76
BAB V KONSEP PERANCANGAN
Desain rancang  suatu bangunan pada dasarnya mempunyai  latar belakang metoda dan tema perancangan  yang menentukan  seperti apa dan bagaimana  hasil
akhir desain tersebut. Dalam hal ini tema perancangan menjadi benang merah dan pengontrol  alur  desain  perancangan.  Objek  perancangan  Galeri  Fotografi
“Matanesia”  di  Surabaya  ini  merupakan  wadah  sebagai  pusat  segala  kegiatan fotografi  Matanesia  agar  adanya  pengapresiasian  karya  foto  khususnya
fotojurnalistik. Beragamnya jenis karya foto yang dihasilkan Matanesia itu sendiri maka muncul kekompleksan konsep desain ruang yang disebabkan oleh adanya 2
pengguna berbeda.
5.1. Pendekatan Perancangan
Kondisi  karakter  Matanesia  saat  ini  merupakan  induk  komunitas  edukasi yang selalu berbagi  informasi tentang fotografi dan membantu  memberikan  ilmu
fotografi  khususnya  fotojurnalistik,  dengan  menyediakan  jasa  sebagai  penyedia photo provider. Di lain sisi, kegiatan Matanesia tidak  hanya diikuti oleh anggota
tetap  Matanesia  saja  namun  juga  partisipan  Matanesia,  mayoritas  berasal  dari masyarakat  yang  berminat  dengan  jurnalistik.  Baik  anggota  maupun  partisipan
Matanesia  selalu  mengungkap  realita  masyarakat  sehingga  mengutamakan kejujuran dan tidak merekayasa di setiap karyanya.
Pada  pendekatan  fakta  terhadap  lokasi  site,  telah  dibahas  di  bab sebelumnya  bahwa  lokasi  terpilih  berada  di  kawasan  pusat  yang  harga  tanahnya
cukup tinggi karena berada di kawasan pusat dan yang merupakan kawasan bisnis, sedangkan kegiatan Matanesia bertolak belakang dengan nilai tanah lokasi terpilih
karena  kegiatannya  tidak  murni  bersifat  bisnis  komersial  saja.  Selain  pengaruh nilai  tanah  site,  karakter  lingkungan  bangunan  sekitar  yang  bermacam-macam
juga  mempengaruhi  tampilan  visual  bangunan.  Karakter  bangunan  lingkungan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
77
sekitar  didominasi  oleh  bangunan  local,  sehingga  akan  menentukan  seperti  apa wajah rancangan bangunan, apakah sama atau berbeda.
Sedangkan  fasilitas bangunan  yang menjadi tempat beraktifitas Matanesia saat  ini  hanya  berupa  bangunan  yang  lebih  bersifat  formil  kantor  dengan  tidak
beragam  fungsi  ruangnya,  sehingga  cenderung  kurang  representatif  untuk digunakan  sebagai  sarana  beraktifitas  fotografi.  Padahal,  dengan  banyaknya
kegiatan  Matanesia  yang  beragam  baik  hunting  sampai  pameran  lebih  banyak mengenai fotojurnalistik, maka banyak menghasilkan karyaproduk beragam pula
sehingga muncul kebutuhan ruang yang beragam pula. Selain itu, kegiatan diskusi antar  anggota  Matanesia  yang  tidak  hanya  berbincang-bincang  namun  juga
presentasi  karya  kepada  anggota  lain,  membutuhkan  ruang  yang  lapang  serta suasana  kekeluargaan    nyaman  sangat  dibutuhkan.  Sehingga,  keberagaman
inilah  yang  menjadi  pendasaran  kuat  dalam  hal  pemilihan  tema  di  perancangan ini.
Dengan  adanya  fakta-fakta  yang  telah  disebutkan  diatas,  maka perancangan  proyek  tugas  akhir  ini  akan  selalu  berkaitan  dan  berpedoman  pada
kondisi  riil  di  lapangan  maupun  masyarakat.  Sehingga,  muncul  beberapa kesimpulan, yaitu :
 Merancang  galeri  fotografi  yang  sesuai  dengan  image  Matanesia  yaitu
informatif dan jujur, baik dari pencerminan olah fasade maupun nuansa. 
Menyediakan  fasilitas  galeri  fotografi  yang  sesuai  dengan  kriteria  dan persyaratan
ruang galeri
foto khususnya
mengenai pameran
fotojurnalistik  Matanesia,  seperti  ruang  pamer,  digi-labruang  informasi, dll  dengan  memperhatikan  dan  memenuhi  kebutuhan  ruang  2  pengguna
yang berbeda. 
Bangunan  Matanesia  yang  sekarang  hanyalah  mewadahi  kegiatan  formil dan  minim  untuk  digunakan  berkegiatan  fotografi  sehingga  muncul
kebutuhan  fasilitas  ruang  untuk  anggota  Matanesia  tetap,  ruang  untuk partisipan  Matanesia  yang  belum  terwadahi,  serta  untuk  pengunjung
umum yang bersifat public dan komersial. Dalam hal dibuat kompleks dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
78
lebih  estetika  dengan  permainan  garis,  lempeng,  dan  batang  pada  ruang  - ruang indooroutdoor bangunan.
 Untuk  mengatasi  kontradiksi  masalah  capital  invesment,  maka  nantinya
untuk perancangan  disediakan fasilitas komersial seperti cafe, ruang serba guna,  dan  outdoor  space,  sehingga  dapat  mengundang  masyarakat  publik
untuk berkunjung dengan kekuatan tampilan bangunan yang unik. Metoda  perancangan
desain perancangan
galeri matanesia
ini menggunakan  Metafora  Tangible,  yang    menurut  Anthony  C.  Antoniades,  1990
dalam  ”Poethic  of Architecture”  ialah  metafora  yang  dapat dirabadirasakan  dari suatu karakter  visual atau  material desain bangunan. Kekuatan  karakter galeri  ini
terletak pada Matanesia dan lingkungan sekitar, yaitu taman kota. Untuk karakter Matanesia  mengambil  konsep  bentukan  massa  dari  mata,  sesuai  dengan  filosofi
nama Matanesia itu sendiri. Peleburan konsep taman kota dan mata berada pada bentuk layout galeri  lantai 1, dimana memasukkan  kegiatan taman kota ke dalam
galeri.  Dengan  maksud  pengunjung  dapat  langsung  merasakan  nuansa  yang berbeda  dari  sebuah  galeri  sekaligus  dapat  melihat  secara  langsung  passion
maupun  dinamika  yang  terjadi  di  lingkungan  msyarakat  sekitar  tapak.  Dasar pemilihan  bentuk  serta  alur  sirkulasi  bangunan  galeri  fotografi  Matanesia  ini
berasal dari garis lengkung yang sering terbentuk di pola penataan taman kota. Dimana,  sekitar  site  banyak  terdapat  taman  kota  dan  landmark  Surabaya.
Sehingga,  pola  layout  pun  menggunakan  banyak  garis  lengkung.  Garis  lengkung yang dibuat pun masih berpakem dari bentuk mata sesuai dengan nama pengguna
utama.
5.2. Penentuan Tema Rancangan