BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Struktur Pemanfaatan Lahan dengan Transportasi
Perencanaan dalam pengertian umum dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan memperhatikan segala
keterbatasan dan pembatasan yang ada untuk mencapai suatu tujuan secara efisien dan efektif. Tujuan perencanaan akan dirumuskan pada suatu keinginan dan sasaran
yang akan dicapai sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan dimensi waktu akan mencakup penentuan waktu untuk mencapai keinginan dan sasaran tersebut agar
dapat memenuhi kebutuhan masa mendatang. Penataan ruang ialah usaha untuk merencanakan jumlah penggunaan lahan
pada keperluan tertentu dan tempat yang tepat, termasuk di dalamnya mengatur hubungan antara permukiman dengan tempat bekerja, tempat sekolah, tempat
berbelanja, tempat hiburan dan lain-lain yang semuanya juga sangat tergantung pada rencana jaringan jalan di kota dan pemilihan rencana penggunaan lahan Budi D.
Sinulingga, 2005. Oleh karena itu, penataan ruang kota merupakan suatu upaya untuk mempertahankan konsistensi dari tujuan-tujuan yang diharapkan berkaitan
dengan optimasi pemanfaatan ruang dan kegiatan yang ada dalam suatu perkotaan.
Muhammad Ikhwan Lubis : Evaluasi Tingkat Pelayanan Jalan Sebagai Penunjang Perencanaan dan Pengembangan Pemanfaatan Lahan Studi Kasus : Jalan Kolonel Yos Sudarso Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai.
USU e-Repository © 2008.
Dengan demikian segala usaha pembangunan yang dilakukan mengikuti acuan pada pola dan struktur ruang fisik yang telah tertuang dalam suatu dokumen perencanaan.
Penataan struktur kota pada hakekatnya merupakan wadahruang untuk mengakomodasikan kegiatan perkotaan yang selalu berkembang. Kegiatan-kegiatan
ini mencakup permukiman, perdagangan, pemerintahan, jasa, industri, pendidikan, pelabuhan dan lain sebagainya. Seluruh kegiatan perkotaan yang berkembang secara
terus menerus itu bersifat kompetitif dalam penggunaan ruang yang ada, sehingga sering terjadi konversi tata guna lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya.
Oleh dari kegiatan ini timbul suatu permasalahan dimana kondisi lingkungan permukiman yang mengalami perubahan dan tingkat kualitas penurunan.
Jadi persoalannya adalah perubahan kebijakan secara langsung dapat menguntungkan masyarakat atau menguntungkan segelintir pengusaha saja dengan
perubahan kebijakan tata ruang yang terjadi. Oleh karena itu, perubahan itu difokuskan kepada empat tujuan mendasar, yaitu berupa :
a. Menjelaskan terjadinya perubahan kebijakan tata ruang di wilayah.
b. Mengidentifikasi lokasi-lokasi yang mengalami perubahan sekaligus
menggambarkan peruntukkan lahan yang baru. c.
Mengidentifikasi pihak-pihak yang diuntungkan dan dirugikan ketika terjadi perubahan kebijakan tata ruang kota.
d. Menggambarkan pihak-pihak yang terlibat dan menentukan dalam proses
perubahan tata ruang kota.
Muhammad Ikhwan Lubis : Evaluasi Tingkat Pelayanan Jalan Sebagai Penunjang Perencanaan dan Pengembangan Pemanfaatan Lahan Studi Kasus : Jalan Kolonel Yos Sudarso Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai.
USU e-Repository © 2008.
Ditinjau terhadap organisasi spasial perkotaan di kota yang terencana dengan baik akan sesuai dengan fungsi kota. Fungsi kota meliputi kebutuhan untuk
pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan industri sentra jasa. Ini dikaitkan dengan tinjauan strukturorganisasi perkotaan, pada umumnya dimungkinkan untuk
membedakan kelompok-kelompok bangunan dalam kota berdasarkan fungsi tata guna tanahnya.
Jadi bila kita tinjau dari struktur dalam kota itu sendiri yang dipengaruhi oleh fungsi kota dan dinamika penduduknya, maka percepatan pertumbuhan akan
menampakan perubahan pada fisik kekotaan yang tidak sama di tinjau dari bagian terluar kota sedangkan bentuk morfologi kota sangat bervariasi adanya. Dari waktu
ke waktu bentuk fisik kota selalu mengalami perubahan, sementara itu batas administrasi kota relatif sama.
Adanya organisasi spasial dapat dibedakan dengan penggunaan lahan pada suatu kota itu sendiri walaupun keduanya sangat berperan dalam perencanaan dan
pengembangan wilayah. Tata guna tanah salah satunya, dimana pengaturan penggunaan lahan sangat berperan dalam pembentukan struktur ruang kota itu sendiri
yang membentu suatu organisasi spasial atau organisasi keruangan sehingga menyusun ruang-ruang atau sektor-sektor menjadi suatu kesatuan ruang yang teratur.
Sehingga Guna lahan land use merupakan istilah yang berasal dari ekonomi pertanian, yang arti aslinya adalah sebidang tanah dan penggunaan ekonomisnya
seperti untuk tanaman basah, tanaman kering. Istilah guna lahan kemudian diadopsi ke dalam perencanaan wilayah kota dengan arti yang bergeser dari aslinya. Secara
Muhammad Ikhwan Lubis : Evaluasi Tingkat Pelayanan Jalan Sebagai Penunjang Perencanaan dan Pengembangan Pemanfaatan Lahan Studi Kasus : Jalan Kolonel Yos Sudarso Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai.
USU e-Repository © 2008.
umum, ”guna lahan perkotaan’ diartikan sebagai distribusi keruangan spatial distribution atau pola geografis dari fungsi-fungso perkotaan, seperti perumahan,
perdagangan, perkantoran, rekreasi, industri dan lain-lain Djunaedi, 2003 Perbedaan dalam konsep tata guna tanah dan organisasi keruangan adalah
terletak pada unsur fungsinya. Pada tata guna tanah lebih menekankan pada pengaturan dan pengendalian penggunaan fungsi tanah berdasarkan kelas; sedangkan
dalam organisasi keruangan tidak terkandung unsur pengaturan. Selain itu, dalam organisasi spasial tampak adanya hierarki ruang, dalam arti terdapat urutan tinggi
rendah nilai atau status ruang. Dalam organisasi spasial perkotaan yang menjadi objek adalah ruang-ruang di perkotaan Yunus, 2002.
Guna lahan berkaitan erat dengan kegiatan aktivitas manusia. Jadi, sebenarnya guna lahan dibentuk oleh tiga unsur, yaitu manusia, aktivitas dan lokasi
yang saling berinteraksi satu sama lain. Manusia sebagai makhluk hidup memiliki sifat yang dinamis yang diperlihatkan dari berbagai macam aktivitas yang
dilakukannya. Manusia membutuhkan wadah atau ruang atau tempat untuk melakukan aktivitasnya. Tempat inilah disebut lokasi. Lokasi tempat aktivitas
manusia inilah kemudian disebut juga guna lahan. Sebagai contoh, aktivitas pengolahan menimbulkan guna lahan industri, aktivitas transportasi menimbulkan
guna lahan jaringan jalan, dan aktivitas jasa menimbulkan guna lahan penginapan. Tiap-tiap aktivitas memiliki karakteristik yang berbeda-beda termasuk dalam hal
pemilihan lokasi. Akibat perbedaan lokasi tiap-tiap aktivitas, terjadilah pergerakan
Muhammad Ikhwan Lubis : Evaluasi Tingkat Pelayanan Jalan Sebagai Penunjang Perencanaan dan Pengembangan Pemanfaatan Lahan Studi Kasus : Jalan Kolonel Yos Sudarso Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai.
USU e-Repository © 2008.
penduduk dari satu lokasi aktivitas menuju lokasi aktivitas lainnya. Pergerakan merupakan bagian dari transportasi.
Berdasarkan kondisi di atas, manajemen guna lahan dapat diibaratkan sebagai bangku berkaki empat yang tiap-tiap kaki menggambarkan masing-masing aspek,
yaitu nilai sosial, nilai ekologi, nilai pasar dan transportasi. Agar bangku dapat berdiri kokoh, tiap-tiap kaki harus berada pada tempatnya dengan proporsi dan posisi yang
tepat. Tiap-tiap kaki sama pentingnya, jika struktur keempat kaki tidak terintegrasi, bangku tersebut tidak dapat berdiri kokoh.
Berkaitan dengan penjelasan di atas, dalam manajemen guna lahan, jika nilai sosial diabaikan akan menimbulkan masalah sosial, seperti kejahatan. Jika nilai
ekologi diabaikan akan menimbulkan masalah ketidakseimbangan lingkungan alami, seperti banjir dan longsor. Jika nilai pasar diabaikan akan menimbulkan kemacetan
pembangunan karena pihak pembangun tidak memperoleh keuntungan finansial. Jika aspek transportasi diabaikan akan menimbulkan berbagai macam masalah, seperti
kemacetan lalu lintas, polusi udara, dan polusi suara. Karena itu, keempat aspek ini harus sama-sama dipertimbangkan, dengan prioritas yang sama, dalam manajemen
perubahan guna lahan. Aspek transportasi tidak dapat dipisahkan dari guna lahan karena guna lahan
memiliki hubungan saling mempengaruhi dengan aspek transportasi. Guna lahan tidak bisa dilepaskan dari lalu lintas karena lalu lintas merupakan fungsi dari guna
lahan. Guna lahan merupakan faktor penentu utama bangkitan pergerakan trip
Muhammad Ikhwan Lubis : Evaluasi Tingkat Pelayanan Jalan Sebagai Penunjang Perencanaan dan Pengembangan Pemanfaatan Lahan Studi Kasus : Jalan Kolonel Yos Sudarso Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai.
