dilakukan  apabila  setelah  dua  kali  prosedur  FNAB    menunjukkan  spesimen  non diagnostik Thy 1 atau diduga limfoma.
8
2.5.6.3.  Pemeriksaan Durante Operasi Sitologi Imprint dan Potong Beku
Walaupun pemeriksaan fisik, skintigrafi dan USG dapat memberi informasi tentang  nodul  tiroid  namun  tidak  dapat  membedakan  lesi  jinak  dan  ganas,  dengan
demikian  FNAB  preoperatif,  potong  beku  dan  sitologi  imprint  intra-operatif durante operasi telah digunakan secara rutin untuk diagnosis dan penatalaksanaan
nodul tiroid. Hanya saja karena invasi vaskular dan kapsul tidak dapat diidentifikasi dengan FNAB, pemeriksaan ini kurang bermanfaat dalam mendiagnosis neoplasma
folikular.
20
Sitologi  imprint  sangat  kaya  akan  sel-sel  dan  dengan  demikian  akan  lebih digunakan  oleh  ahli  patologi  sebagai  pemeriksaan  sitologi  kecuali  untuk  melihat
invasi  vaskular  dan  kapsul  yang  tidak  dapat  ditunjukkan  dengan  teknik  ini.  Pada penelitian  oleh  Pluto  et  al  ditunjukkan  bahwa  sitologi  imprint  lebih  bernilai  untuk
membedakan  lesi  jinak  dan  lesi  ganas  pada  nodul  tiroid.  Dalam  penelitian  oleh Masuda  et  al  penemuan  gambaran  morfologi  sel  seperti  lekukan  pada  inti,
meningkatnya  densitas  matriks  sitoplasma,  banyaknya  kelompokan  sel-sel  yang berukuran  besar  sebagai  gambaran  malignansi  diperoleh  dari  sitologi  imprint.
Novik et al memeriksa 1129 pasien dengan nodul tiroid menemukan bahwa FNAB danatau  sitologi  imprint    memiliki  sensitivitas  92,3  dan  spesifisitas  75  untuk
menentukan  keganasan.  Hal-hal  ini  menunjukkan  bahwa  sitologi  imprint  lebih efisien  dan  lebih  handal  karena  selularitasnya.  Teknik  potong  beku  sebagai
pemeriksaan  intra-operatif  jaringan  dapat  digunakan  walaupun  pada  FNAB  tidak menunjukkan  keganasan  suspisius  atau  jinak  dan  secara  klinis  ganas.  Teknik
Universitas Sumatera Utara
potong  beku  juga  tidak  adekuat  untuk  diagnosis  neoplasma  folikular  meskipun gambaran  invasi  vaskular  dan  kapsul  mungkin  dapat  ditunjukkan  dengan  sampel
jaringan  yang diperoleh. Teknik potong beku membutuhkan waktu prosesing  yang lebih lama dan lebih mahal dari sitologi imprint.
19,20
Indikasi  pemeriksaan  intra-operatif  sitologi  imprint  dan  potong  beku antara lain mengetahui diagnosis awal, namun peranan ini mulai berkurang dengan
adanya FNAB, core biopsy dan endoskopi; mengetahui kecukupan spesimen biopsi dalam  menentukan  batas  daerah  lesi  dan  normal;  untuk  menentukan  stadium
keganasan dan untuk mengevaluasi kecukupan eksisi.
