13
dengan  jalur  akademik  seharusnya  dapat  mengembangkan  keilmuan  fotografi lebih  jauh.  Pada  saat  yang  sama  kemunculan  institusi  pendidikan  dapat
memberikan alternatif baru dalam proses penciptaan seni visual. Hal tersebut bisa terjadi jika institusi termasuk pengelola dapat mengembangkan kurikulum melalui
berbagai  pendekatan  dalam  proses  belajar  mengajarnya.  Salah  satu  contoh pendekatan  yang  dapat  digunakan  dengan  teori  pendidikan  seni  Disipline-Based
Art  Education  DBAE.  Dengan  teori  DBAE  fotografi  dapat  diajarkan  secara efektif  melalui  intregrasi  makna  empat  dasar  disiplin  seni  yaitu,  peneiptaan  seni
artistic  creations,  sejarah  seni  art  history,  tinjauankritik  seni  art  criticism.
dan estetikalfilsafat aesthetic. Soeprapto:2002. 2.1.2.2.
Persyaratan Ruang Pamer Museum Mini dan Galeri
Benda-benda  seni  khususnya  foto  yang  dipamerkan  merupakan  benda dengan  nilai  estetika  tinggi.  Namun,  benda  koleksi  tidak  hanya  terdiri  dari  foto
yang  dipajang  pada  ruang  galeri.  Pada  mini  museum  sebagai  tempat  informasi memiliki  benda  koleksi  berbagai  jenis  tipe  kamera  dari  kamera  analog  sampai
digital,  mesin  pencetak  foto  secara  manual,  karya  foto  dari  berbagai  genre fotografi,  dan  lain-lain.  Setiap  ruang  pamer  galeri  memiliki  persyaratan  ruang
yang  berbeda  sesuai  dengan  fungsi  dan  benda  apa  yang  dipamerkan.  Persyaratan tersebut  ialah  temperature  ruang-udara,  sistem  pencahayaan,  ergonomic  dan
penataan  rak  display-benda  pamer,  pentaan  perabot,  serta  standart  kenyamanan pengamat.
A. Standart Temperatur Ruang-Udara
Beberapa  museum  dan  ruang  galeri  mengijinkan  adanya  transisi  lambat untuk  kelembaban  relative  dan  temperature  dlam  menetapkan  point-point
kebutuhan  udara  di  dalamnya.  Koleksi  museum  biasanya  lebih  toleran  terhadap varisasi  temperature  dibandingkan  RH  variasi.  Bagaimanapun  juga,  RH
temperature  yang sensitive maka temperature harus tetap dibanding  RH sehingga RH  dapat  dikendalikan  di  dalam  suatu ruang  sempit  2  terbentang  dari  desain
penetapan titik. Hal ini telah  jelas dalam literature  yang menurunkan temperature menjadi  lebih  baik  untuk  konservasi  lokasi.  Walaupun,  kenyamanan  suhu
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
terhadap manusia   ± 72-76º F, 68-70º F.  Suhu tersebut biasanya menjadi standart ruang pamer pada ruang  publik.
Untuk tipologi fungsi museum maupun galeri dan penghawaan merupakan aspek  teknis  utama  yang  perlu  diperhatikan  untuk  membantu    memperlambat
proses pelapukan dari benda koleksi. Beberapa persyaratan teknis  itu adalah : 
Suhu udara temperatur : bagi koleksi organik dan non-organik
antara 20ºC-24ºC. 
Kelembaban humidity : bagi koleksi organik dan non-organik
berkisar 40-60.
B. Sistem Pencahayaan
Pencahayaan  merupakan aspek penting dari segala aktivitas indoor karena mempengaruhi  kenyaman  dalam  beraktivitas.  Apalagi  dalam  museum  atau ruang
pamer  dirancang  lebih  dari  kapasitas  pencahayaan  yang  tidak  minimum  sebagai identitas utama ruang  interior selain desain kulit interior.
Macam    pencahayaan  ada    2,  yaitu pencahayaan  buatan  dan  pencahayaan alami.  Pecahayaan  buatan  merupakan  penerangan  yang  paling  dominan  pada
bangunan, terutama  museum, ruang galeri, ruang workshop, ruang gelap, ataupun café. Tujuannya ialah sebagai pemenuhan kebutuhan manusia akan cahaya dalam
beraktivitas  di  dalam  ruangan.  Pencahayaan  buatan  juga  dimaksudkan  untuk pengantisipasian  cuaca  yang  tak  terduga  pada  ruang  yang  membutuhkan
pencahayaan  alami  lebih  seperti  sirkulasi    dan  tangga.  Adapun  persyaratan  yang dibutuhkan akan penerangan antara lain :
 Ekonomi
 Memberikan  penerangan  yang  penuh  persyaratan  dan  sesuai  dengan
fungsinya contoh ruang pamer dan ruang gelap dimana cahaya alami tidak terlalu dibutuhkan.
 Waktu penggunaan.
