30
dan  penuh  tanggungjawab.  Metode  karyawisata  berguna  bagi  siswa untuk  membantu  mereka  memahami  kehidupan  riil  dalam
lingkungan  beserta  segala  masalahnya.  Misalnya,  siswa  diajak  ke museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat
yang  mengandung  nilai  sejarahkebudayaan  tertentu.  Kegiatan karyawisata  berkaitan  dengan  kegiatan  mendapatkan  informasi.
Karena  pada  kegiatan  karyawisata  berlangsung,  siswa  dapat langsung  meninjau  objek-objek  menarik  dan  mereka  mendapatkan
informasi  yang  lebih  baik  dari  objek  itu.  Selain  itu  siswa  juga mendapat  kesempatan  untuk  memperoleh  penyesuaian  dalam
kehidupan  kelompok,  serta  dapat  mengembangkan  bakat  dan  cita- citanya.
h. Pengajaran Remedial
Merupakan  suatu  usaha  pembimbing  untuk  membantu  siswa yang  mengalami  kesulitan  dalam  menguasai  pelajaran  tertentu,
terutama yang tidak dapat diatasi secara klasikal. i.
Organisasi Siswa atau Kegiatan Kelompok Organisasi  siswa  atau  kegiatan  kelompok  baik  dalam
lingkungan  sekolah  maupun  di  luar  sekolah,  merupakan  salah  satu cara dalam bimbingan kelompok, karena melalui organisasi  banyak
masalah  yang  bersifat  individual  maupun  kelompok  dapat diselesaikan.  Dalam  organisasi,  siswa  mendapatkan  kesempatan
untuk  mengenal  berbagai  aspek  kehidupan  sosial,  siswa  juga  dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
mengembangkan  bakat  kepemimpinanya,  memupuk  rasa  tanggung jawab dan harga diri.
D. Hakikat
Eksperiential Learning
1. Pengertian
Eksperiential Learning
Menurut  Kolb  1984,
experiential  learning
merupakan  sebuah model holistic dari proses pembelajaran di mana manusia belajar, tumbuh
dan berkembang. Penyebutan istilah
experiential learning
dilakukan untuk menekankan  bahwa
experience
pengalaman  berperan  penting  dalam proses pembelajaran dan membedakannya dari teori pembelajaran lainnya
seperti  teori  pembelajaran  kognitif  ataupun  behaviorisme.
Experiential learning
adalah  pembelajaran  yang  dilakukan  melalui  refleksi  dan  juga melalui suatu proses pembuatan makna dari pengalaman langsung.
Experiential learning
adalah sebuah
pendekatan dalam
penyelenggaraan  bimbingan  kelompok  dengan  menggunakan  dinamika kelompok yang efektif. Suatu dinamika kelompok dikatakan efektif ketika
dapat  menghadirkan  suasana  kejiwaan  yang  sehat  diantara  peserta kegiatan,  meningkatkan  spontanitas,  munculnya  perasaan  positif  seperti
rileks,senang,  menikmati,dan  bangga,  meningkatkan  minat  atau  gairah untuk  lebih  terlibat  dalam  proses  kegiatan,  memungkinkan  terjadinya
katarsis,  serta  meningkatnya  pengetahuan  dan  ketrampilan  sosial Prayitno, dkk 1998:90.
Jadi
experiential  learning
adalah  suatu  proses  pembelajaran  yang berpusat  atau  berfokus  pada  pengalaman
experience
melalui PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
penyelenggaraan  bimbingan  kelompok  dengan  menggunakan  dinamika kelompok  yang  efektif.  Untuk  dapat  lebih  memaknai  sebuah  pengalaman
dalam  pendekatan
experiential  learning
dapat  menggunakan  media refleksi.
2. Tujuan Pendekatan
Experential Learning
Tujuan  dari  pendekatan
experiential  learning
adalah  untuk mempengaruhi siswa deengan tiga cara yaitu: mengubah struktur kognitif,
mengubah  sikap  siswa,  dan  memperluas  ketrampilan-ketrampilan  yang sudah  ada.  Ketiga  tujuan  ini  saling  berkaitan  dan  tidak  terpisah-pisah
Memberikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk  dapat  mengekspresikan ketrampilan-ketrampilan yang sudah mereka miliki dengan baik.
3. Langkah-langkah Model Pembelajaran
Experential Learning
Gambar 2.1 Kolb’s Learning Style Model
Pembelajaran  experiential  learning  mengajak  peserta  didik  untuk mampu  menjaga  keseimbangan  antara  apa  yang  diamatidialami  dengan
tindakan yang diberikan terhadap pengalamannya tersebut. Menurut  Kolb PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Kohonen,  dkk  2001  pembelajaran  dengan  metode  experiential  learning memiliki langkah-langkah utama, yaitu:
a. Pengalaman kongkrit
Pembelajaran  melalui  intuisi  dengan  mengikutsertakan    pengalaman pribadi dan menekankan pada aspek afektif seseorang, daripada aspek
kognitif.  Pengalaman  kongkrit  merupakan  orientasi    artistik  yang mengandalkan  sensitivitas  pada  rasa.  Aktivitas    instruksional  yang
mendukung  pembelajaran  dalam  hal  ini,  yaitu    diskusi  kelompok kecil,  simulasi,  penggunaan  film  atau  video,  dan  cerita-cerita
autobiografi. b.
