72 learning
, dapat dilihat bahwa pendidikan karakter dengan metode tersebut sangat efektif dalam meningkatkan karakter siswa. Beberapa siswa merasa
bahwa dengan adanya pelaksanaan pendidikan karakter dengan metode
experiential learning
membuat siswa semangat untuk mengikuti seluruh aktivitas yang diberikan, gembira dalam melaksanakan setiap kegiatan,
siswa dapat lebih menghargai dan mempererat rasa persahabatan, siswa lebih termotivasi untuk berusaha dan berjuang dalam meningkatkan rasa
keingintahuannya, dan dengan metode ini siswa dapat lebih mudah dalam menangkap materi yang diberikan.
Tabel 4.5 Distribusi Hasil Penilaian Siswa Terhadap Implementasi Pendidikan
Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan
Experiential Learning
Rentang Skor Kategori
F 0,80-1,00
Sangat Tinggi 11
36,6 0,60-0,80
Tinggi 16
53,34 0,40-0,60
Sedang 1
3,3 0,20-0,40
Rendah 1
3,3 -1,00-0,20
Sangat Rendah 1
3,3 Dalam tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa implementasi
pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning
sangat efektif diberikan kepada para peserta didik dalam memberikkan atau menanamkan materi mengenai
pendidikan karakter menghargai keragaman. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
B. Pembahasan
Secara umum hasil dari penelitian ini menggambarkan bahwa sebelum peneliti memberikan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning
di SMP N 1 Ponorogo, beberapa siswa sudah memiliki kemampuan dalam hal menghargai keragaman di kategori sedang atau
tinggi. Hal ini terjadi karena siswa diduga sudah memiliki karakter menghargai keragaman yang terbentuk dari faktor eksternal maupun faktor
internal yang diperoleh melalui pendidikan dari keluarga, lingkungan sosial, masyarakat, dan sekolah. Karakter menghargai keragaman juga
dapat meningkat ketika siswa memiliki sikap toleransi, menghargai prestasi, bersahabatkomunikatif, dan peduli sosial. Hal ini sejalan dengan
pendapat Kurniawan 2013 bahwa sikap toleransi, menghargai prestasi, bersahabatkomunikatif, dan peduli sosial merupakan sifat dasar dalam
membentuk karakter menghargai keragaman. Sikap dasar inilah yang harus terus dikembangkan melalui pendidikan karakter formal maupun
nonformal, pendidikan karakter diberikan dengan tujuan agar siswa mampu mengembangkan potensi afektif yang memiliki nilai-nilai bangsa,
mengembangkan perilaku terpuji yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa, menanamkan jiwa menghargai keragaman dan tanggung jawab,
mengembangkan kemampuan mandiri dan berwawasan kebangsaan, dan membangun lingkungan sekolah yang aman dengan rasa kebangsaan
Zubaedi, 2011. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Suyanto 2010:09 menjelaskan bahwa keberhasilan pendidikan karakter dapat diketahui melalui tercapainya butir Standar Kompetensi
Lulus, yang meliputi sebagai berikut: 1 Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja; 2 Memahami
kekurangan dan kelebihan diri sendiri; 3 Menunjukkan sikap percaya diri; 4 Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan
yang lebih luas; 5 Menghargai keragaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional; dan lain
sebagainya. Dari sebagaian butir-butir diatas kita dapat mengetahui seberapa tinggi perkembangan karakter seorang siswa, namun dalam
proses perkembangan pendidikan karakter siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam Zubaedi 2012 bahwa
keturunankeluarga dan lingkungan dapat mempengaruhi pembentukan karakter seseorang. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama
dan utama bagi perkembangan karakter anak. Pola asuh orangtua, nilai- nilai yang ditanamkan pada anak, aturan-aturan keluarga dan sikap
orangtua terhadap pendidikan memiliki pengaruh pada karakter anak. Begitupun dengan lingkungan yang merupakan tempat bagi anak
mengembangkan karakter yang dimiliki, yang dimulai dari lingkungan secara fisik hingga lingkungan sosial anak berada.
Dilihat dari hasil rata-rata perhitungan skor sebelum
pretest
57,04 dan skor sesudah
posttest
, jika dihitung selisih antara
pretest
dan
posttest
adalah 5,42. Dilihat dari selisih antara
pretest
dan
posttest
dapat diketahui PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI