang ditransplantasi dengan sel tumor primer

0 7 235

Pengaruh Pemberian Bubuk Daun Cincau Hijau (Premna oblongifolia Merr) Terhadap Gambaran Histopatologis Jaringan Hati Mencit C3H yang Ditransplantasi Sel Tumor Kelenjar Susu

1 17 81

Mekanisme aktivitas antitumor bubuk daun cincau hijau (Premna blongifolia Merr.) pada mencit c3h yang ditransplantasi sel tumor payudara

1 17 377

Aktivitas antiproliferasi ekstrak daun jambu biji (psidium guajava) terhadap sel kanker payudara MCF-7

0 6 37

Pengaruh ekstrak cincau hijau cyclea barbata l. miers terhadap aktivitas enzim superoksida dismutase dan katalase pada mencit c3h bertumor kelenjar susu

0 3 5

Aktivitas Anti kanker ekstrak rimpang lengkuas lokal (Alpinia Galanga (L) Sw) pada alur sel kanker manusia serta mencit yang ditransplantasi dengan sel tumor primer

0 5 225

PENGARUH EKSTRAK METANOLIK DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) TERHADAP PEMACUAN APOPTOSIS SEL KANKER PAYUDARA

0 6 6

AKTIVITAS ANTIPROLIFERASI EKSTRAK, FRAKSI ETIL ASETAT DAN ISOLAT RIMPANG TEMULAWAK (CURCUMA XANTHORRHIZA ROXB.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D.

1 11 8