36
Terdapat tiga cara utama untuk membuat sediaan sitologi spesimen jaringan intra-operatif:  scrape  and  smear  cytoscrape,  touch  imprint,  dan  squash  and
smear. Pilihan tergantung pada individu, tipe jaringan dan ukuran jaringan. Untuk scrape  dan  touch,  harus  dilakukan  pada  permukaan  yang  dilakukan  pemotongan
baru, bukan pada permukaan yang kering akibat cautery atau akibat perjalanan dari ruang  operasi  ke  ruang  patologi.  Pada  teknik  ini  kelebihan  cairan  dan  darah  juga
harus dihindari. Teknik cytoscrape biasanya digunakan pada spesimen  yang besar, yang  tidak  menghasilkan  sel  secara  mudah  seperti  tumor  mesenkimal  dan  tumor
disertai  kalsifikasi.  Cytoscrape  dapat  dilakukan  dengan  ujung  slaid  atau  dengan permukaan  pisau  bedah.  Touch  imprint  adalah  yang  paling  populer  di  kalangan
patolog, merupakan teknik yang baik terutama untuk spesimen yang kecil dan pada jaringan yang menghasilkan banyak sel seperti jaringan limfoid, adenoma tiroid dan
hipofise. Teknik squash and smear paling sering digunakan untuk lesi sistem saraf pusat.  Semua  sediaan  sitologi  dapat  dilakukan  baik  fiksasi  basah  dengan  alkohol
maupun  fiksasi  kering.  Fiksasi  basah  diwarnai  dengan  hematoksilin-eosin,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan fiksasi kering  diwarnai dengan pewarnaan Romanowsky, Diff-Quik atau Giemsa.
36
2.6.  Klasifikasi Lesi-lesi utama pada kelenjar tiroid dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2.
Lesi-lesi utama pada kelenjar tiroid
14
No. Tipe lesi
Subtipe
1 Kista Cysts
2 Goiter Goiters
Colloid goiter 3
Tiroiditis Thyroiditis
Acute Subacute deQuervains
Lymphocytic Hashimotos disease Riedels Struma fibrosing thyroiditis
4 Tumor  sel folikel
Tumors Follicular tumors
Follicular adenomas Follicular carcinoma
5 Tumor sel Hürthle
Hürthle cell tumors Hürthle cell adenoma
Hürthle cell carcinoma
6 Karsinoma lainnya
Other carcinomas Papillary and its variants
Medullary Anaplastic large- and small-cell types
7 Limfoma  Malignant lymphomas
8 Tumor-tumor ganas yang jarang
Rare malignant tumors 9
Tumor-tumor metastasis Metastatic tumors
Perlu  dipertimbangkan  walaupun  diagnosis  yang  sangat  spesifik  dapat diperoleh dengan FNAB peranan utama pemeriksaan ini adalah untuk membedakan
tumor primer tiroid. Bukti secara statistik menunjukkan bahwa penggunaan  FNAB
Universitas Sumatera Utara
secara jelas menurunkan jumlah total tiroidektomi, sedangkan proporsi penanganan bedah pada karsinoma meningkat secara nyata.
14
Klasifikasi  tumor  pada  tiroid  berdasarkan  klasifikasi  oleh  World  Health Organization WHO dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 . Klasifikasi tumor tiroid berdasarkan Klasifikasi WHO 2004
4,5
No Klasifikasi
1 Thyroid carcinomas
Papillary carcinoma Follicular carcinoma
Poorly differentiated carcinoma Undifferentiated anaplastic carcinoma
Squamous cell carcinoma Mucoepidermoid carcinoma
Sclerosing mucoepidermoid carcinoma with eosinophilia Mucinous carcinoma
Medullary thyroid carcinoma Mixed medullary and follicular cell carcinoma
Spindle cell tumour with thymus-like differentiation SETTLE Carcinoma showing thymus-like differentiation CASTLE
2 Thyroid adenomas and related tumours
Follicular adenoma Hyialinizing trabecular tumour
3 Other thyroid tumours
Teratoma Primary lymphoma and plasmacytoma
Ectopic Thymoma Angiosarcoma
Smooth muscle tumours Peripheral nerve sheath tumours
Paraganglioma Solitary fibrous tumour
Follicular dendritic cell tumour Langerhans cell histiocytosis
Secondary tumours of the thyroid
Universitas Sumatera Utara
2.7.  Gambaran Sitologi dan Histopatologi Lesi-lesi  Tiroid 2.7.1.
Colloid Goiter
Sinonimnya  antara  lain  adenomatous  goiter,  diffusenodular  colloid  goiter, simple  goiter,  endemic  goiter,  dan  multinodular  goiter,  nodular  hyperplasia.