Konseptualisasi abstrak Proses  belajar  yang  mengutamakan  pikiran  kognitif  dan
menggunakan  logika,  serta  pendekatan  sistematis  dalam  pemecahan masalah.  Konseptualisasi  abstrak  menekankan  pada  pemikiran  dan
manipulasi  simbol  abstrak  dengan  maksud  untuk  merapikan  dan menempatkan  sistem  konseptual.  Aktivitas  instruksional  yang
mendukung,  yaitu  konstruksi  teori,  perkuliahan,  dan  pembangungan model dan analogi.
c. Observasi reflektif
Proses  belajar  yang  mengutamakan  persepsi  seseorang    terhadap sesuat,  dimana  berpusat  pada  pemahaman  arti  dari  ide  dan  situasi
melalui pengamatan
yang seksama.
Peserta didik
perlu memperhatikan bagaimana segala sesuatu yang terjadi dengan melihat
34
dari  perspektif  yang  berbeda-beda  dan  mengandalkan  pemikiran, perasaan,  dan  penilaian  pribadi.  Teknik  instruksional  yang  dapat
digunakan,  yaitu  jurnal  pribadi,  karangan  reflektif,  pengamatan, pertanyaan pikiran dan diskusi.
d. Eksperimen aktif
Eksperimen aktif ini mengajak peserta didik belajar melalui  tindakan. Eksperimen aktif ini menekankan pada aplikasi praktis dan bagaimana
segala  sesuatu  terselesaikan.  Peserta  didik  berusaha  terus-menerus untuk mempengaruhi orang, mengubah situasi, dan mengambil resiko
untuk  menyelesaikan  masalahnya.  Teknik  instruksional  yang  dapat digunakan,  meliputi  permainan,  dramasimulasi,  penggunaan  studi
kasus, proyek lapangan, dan lain-lain.
4. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan
Experiential Learning
Kelebihan  model  pembelajaran
experiential  learning
yaitu  dapat menciptakan  suasana  belajar  yang  kondusif,  mendorong  terbentuknya
berpikir  kreatif,  mendorong  siswa  untuk melihat  suatu  hal  dari  perspektif yang  berbeda  dan  meningkatkan  gairah  belajar  siswa  Munif  dan  Mosik,
2009.  Selain  memiliki  kelebihan,  model  pembelajaran
experiential learning
juga  memiliki  kekurangan  yaitu  pembelajaran
experiential learning
membutuhkan  waktu  yang  relatif  lebih  lama  untuk  menciptakan konsep baru.
Tidak  semua  siswa  memiliki  motivasi  yang  cukup  untuk melakukan
concrete  experience
untuk  menemukan  konsep.  Siswa  yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
cenderung  pasif  lebih  suka  untuk  menerima  konsep  langsung  dari  guru. Peran  guru  adalah  menciptakan  situasi  belajar  yang  unik  dan  menarik
sehingga siswa tertarik untuk terlibat dalam pengalaman kongkrit.
5. Kekuatan
Experiential Learning
dalam Pendidikan Karakter
Pendekatan
experiential  learning
dalam  pendidikan  karakter menuntut siswa untuk selalu terlibat karena siswa dianggap sebagai pusat
dalam  pembelajaran.  Pendekatan
experiential  learning
mengajak  peserta didik  untuk  mampu  mengolah  diri,  memaknai,  dan  menafsirkan
pengalaman  belajarnya  dengan  bantuan  orang  lain  melalui  pembelajaran. Dalam  Supratiknya  2011  menjelaskan  bahwa
experiential  learning
memiliki aktivitas inti yang menjadi ciri khas dan kekuatan dalam proses belajarnya, beberapa diantaranya sebagai berikut:
a. Refleksi
Refleksi  adalah  suatu  kegiatan  untuk  menghadirkan  kembali  dalam batin  peserta  didik  dalam  menemukan  makna  dan  nilai  tentang
pengalaman  yang  sudah  dialami.  Refleksi  bertujuan  untuk  mendidik pesertya  didik  dalam  menghubungkan  pengalaman  pribadi  dengan
pembelajaran  yang  didapat.  Kegiatan  refleksi  yang  baik  akan membantu  peserta  didik  untuk  menemukan
insight
atau  pencerahan dalam  menangkap  nilai-nilai  hidup  yang  mendalam  serta  mendorong
peserta  didik  untuk  bertindak  mewujudkannya  dalam  kehidupan sehari-hari.