Pembuatan preparat histopatologi dengan pewarnaan HE Panigoro et al. 2007

3.3.7. Pembuatan preparat histopatologi dengan pewarnaan HE Panigoro et al. 2007

Proses pembuatan jaringan menjadi preparat histopatologi melalui tahapan sebagai berikut: fiksasi jaringan, dehidrasi, penjernihan, infiltrasi, embedding , trimming, sectioning, deparafinisasi, dan dilanjutkan dengan staining pewarnaan. Fiksasi jaringan dilakukan dengan merendam sampel jaringan kanker ke dalam larutan formalin 10. Proses pembuatan preparat dan pewarnaan histologi ini disesuaikan dengan metode yang biasa digunakan di Laboratorium Patologi Anatomi, FKUI Jakarta. Sampel jaringan kanker yang sudah menjadi histopat direndam ke dalam silol-I selama 5-10 menit untuk menghilangkan parafin, kemudian direndam dalam silol-II kembali untuk membilas selama 5-10 menit. Setelah itu, sampel mulai direndam dalam alkohol. Pada tahap ini sampel direndam dalam alkohol yang menurun konsentrasinya secara bertingkat, yaitu: alkohol absolut 100, alkohol 96, kemudian alkohol 70 masing-masing 5 menit. Konsentrasi yang menurun secara berturut-turut tersebut akan membuat air memasuki sampel jaringan. Sampel kemudian direndam dalam akuades selama 5 menit dan direndam dalam larutan hematoksilin selama 5-10 menit. Hematoksilin larutan stok meyer Hematoxylin, Sigma, HHS-32 akan mewarnai inti sel pada sampel jaringan dengan warna biru. Setelah itu, sampel dimasukkan dalam air mengalir secara tidak langsung selama 5-10 menit untuk membilas. Sampel yang terlalu biru dicelupkan dalam alkohol asam sebanyak 2-3 celupan. Sampel kemudian dibilas dalam air mengalir kembali selama 5-10 menit. Kemudian sampel dicelup ke dalam larutan Litium karbonat sebanyak 2-3 celupan agar warna biru yang timbul menjadi lebih jelas. Sampel kembali dibilas dengan air mengalir selama 5- 10 menit. Tahap pewarnaan selanjutnya adalah pewarnaan dengan pewarna Eosin mengandung 100 ml stok Eosin, 10 ml stok Phloxin B, 780 ml 95 etanol, dan 4 ml asam asetat glacial selama 1-2 menit untuk mewarnai sitosol sel pada sampel jaringan. Setelah tahap ini, sampel memasuki tahap pencelupan alkohol yang meningkat konsentrasinya secara berturut-turut sebagai kebalikan dari tahap yang sebelumnya, yaitu: alkohol 70, alkohol 96, dan alkohol absolut 100 masing-masing sebanyak 3-4 celupan. Pada akhir tahap pewarnaan, sampel kembali direndam dengan silol-I selama 5-10 menit, kemudian direndam kembali dalam silol-II selama 5-10 menit. Setelah itu, sampel jaringan ditutup dengan gelas penutup dan direkatkan dengan entellan. Slide histopatologi siap diamati di bawah mikroskop dan difoto. Analisa histopatologi berdasarkan pewarnaan HE Pengamatan mikroskopik meliputi perubahan-perubahan sel yang dibedakan berdasarkan derajat diferensiasi. Derajat diferensiasi dibagi kedalam tiga kriteria yaitu tingkat kepadatan sel, pleomorfisme inti sel dan tingkat mitosis sel. Untuk menunjukkan gambaran mikroskopik secara keseluruhan maka digunakan skoring. Berikut ini merupakan keterangan terhadap skor yang diberikan pada histopat hasil pewarnaan HE berdasarkan metode Elston dan Ellis 1991. Jika skor derajat diferensiasi antara 3-5, maka jaringan termasuk tingkat 1 atau well differentiated diferensiasi baik yang berarti bahwa bentuk sel atau jaringan penyusunnya lebih banyak menyerupai bentuk sel asalnya. Jika skor diferensiasi sel antara 6-7, maka jaringan termasuk ke dalam tingkat 2 atau moderately differentiated diferensiasi sedang, yang berarti bahwa bentuk sel atau jaringan yang menyusunnya 75 masih menyerupai sel asalnya dan 25 telah berubah. Jika nilai diferensiasi sel antara 8-9, maka jaringan termasuk tingkat 3 atau poorly differentiated diferensiasi buruk yang berarti bahwa bentuk sel atau jaringan yang menyusunnya telah berubah seluruhnya sehingga sel asalnya hanya sedikit sekali atau bahkan nyaris tidak ada. Rincian kriteria penilaian dijelaskan sebagai berikut: a Tingkat kepadatan sel Skor 1: tingkat kepadatan sel kanker rendah, ruang antar sel terlihat kurang rapat. Mayoritas sel kanker jumlahnya 75 Skor 2: tingkat kepadatan sel kanker sedang, ruang antar sel terlihat rapat sel kanker 10-75 Skor 3: tingkat kepadatan sel kanker tinggi, ruang antar sel terlihat sangat rapat sedikit atau tidak ada sel kanker jumlahnya 10 b Pleomorfisme inti sel Skor 1: inti sel berukuran kecil, dan sel yang seragam, warna inti sel pada sebagian sel mulai menghitam dan pada sebagian sel yang lain masih berwarna lebih terang; Skor 2: pleomorfisme bentuk inti sel mulai meningkat dalam ukuran dan keragamannya. Ukuran sitoplasma mulai mengecil, inti sel berukuran lebih besar dan semakin terlihat jelas pelipatgandaannya di dalam sel, warna inti sel menghitam; Skor 3: bentuk inti sel beragam dan berukuran sangat besar, ukuran sitoplasma mulai mengecil, inti terlihat jelas pelipatgandaannya di dalam sel, warna inti sel menghitam; c Tingkat mitosis sel Tingkat mitosis sel tergantung dari jumlah lapang pandang . Pada penelitian ini menggunakan 5 lapang bidang pandang. Skor 1: Jika sel yang bermitosis berjumlah 0-5 sel Skor 2: Jika sel yang bermitosis berjumlah 6-10 sel Skor 3: Jika sel yang bermitosis berjumlah 11 sel

