4.2. Pembahasan
Selama kurun waktu Januari 2011 sampai Desember 2012 diperoleh 29 sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu slaid yang lengkap baik sitologi
imprint, potong beku dan histopatologik. Distribusi usia pada penelitian ini yang terbanyak berkisar antara 51-60 tahun 34,5, dengan usia termuda 20 tahun dan
usia tertua 65 tahun. Dalam literatur dinyatakan bahwa nodul tiroid ditemukan pada 5 orang dewasa, dengan prevalensi yang berbeda-beda di seluruh dunia.
7
Distribusi usia dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nodul tiroid dijumpai pada orang dewasa.
Distribusi jenis kelamin nodul tiroid berdasarkan Head and Neck Oncology adalah lebih banyak pada perempuan dengan perbandingan 10 pada perempuan
dan 2 pada laki-laki.
8
Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini juga lebih banyak pada perempuan dengan perbandingan 23 kasus 79,3 dan laki-laki 6
kasus 20,7. Masalah utama dalam bedah tiroid adalah kemampuan untuk membedakan
nodul tiroid ganas dari nodul tiroid jinak. Kemajuan penggunaan pemeriksaan FNAB sangat banyak membantu dalam menurunnya tindakan terapi bedah pada
nodul tiroid.
14
Nodul tiroid yang disebabkan oleh proses radang, tirotoksikosis dan limfoma tidak ditangani secara operatif kecuali nodul sangat mengganggu jaringan
sekitar misalnya menekan trakhea. Pada penelitian oleh Makes di Departemen Patologi Anatomik FKUI-RSCM tahun 1999-2003 diperoleh hasil lesi jinak
sebanyak 67,37 dengan adenomatous goiter sebagai lesi terbanyak, dan lesi ganas sebanyak 32,63 dengan karsinoma papiler tiroid sebagai lesi terbanyak.
19
Pada penelitian ini juga diketahui bahwa lesi jinak sebanyak 18 kasus 62,1 dengan
Universitas Sumatera Utara
colloid goiter sebagai lesi terbanyak 48,3, dan lesi ganas sebanyak 11 kasus 37,9 dengan karsinoma papiler tiroid sebagai lesi terbanyak 27,7.
Pada lesi tiroid sangat penting mengetahui apakah lesi jinak atau ganas untuk menentukan jenis dan luas operasi yang dibutuhkan pada penderita, dengan
demikian diagnosis intra-operatif sitologi imprint dan potong beku sangat diperlukan pada kasus tiroid ini. Pada penelitian ini, hasil pemeriksaan sitologi
imprint menunjukkan kasus yang terbanyak adalah lesi jinak dengan jumlah 20 kasus 69 dan lesi ganas sebanyak 9 kasus 31. Diagnosis Thy 1 tidak terdapat
dalam penelitian ini, disebabkan pemeriksaan sitologi imprint langsung pada lesi sehingga sediaan kaya akan sel-sel.
19,20
Diagnosis Thy 2 juga dapat diperoleh apabila morfologi sel dapat dilihat dengan baik, di mana terlihat gambaran lesi
tiroid jinak tanpa adanya tanda-tanda sel yang ganas atipik. Diagnosis Thy 3 sebenarnya merupakan diagnosis yang tidak dapat membedakan lesi jinak dan
ganas folikular, namun pada penelitian ini diagnosis Thy 3 dimasukkan dalam kategori jinak, mengikuti kesepakatan pada penelitian sebelumnya penelitian oleh
Makes
19
. Pada penelitian ini terdapat 3 kasus 20,7 dengan diagnosis Thy 3, dengan hasil konfirmasi histopatologik 1 kasus merupakan kasus ganas dan 2 kasus
merupakan kasus jinak, dengan demikian sitologi imprint dalam penelitian ini juga tidak dapat digunakan dalam membedakan karsinoma folikular dari adenoma
folikular. Diagnosis Thy 4 diperoleh jika gambaran sel-sel sudah tidak menunjukkan gambaran lesi jinak namun belum cukup gambaran untuk dinyatakan
sebagai lesi ganas. Pada penelitian ini terdapat 1 kasus dengan diagnosis Thy 4 dan setelah dikonfirmasi histopatologik merupakan lesi ganas. Diagnosis Thy 5
diberikan pada sediaan sitologi dengan gambaran sel-sel yang atipik atau jelas dengan tanda-tanda keganasan. Kadang-kadang diagnosis Thy 5 hanya berupa lesi
Universitas Sumatera Utara
ganas tanpa mengetahui jenis keganasannya, namun biasanya jika lesi tiroid bukan folikular maka jenisnya dapat diketahui secara sitologi. Pada penelitian ini
diagnosis karsinoma papiler tiroid Thy 5 dapat diketahui secara sitologi imprint karena gambaran karakteristik karsinoma papiler tiroid dapat terlihat dengan jelas.
