Kriteria Pemilihan Lokasi Latar Belakang Pemilihan Lokasi

53

BAB III TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN

3.1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi

3.1.1. Kriteria Pemilihan Lokasi

Galeri Fotografi Matanesia ini merupakan jenis bangunan yang bersifat rekreatif, edukasi, dan informatif dengan skala kota, sehingga penempatan lokasi bangunan diusahakan berada di daerah yang mendekati pusat aktivitas kota dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut : a. Luasan Ruang yang dibutuhkan dalam proyek ini berbanding lurus dengan luas site yang dibutuhkan dalam proyek. Sehingga pemilihan lokasi tidak salah dan dapat sesuai dengan peruntukan bangunan. b. Fungsi bangunan utama yang dirancang merupakan hal yang sangat vital apabila tidak dijadikan pertimbangan utama sebagai acuan bangunan nantinya. Karena fungsi bangunan tersebut merupakan kunci dalam penetapan lokasi berada dimana site tersebut dalam peruntukan kawasan kota yang sebenarnya. c. Alternatif site dalam hal ini merupakan pilihan lokasi proyek yang mendekati secara keseluruhan terhadap persyaratan dan fungsi bangunan. d. Ketentuan dan pertimbangan bangunan dalam penetapan lokasi proyek seperti penganalisaan segala aktivitas, kebutuhan ruang terbuka, kebutuhan ruang pribadi, luas lahan, tingkat ekonomi pengguna, serta keamanan lokasi. Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka lokasi yang dapat dipilih adalah wilayah pusat kegiatan kota dari seluruh bagian Surabaya baik itu Utara – Selatan karena di setiap wilayah kota terdapat kawasan komersial jasa dan berpotensi menjadi alternative lokasi proyek. Radius program pelayanan klien Matanesia ialah tersebar di seluruh kota Surabaya, rata-rata Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 54 berdomisili di wilayah ITS, Unair, maupun fotografer jurnalistik Kompas – Jawa Pos. Berdasarkan pertimbangan radius program pelayanan, lokasi asli klien Matanesia yang berada di Wisma Kedung Asem membutuhkan pengembangan lebih lanjut di lokasi baru. Sehingga, baik eksekutif - fotografer - masyarakat umum dapat lebih mengetahui keeksisan Matanesia ini sendiri. Dikarenakan Matanesia masih menjadi debutan ikon komunitas fotografi regional Surabaya yang eksistensinya sebatas dunia fotografi – advertising dan belum meluas secara universal. Untuk langkah selanjutnya dalam penetapan site, perlu dikaji lebih dalam mengenai RTRK dan kebutuhan ruang terbuka, karena ruang terbuka sangat penting bagi ruang luar bangunan. Selain penting bagi segi penataan massa bangunan, namun juga penting bagi keamanan, keindahan, serta potensial bangunan ke depannya. Pertimbangan tingkat ekonomi pengguna juga tidak dapat diabaikan, karena apabila salah bidikan maka bangunan ini menjadi tidak efektif dan berfungsi sebagaimana mestinya. Dari uraian pada bab sebelumnya dapat diperoleh bahwa proyek yang berjudul Matanesia Galeri di Surabaya ini merupakan bangunan yang mempunyai peruntukan komersial jasa yang mempunyai pangsa untuk eksekutif, fotografer Matanesia maupun fotografer lain, dan umum. Dengan fungsi bangunan utama yaitu galeri – mini museum – ruang workshop, dimana ketiga fungsi ruang diatas merupakan ruang publik yang dikomersilkan. Berdasarkan studi kasus yang telah disebutkan diatas, bahwa kepemilikan gedung ini merupakan milik Matanesia untuk kedepannya. Namun, masih dapat berkembang lebih luas dan tidak menutup lingkup potensi pasar ataupun prospek kerja sama dengan institusi atau pihak lain agar lebih eksis dan berkembang. Dengan total kebutuhan ruang dalam bangunan secara keseluruhan 2559,73 m 2 sehingga dibutuhkan lahan yang dapat mencukupi kebutuhan keseluruhannya.

3.1.2. Alternatif Pilihan Lokasi