78
lebih estetika dengan permainan garis, lempeng, dan batang pada ruang - ruang indooroutdoor bangunan.
Untuk mengatasi kontradiksi masalah capital invesment, maka nantinya
untuk perancangan disediakan fasilitas komersial seperti cafe, ruang serba guna, dan outdoor space, sehingga dapat mengundang masyarakat publik
untuk berkunjung dengan kekuatan tampilan bangunan yang unik. Metoda perancangan
desain perancangan
galeri matanesia
ini menggunakan Metafora Tangible, yang menurut Anthony C. Antoniades, 1990
dalam ”Poethic of Architecture” ialah metafora yang dapat dirabadirasakan dari suatu karakter visual atau material desain bangunan. Kekuatan karakter galeri ini
terletak pada Matanesia dan lingkungan sekitar, yaitu taman kota. Untuk karakter Matanesia mengambil konsep bentukan massa dari mata, sesuai dengan filosofi
nama Matanesia itu sendiri. Peleburan konsep taman kota dan mata berada pada bentuk layout galeri lantai 1, dimana memasukkan kegiatan taman kota ke dalam
galeri. Dengan maksud pengunjung dapat langsung merasakan nuansa yang berbeda dari sebuah galeri sekaligus dapat melihat secara langsung passion
maupun dinamika yang terjadi di lingkungan msyarakat sekitar tapak. Dasar pemilihan bentuk serta alur sirkulasi bangunan galeri fotografi Matanesia ini
berasal dari garis lengkung yang sering terbentuk di pola penataan taman kota. Dimana, sekitar site banyak terdapat taman kota dan landmark Surabaya.
Sehingga, pola layout pun menggunakan banyak garis lengkung. Garis lengkung yang dibuat pun masih berpakem dari bentuk mata sesuai dengan nama pengguna
utama.
5.2. Penentuan Tema Rancangan
Tema rancangan bangunan yang diterapkan adalah Picture of Life. Maksud dari tema yang diambil ialah keselarasan dengan kegiatan Matanesia dengan
pengaplikasian desain bangunan, sehingga tercipta benang merah dalam mendesain. Dalam hal ini, Matanesia yang selalu membidik dan mengabadikan
berbagai macam seni realita kehidupan di setiap karya foto mereka merupakan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
79
keindahan visual tersendiri. Dengan adanya sifat kejujuran, informatif, dan ketegasan di karya maupun hasil penggambaran realita masyarakat mereka, maka
secara tidak langsung mencitrakan seperti apa picture of life di mata Matanesia. Sehingga, Picture of Life menggambarkan bagaimana proses dan tujuan dari
Matanesia dalam berkarya itu sendiri. Sedangkan definisi murni dari kata picture of life sendiri ialah gambar
kehidupan. Dimana
penggambaran kehidupan
merupakan salah
satu pengekspresian seni masyarakat ke dalam bentuk seni apapun termasuk fotografi.
Sehingga pemilihan tema ini sesuai dengan tujuan Matanesia yang telah dijelaskan sebelumnya, arti nama Matanesia, pencerminan watak anggota dan
partisipan Matanesia itu sendiri.
Menurut pendapat tokoh arsitektur Mies Van de Rohe, bentuk merupakan
tujuan dari sebuah proses desain. Seperti dikutip dalam pernyataan Rohe dibawah ini :
“Function follows form always and up with formalism, satisfied the building’s appearance from outside view, but we don’t know what will happen
inside.” Tetapi ada arsitek - arsitek yang memiliki pendapat berbeda dengan Rohe.
Mereka mendesain bentuk bangunan terlebih dahulu lalu setelah itu mengatur isi layout di dalamnya. Salah satu arsitek yang menganut “function follows form”
adalah Tom Wright arsitek Al-Burj, Dubai yang mengatakan bahwa : “If you can draw a building with a few sweeps of thepen, and everyone
recognizes not only structure butalso associates it with a place on earth, you have gone along way towards creating something iconic.”
Sedangkan Frank Gehry yang menganut style dekonstruksi dalam beberapa desain rancangannya membuat iconic building. Menganut kutipan “They
said that accumulations of snow and ice havefallen dangerously from window boxes and other areasof its roof, blocking emergency exits and causingdamage.
Totally disaster” maka dapat terlihat kebenaran dari opini Mies Van de Rohe bahwa bangunan sangat mengesankan pada bagian luar, tapi kita tidak tahu
bagaimana dengan bagian dalamnya, sehingga membangun tidak hanya luarnya namun juga dalamnya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
80
Dengan adanya permainan bentuk lempeng dan batang, maka konsep desain bangunan perancangan ini nantinya mencitrakan image Matanesia yang
menganut konsep Mies van de Rohe “function follows form”. Apabila diaplikasikan dalam desain bangunan, maka dapat dilihat pada gambar di bawah
ini
Selain itu, transparansi juga diterapkan dalam bangunan ini. Menurut Sigfried Giedion dalam buku Transparancy, 1997 semua kaca di bangunan
Bauhaus menggunakan area yang sangat transparan sehingga dapat
menghubungkan maupun pembauran kegiatan diluar maupun di dalam. Begitupun di galeri ini. Sisi transparan diterapkan di lantai 1 yang tanpa sekat pembatas
ruang dalam dan luar, sehingga pembauran dan pencampuran ruang luar ke dalam bangunan terasa. Selain itu juga dibuat adanya bukaan besar agar transparansi
bangunan juga masih terasa di lantai 2-3.
5.3. Konsep Rancangan