Hasil pemeriksaan potong beku diketahui yang terbanyak adalah lesi jinak sebanyak 20 kasus 69 dengan colloid goiter sebagai kasus terbanyak, dan lesi
ganas sebanyak 9 kasus 31 dengan karsinoma papiler tiroid sebagai kasus terbanyak. Secara histopatologik dapat diketahui jenis lesi berdasarkan gambaran
morfologiknya. Pada penelitian ini terdapat dua kasus yang belum dapat ditentukan jenis histologiknya dalam pemeriksaan potong beku, namun diketahui sebagai lesi
ganas karena gambaran inti sel yang sangat atipik. Hal ini kemungkinan disebabkan pengambilan sampel sediaan yang kurang adekuat atau lokasi pengambilan sediaan
yang belum sesuai, atau proses pengolahan jaringan yang tidak sempurna. Berdasarkan literatur baik sitologi imprint maupun potong beku tidak adekuat
dalam membedakan karsinoma folikular dari adenoma folikular,
19,20
namun pada penelitian ini karsinoma folikular dapat didiagnosis pada potong beku karena bukti
invasi kapsul dapat ditemukan. Dalam kombinasi sitologi imprint dan potong beku diagnosis berdasarkan
nilai tertinggi di antara kedua pemeriksaan, yaitu mengikuti hasil pemeriksaan potong beku. Apabila sediaan potong beku terlihat kurang adekuat maka diagnosis
berdasarkan hasil sitologi imprint. Pada kombinasi sitologi imprint dan potong beku gabungan diagnosis THY3 curiga suatu neoplasma, neoplasma folikular pada
sitologi imprint dan diagnosis neoplasma folikular pada potong beku bukanlah merupakan diagnosis yang defenitif karena tidak dapat membedakan lesi ganas dan
lesi jinak. Kedua pemeriksaan ini mempunyai kemampuan yang sama, baik secara
Universitas Sumatera Utara
sendiri-sendiri maupun secara kombinasi. Hasil pemeriksaan yang tidak dapat membedakan lesi jinak dan lesi ganas menyebabkan berkurangnya sensitivitas dan
spesifisitas pemeriksaan intra-operatif sitologi imprint dan potong beku. Pada tabel uji diagnostik sitologi imprint terhadap histopatologik diketahui
dari 9 kasus yang didiagnosis ganas secara sitologi imprint, diketahui hanya 8 kasus yang terbukti ganas secara histopatologik, yang berarti terdapat 1 kasus false
positive. Keadaan ini mungkin terjadi karena pada sitologi imprint sel-sel menjadi hiperseluler sehingga menyerupai lesi ganas, demikian juga cara menghapuskan
slaid mungkin terlalu ditekan sehingga banyak sel yang tertarik dan memberikan gambaran yang atipik; atau bisa juga cara pengambilan yang tidak ditempel tapi di-
scrap sehingga banyak sel yang tertarik dan memberikan gambaran bentuk sel yang atipik. Keadaan ini juga dapat terjadi apabila sediaan tidak langsung difiksasi. Hal
yang dapat membantu adalah gambaran kromatin inti yang masih halus berwarna basofilik. Pada tabel ini juga diketahui dari 20 kasus yang didiagnosis jinak,
diketahui hanya 17 kasus yang benar-benar jinak secara histopatologik, yang berarti terdapat 3 kasus false negative. Keadaan ini mungkin terjadi karena lokasi
pengambilan sampel yang kurang representatif, kemungkinan dari daerah yang kurang mengandung massa tumor.