3.3.8. Pengujian TUNEL

Dokumen yang terkait

AKTIVITAS ANTIKANKER SENYAWA BRUSEIN-A YANG DIKAPSULASI LIPOSOM TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA (T47D) SECARA IN-VITRO

0 12 49

Pengaruh Produk Daun Cincau Hijau Cyclea Barbata L. Miers Dan Premna Oblongifolio Merr Terhadap Kapasitas Antioksidan Sel Limfosit Mencit C3H Bertumor Kelenjar Susu

0 22 117

Aktivitas Anti-kanker ekstrak rimpang lengkuas lokal (Alpinia Galanga (L) Sw) pada alur sel kanker manusia serta mencit yang ditransplantasi dengan sel tumor primer

0 7 235

Pengaruh Pemberian Bubuk Daun Cincau Hijau (Premna oblongifolia Merr) Terhadap Gambaran Histopatologis Jaringan Hati Mencit C3H yang Ditransplantasi Sel Tumor Kelenjar Susu

1 17 81

Mekanisme aktivitas antitumor bubuk daun cincau hijau (Premna blongifolia Merr.) pada mencit c3h yang ditransplantasi sel tumor payudara

1 17 377

Aktivitas antiproliferasi ekstrak daun jambu biji (psidium guajava) terhadap sel kanker payudara MCF-7

0 6 37

Pengaruh ekstrak cincau hijau cyclea barbata l. miers terhadap aktivitas enzim superoksida dismutase dan katalase pada mencit c3h bertumor kelenjar susu

0 3 5

Aktivitas Anti kanker ekstrak rimpang lengkuas lokal (Alpinia Galanga (L) Sw) pada alur sel kanker manusia serta mencit yang ditransplantasi dengan sel tumor primer

0 5 225

PENGARUH EKSTRAK METANOLIK DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) TERHADAP PEMACUAN APOPTOSIS SEL KANKER PAYUDARA

0 6 6

AKTIVITAS ANTIPROLIFERASI EKSTRAK, FRAKSI ETIL ASETAT DAN ISOLAT RIMPANG TEMULAWAK (CURCUMA XANTHORRHIZA ROXB.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D.

1 11 8