5,12,14
Gambaran  sitologi  colloid  goiter  tergantung  pada  tipe  lesi.  Aspirat  dapat  solid, semi-solid atau cairan. Aspirat yang solid atau semi-solid sering berisi massa koloid
yang  pada  pewarnaan  Papanicolaou  berupa  massa  pink  yang  homogen,  dengan pewarnaan  Diff-Quik  menunjukkan  warna  ungu  kebiruan.  Kadang-kadang  aspirat
hanya  terdiri  dari  massa  koloid  dengan  sedikit  sel-sel  folikel  atau  makrofag. Walaupun  sediaan  ini  tidak  termasuk  dalam  kriteria  adekuat,  biasanya  sediaan  ini
merupakan colloid goiter.
14
Pada  kebanyakan  kasus,  sediaan  mengandung  sel-sel  folikel  berbentuk kuboid  yang  kecil,  terlihat  secara  tunggal  atau  kelompokan  flat  sheet  dengan  inti
bulat kecil dan batas sitoplasma dengan gambaran  honeycomb dapat  dikenali. Sel- sel folikel yang “naked” sering tersebar dalam sediaan dan harus dibedakan dengan
sel-sel  limfosit.  Inti  sel  limfosit  sedikit  lebih  kecil  dan  dengan  pembesaran  kuat biasanya  dikelilingi  oleh  sitoplasma  yang  sangat  tipis  berwarna  biru.  Pada  nodul
paska  perdarahan  atau  kista,  sejumlah  makrofag  biasanya  mengandung  granul fagositik  hemosiderin  dapat  dijumpai.  Aspirat  yang  mengandung  cairan  biasanya
menunjukkan  adanya  degenerasi  kistik.  Cairan  bisa  saja  jernih,  kekuningan  atau coklat dengan latar belakang perdarahan sebelumnya.
14
Colloid  goiter  biasanya  disebabkan  oleh  hiperplasia  kelenjar  tiroid  yang diinduksi oleh defisiensi iodium. Gambaran histologiknya bervariasi sesuai dengan
stadium perkembangan penyakit. Pada stadium awal terjadi perubahan bilateral dan pembesaran  difus  pada  kelenjar  terdiri  dari  folikel-folikel  yang  kecil.  Selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
beberapa  folikel  akan  mengalami  dilatasi  dan  membentuk  nodul  dengan  diameter sekitar  1  sampai  beberapa  centimeter.  Perubahan  degeneratif  seperti  perdarahan,
nekrosis,  kista  sebenarnya  pseudokista  dan  pembentukan  parut,  sering  dijumpai pada  nodul.  Proses  ini  dapat  terjadi  pada  seluruh  kelenjar  atau  hanya  secara  fokal
dan terbentuk nodul soliter. Pada skintigrafi sering dinyatakan sebagai “cold nodul”
saja  yang  sulit  dibedakan  dengan  adenoma  atau  karsinoma  sehingga  biasanya merupakan alasan untuk dilakukan biopsi aspirasi.
5,12,14
A B
Gambar 2.3. Sitologi Colloid Goiter. A. Sel-sel folikel membentuk kelompok flat sheets
dengan gambaran “honeycomb”. B. Kelompokan sel-sel folikel dengan latar belakang sebaran sel-sel folikel
14
A B
Gambar 2.4 . Gambaran histologik nodular hyperplasia A. Makroskopik dengan arean
kistik dan perdarahan. B. Mikroskopik dengan pembentukan struktur papiler jinak yang tumbuh ke lumen folikel yang berdilatasi. Tampak inti yang tersusun di basal
12
2.7.2. LymphocyticAutoimmune  Thyroiditis  Hashimotos  DiseaseStruma