Pada tabel uji diagnostik potong beku terhadap histopatologik diketahui dari 9 kasus yang didiagnosis ganas dalam pemeriksaan potong beku, secara
histopatologik seluruhnya memberikan gambaran yang sama dan didiagnosis ganas. Keadaan ini dapat diperoleh karena arsitektur dan morfologi sel dapat terlihat
dengan jelas. Pemeriksaan potong beku memiliki keterbatasan di mana tidak semua jenis histologik lesi dapat ditentukan dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan potong
beku dalam penelitian ini hanya untuk membedakan lesi ganas dan lesi jinak. Pada
Universitas Sumatera Utara
tabel ini diketahui dari 20 kasus yang didiagnosis jinak dalam pemeriksaan potong beku, hanya 18 yang didiagnosis jinak secara histopatologik, dengan demikian
terdapat 2 kasus false negative. Keadaan ini mungkin terjadi karena pengambilan jaringan sampel yang belum representatif atau proses pengolahan yang belum
sempurna sehingga gambaran keganasan tidak terlihat. Tabel uji diagnostik kombinasi sitologi imprint dan potong beku terhadap
histopatologik menunjukkan perbandingan yang sama dengan tabel uji diagnostik potong beku terhadap histopatologik dengan gambaran dari 9 kasus yang
didiagnosis ganas dalam kombinasi sitologi imprint dan potong beku, seluruhnya juga didiagnosis ganas pada pemeriksaan histopatologik. Demikian juga dari 20
kasus yang didiagnosis jinak dalam kombinasi sitologi imprint dan potong beku, diketahui 18 kasus didiagnosis jinak secara histopatologik, dengan demikian
terdapat 2 kasus false negative. Pada penelitian ini diperoleh sensitivitas sitologi imprint 72,7 lebih rendah
daripada sensitivitas potong beku dan kombinasi sitologi imprint dan potong beku 81,8, yang berarti kemampuan sitologi imprint dalam mendeteksi keganasan
masih lebih kecil dibanding potong beku dan kombinasi sitologi imprint dan potong beku. Spesifisitas dari sitologi imprint 94 juga masih lebih rendah dibanding
potong beku dan kombinasi sitologi imprint dan potong beku 100, yang berarti kemampuan untuk menentukan bahwa lesi tiroid tidak ganas jinak dari
pemeriksaan sitologi imprint masih lebih rendah dari potong beku dan kombinasi
sitologi imprint dan potong beku. Pada penelitian ini nilai spesifisitas pada seluruh pemeriksaan sangat tinggi 90 bahkan pada potong beku dan kombinasi
sitologi imprint dan potong beku menyamai baku emas 100, yang berarti pemeriksaan ini dapat dipercaya untuk memastikan lesi tiroid jinak. Nilai duga
Universitas Sumatera Utara
positif dari sitologi imprint 88,9 juga lebih rendah dari potong beku dan kombinasi sitologi imprint dan potong beku 100, yang berarti kemampuan
sitologi imprint dalam menentukan kemungkinan lesi benar-benar ganas apabila uji diagnostiknya positif ganas, bahkan kemampuan potong beku dan kombinasi
sitologi imprint dan potong beku menyamai baku emas sehingga pemeriksaan ini dapat dipercaya dalam menentukan lesi ganas tiroid. Nilai duga negatif dari sitologi
imprint 85 juga lebih rendah dari potong beku dan kombinasi sitologi imprint dan potong beku 90, yang berarti kemampuan sitologi imprint dalam
menentukan kemungkinan lesi benar-benar jinak apabila uji diagnostiknya jinak lebih rendah dibanding potong beku dan kombinasi sitologi imprint dan potong
beku. Nilai akurasi sitologi imprint 86,2 juga lebih rendah dari potong beku dan kombinasi sitologi imprint dan potong beku 93,1, di mana ini merupakan
persentasi hasil pemeriksaan yang benar terhadap seluruh hasil pemeriksaan. Beberapa penelitian yang dilaporkan dalam literatur seperti penelitian
kombinasi potong beku dan sitologi imprint yang dilakukan oleh Caraci et al, menunjukkan nilai sensitivitas 80, pada penelitian ini menunjukkan nilai
sensitivitas 81,8; sedangkan penelitian oleh Makes menunjukkan nilai sensitivitas 86,8. Ersoy et al dalam penelitiannya di Ankara, Turki menunjukkan sensitivitas
potong beku yang sangat rendah 54 namun dengan spesifisitas yang sangat baik 100.
19
Secara keseluruhan pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan potong beku dan kombinasi sitologi imprint dan potong beku masih lebih dapat
dipercaya daripada sitologi imprint secara tunggal dalam pemeriksaan intra-operatif di RSUP Haji Adam Malik Medan. Kelemahan dalam penelitian ini adalah jumlah
sampel yang masih terlalu sedikit untuk menilai akurasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN