25
Apabila diperhatikan dari denah diatas maka terlihat bahwa galeri ini terbagai oleh 2 bagian, yaitu bagian I yang terdiri dari ruang galeri,
ruang arsip, ruang kamar peserta exchange program, dan ruang tamu- café. Pada bagian II terdiri dari ruang terbuka nongkrong fotografer,
ruang baca privat, ruang kerja, kamar tempat tinggal anggota kost, dapur, dan toilet. Dengan besaran ruang layaknya besaran ruang paa
selayaknya rumah tinggal biasa.
C. Aspek Kualitas
Tampilan Bangunan
Secara keseluruhan bangunan MES 56 ini didominasi oleh ciri khas arsitektur tradisional Jawa. Terlihat pada atapnya yang merupakan atap
limasan jawa, lalu pada plafonnya menggunakan triplek yang difinishing. Saat memasuki bagian tengah galeri terlihat begitu tradisional karena
lantainya masih menggunakan ubin, lalu plafonnya menggunakan kayu yang disusun sejajar seperti parguel yang dipernish. Penggunaan pintu
dan jendela kupu-kupu dengan material kayu jati mencerminkan arsitektur tradisional bangunan ini. Dinding tampilan luar bangunan
menerapkan teknik finishing yang berbeda 2 bagian, bagian atas menggunakan cat putih lalu pada bagian bawah menggunakan ubi warna
gelap. Pada lantai teras bangunan menggunakan keramik berwarna orange kecoklatan berukuran 30 x 30cm. Untuk gambaran tampilan
bangunan MES 56 dilihat pada gambar di bawah ini
Gambar 2.15 Tampak depan Ruang MES 56 Sumber : Dok. Pribadi, 2011
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
Interior
Dikarenakan bangunan ini menganut aliran arsitektur tradisional Jawa, maka penggunaan dan tata pengaturan interior ruang dalam
bernuansa tradisional. Lantai pada seluruh galeri lantai 1 menggunakan ubin berwarna abu-abu gelap dan penggunaan ubin yang sama sebagai
pelipit lantai, mengelilingi ruangan berbentuk persegi panjang. Ukuran ubin sendiri ialah 20 x 20 cm. Sedangkan lantai pada ruang kerja dan
ruang baca seluruhnya menggunakan material ubin orange susu dengan dikelilingi dinding berwarna putih.
Kesederhanaan tampak pada penggunaan warna cat dinding ruangan yaitu warna putih di seluruh dinding bangunan. Untuk pintu,
kolom kayu, dan jendela menggunakan warna ungu sebagai simbol seni keharmonisan ruang dan feminimisme layaknya seni fotografi
kontemporer ini. Pada plafon ruang galeri sampai ruang kerja menggunakan kayu yang disusun seperti parguel yang biasa digunakan
pada lantai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.15 berikut ini
Gambar 2.16 Interior MES 56 Sumber : Analisa dan Dok. Pribadi, 2011
Gambar 2.17 Detail interior MES 56 Sumber : Analisa dan Dok. Pribadi, 2011
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
Penataan display karya foto dibuat random, dalam arti kata pada tiap sisi dinding penataannya tidak sama. Pada salah satu dinding dibuat
penataan yang acak, bergerumbul, langsung ditempel di dinding, dan tidak menggunakan pigora ataupun dalam kanvas. Pada sisi dinding yang
lain karya foto dipajang dengan rapi – grid, foto diberi pigora, dan ada yang dicetak dalam kanvas. Sedangkan pada salah satu sisi dinding yang
lain tidak digunakan sebagai display karya foto, hal ini dikarenakan dinding ini difungsikan sebagai layar proyetor pada saat diadakan diskusi
– workshop – dan presentasi dari fotografer yang akan melakukan pameran di galeri ini.
Ruang Luar
Ruang luar bangunan MES 56 ini terkesan lapang karena nuansa yang dihadirkan ialah rumah tradisional dimana latar selalu mengelilingi
rumah utama. Hal ini hampir sama seperti di MES 56, dimana terdapar latar ngarep dan latar mburi. Latar ngarep dimanfaatkan sebagai parkir
dan ruang luar untuk bersantai maupun angkringan bagi tamu dan sesama fotografer. Pada latar ngarep tersebut disediakan meja – kursi
sebagai simbol bahwa tempat tersebut merupakan angkringan. Dengan diberi perkerasan yang berbeda yaitu menggunakan batu kerikil sebagai
path penguat beda fungsi ruang luar. Ruang luar bangunan ini tidak hanya sekedar tanah yang lapang namun juga ditanami berbagai macam
pohon baik pohon sawo, mangga, jambu, dan beringin sebagai peneduh angkringan. Untuk lebih jelasnya mengenai ruang luar MES 56 ini, dapat
dilihat pada gambar 2.21 di bawah ini
Gambar 2.18 Ruang luar MES 56 Sumber : Analisa dan Dok. Pribadi, 2011
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
Penghawaan dan Pencahayaan
Untuk sistem penghawaan pada bangunan MES 56 menggunakan penghawaan alami karena memanfaatkan bukaan-bukaan jendela yang
lebar dan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan alam – sosial sekitar mengingat bangunan asal ialah rumah tradisional. Penghawaan ini juga
memanfaatkan taman pada latar ngarep yang dapat menghasilkan angin alami sebagai sirkulasi udara bangunan.
Pencahayaan yang digunakan disini menggunakan kombinasi pencahayaan alami dan buatan. Pada siang menggunakan pencahayaan
alami dari sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan dengan baik melalui bukaannya lalu pada malam hari menggunakan pencahayaan
buatan dari lampu flourecent dan lamp pijar bohlam kuning.
Pola Tatanan Massa
Pola tatanan massa kompleks ini merupakan single building yang berlantai 1. Yang membedakan ialah penataan ruang luarnya dan
penataan program ruangnya.
Gambar 2.19 Massa MES 56 Sumber : Analisa dan Dok. Pribadi, 2011
2.1.3.2. Museum dan Galeri Foto Antara, Jakarta