Pencahayaan  alami  memiliki  berbagai  macam  penerapan,  karena tergantung  dari  posisi  benda  yang  dipamerkan  sebagai  lampu  sorot  selain
penerangan  utama  pada  ruang  pamer.  Untuk  lebih  jelasnya  dapat  dilihat  pada
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
gambar 2.1 dibawah ini
Gambar 2.1 Model pencahayaan pada ruang galeri
Sumber: Neufert, Data Arsitek jilid 2
Sedangkan  pencahayaan  alami  terdiri  dari  pencahayaan  dari  bukaan  atas dan  jendela atau bukaan samping. Keuntungan dari pencahayan alami  ialah tidak
menggunakan  energi  listrik  dan  tidak  menghasilkan  efek  radiasi  energi. Pencahayaan  dari  bukaan  atas  memiliki  orientasi  bebas  yang  tidak  terpengaruh
oleh rimbunnya pepohonan sekitar bangunan  sehingga  cahaya  yang didapat lebih leluasa ke seluruh ruangan. Namun dapat menghasilkan panas, beresiko terjadinya
kerusakan  akibat  air  dan  kelembaban.  Pencahayaan  dari  jendela  dapat mempermudah  penglihatan  keluar  ruangan,  mempermudah  bukaan  udara  segar
sesuai  dengan  suhu  sebenarnya.  Namun  kekuranga  pencahayaan  melalui  bukaan samping  ialah  penerangannya  tidak  merata,  terus-menerus,  bergantung  pada
cuaca,  serta  penerangan  diengaruhi  oleh  tinggi  rendah  atau  jauh  dekatnya bangunan sekitar bukaan jendela.
Untuk  panjang  gelombang  lighting adalah  400-700  nanometer  nm, ultra lembayung  adalah  300-400,  sedangkan  ultra  lembayung  spectrum  mempunyai
energi lebih yang dapat merusak objek. Karena ultra lembayung LV  yang lebih mempengaruhi  dibanding  inframerah  IR  maka  perlu  dihindari  penggunaan
alighting  dengan  efek  warna  lembayung  pada  ruang  pamer.  Dua  sumber  UV cahaya ringan dan utama ialah cahaya matahari dan lampu neon David, 2005.
Kebanyakan dalam museum atau ruang pamer, semua pengukur cahaya di area pameran serta koleksi lain perlu adanya LV namun dilindungi dengan kurang
dari  75  microwatts  tiap  satuan  cahaya.  Hal  ini  dimaksudkan  untuk  menghindari kerusakan  pada  objek  karena  efek  pencahayaan  tersebut.  Agar  tidak  terjadi
kerusakan  pada  benda  koleksi  maka  dilekukan  usaha  pengaturan  pencahayaan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
menggunakan pencahayaan alami seperti pada gambar 2.1 di bawah ini
Gambar 2.2 Penyelesaian cahaya matahari pada benda koleksi
Sumber: Tugas Akhir Alan Dumalang, UPN “Veteran” Jatim, 2010
Selain  itu,  juga  diperlukan  adanya  pengaturan  untuk  perletakan  dinding temporer. Tata ruang tersebut perlu memenuhi peraturan sebagai berikut :
1. Penjuru sudut diukur dari suatu titik banding dan 5 feet- 4 inchi di atas
lantai  yang  merupakan  suatu  rata-rata  mata  mengukur  untuk  orang dewasa harus antara 45 dan 75 derajad secara horizontal.
2. Karena  dinding  permanen,  penjurusudut  yang  ideal  pada  umumnya
65-70 derajat 3.
Semakin  sensitif  material  koleksi    karya  seni,  semakin  sedikit pencahayaan yang disajikan
Beberapa  ketentuan  dan  contoh  penggunaan  cahaya  alami  pada museum atau ruang pamer adalah sebagai berikut :
Gambar 2.3 Ruang peragaan dan pencahayaan yang baik berdasarkan percobaan di Boston
Sumber : Data Arsitek edisi 33
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17 Gambar 2.4 Ruang yang memiliki pencahayaan ideal dengan pencahayaan
dari dua sisi, dikembangkan oleh S. Hurst Seager. Sumber: Data Arsitek edisi 33
C.
Ergonomi dan Tata Letak Peragaan Pameran
Untuk  memudahkan  pengunjung  dalam  melihat,  menikmati,  dan mengapresiasi  koleksi,  maka  perletakan  peraga  atau  koleksi  menjadi  sangat
penting.  Berikut standar- standar peletakan koleksi di ruang pamer museum atau art gallery :
Gambar 2.5 Ruang peragaan dan pencahayaan yang baik berdasarkan percobaan di Boston
Sumber : Data Arsitek edisi 33
Gambar 2.6 Hubungan antara dimensi manusia dengan display karya seni
Sumber : Dimensi Manusia  Ruang Interior, 2003
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18 Gambar 2.7 Ruang peragaan dan pencahayaan yang baik
berdasarkanpercobaan di Boston Sumber : Data Arsitek edisi 33
Gambar 2.8 Standar peletakan koleksi Sumber: Data Arsitek edisi 33
Untuk  pameran  dengan  pencahayaan  dari  samping,  tinggi  tempat gantungan yang baik antara 30
o
dan 60
o
, dengan tinggi ruang 6,7 meter dan tinggi ambang  2130  untuk  lukisan  atau  3400  –  3650  untuk  meletakkan  patung.
Sedangkan  ketentuan  luasan  yang  dibutuhkan  untuk  beberapa  macam  koleksi antara  lain,  lukisan  3-5  m
2
luas  dinding,  patung  6-10  m
2
luas  dinding,  dan  1  m
2
ruang lemari cabinet untuk koleksi berupa kepingan per 400 keping.
D. Standart Kenyamanan Pengamat