USU e-Repository © 2008.
generation. Besarnya bangkitan pergerakan suatu kegiatan dan orientasi pergerakan tersebut akan menentukan kebutuhan akan fasilitas transportasi Johara T. : 1999.
Analisa lain mengatakan bahwa ada faktor pengaruh yang membagi kawasan perdagangan pusat kota atas faktor aksesibilitas dan keterkaitan spasial. Aksesibilitas
berkaitan dengan faktor kemudahan terjadinya kegiatan pada suatu lokasi sedangkan keterkaitan spasial berkaitan dengan pengaruh suatu kegiatan terhadap kegiatan lain.
Aksesibilitas yang dimaksudkan adalah berasal dari kata acces yang berarti jalan masuk, memberikan jalan yang mudah, M. Echols John dan Shadily Hasan
1993, bahwa aksesibilitas atau daya dukung adalah tingkat kemudahan berhubungan dari satu tempat ke tempat yang lain. Apabila dari satu tempat ”A” orang dapat
dengan mudah berhubungan dengan mendatangi tempat ”B” atau sebaliknya, apabila hubungan dapat dilakukan dengan berbagai cara atau alat penghubung dengan baik
dan lancar, maka dapat dikatakan akses ”A”-”B” adalah tinggi. Dalam kaitan dengan perkembangan kawasan perdagangan kota, faktor
aksesibilitas tidak terlepas dari ketersediaan infrastruktur jaringan jalan dan ketersediaan fasilitas pendukung lainnya akan memberikan kemudahan akses bagi
setiap pembeli atau pedagang untuk menentukan karakter dalam memilih suatu lokasi dan sekaligus dapat menyebabkan kawasan tersebut terus tumbuh dan berkembang
menjadi lebih maju. Faktor infrastruktur jaringan jalan sangat berpengaruh terhadap penguatan dan
peningkatan ekonomi suatu wilayah, dimana ekonomi suatu wilayah akan menjadi kuat sangat didukung pula oleh berkembangnya tidaknya perdagangan yang ada pada
Muhammad Ikhwan Lubis : Evaluasi Tingkat Pelayanan Jalan Sebagai Penunjang Perencanaan dan Pengembangan Pemanfaatan Lahan Studi Kasus : Jalan Kolonel Yos Sudarso Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai.
USU e-Repository © 2008.
wilayah tersebut. Ini menggambarkan bahwa pembangunan ekonomi suatu wilayah tergantung pada penyediaan sarana dan prasarana transportasi khususnya dalam
menghubungi daerah hinterland sebagai kantong produksi dengan daerah sebagai pusat pembangunan wilayah maupun kota yang memiliki potensi dalam jangkauan
daerah sekitarnya, dan salah satu aspek yang mendukung pembangunan sistem transportasi adalah pembangunan prasarana jalan raya Johara T. : 1999.
Oleh karenanya, Morlok 1998, mengatakan; pembangunan prasarana dan sarana transportasi dalam hal ini transportasi darat adalah suatu bagian integral dari
fungsi yang menunjukkan hubungan sangat erat dengan gaya hidup, jangkauan lokasi dari aktivitas produksi, hiburan, barang-barang yang tersedia untuk konsumsi.
Jelaslah bahwa dengan sarana transportasi yang lancar dan memudahkan orang untuk melakukan gerak atau mobilitas geografis dan sosial sesuai dengan kemampuannya
guna memperluas wawasan maupun usaha untuk mencapai peningkatan taraf hidup dalam berbagai interaksi aktivitasnya.
Sistem transportasi secara menyeluruh merupakan suatu sistem makro yang terdiri dari beberapa sistem yang lebih kecil mikro. Sistem transportasi mikro ini
adalah sistem kegiatan, sistem jaringan prasarana transportasi, sistem pergerakan lalu lintas, dan sistem kelembagaan Tamin : 2000.
Pergerakan sendiri merupakan sistem mikro yang kedua dalam sistem transportasi. Pergerakan ini dapat berupa pergerakan manusia maupun barang.
Pergerakan membutuhkan wadah tempat bergerak berupa prasarana transportasi. Prasarana transportasi merupakan sistem makro yang ketiga dalam sistem transportasi
Muhammad Ikhwan Lubis : Evaluasi Tingkat Pelayanan Jalan Sebagai Penunjang Perencanaan dan Pengembangan Pemanfaatan Lahan Studi Kasus : Jalan Kolonel Yos Sudarso Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai.
USU e-Repository © 2008.
yang disebut dengan sistem jaringan, meliputi jaringan pergerakan darat, air, dan udara.
Bila dalam suatu sistem kota, seperti gambar di bawah ini diperlihatkan adanya hubungan antara guna lahan, demografi dan transportasi. Transportasi sendiri
dapat dilihat sebagai fungsi dari beberapa sub sistem, seperti transportasi pribadi, transportasi umum public dan transportasi barang Orn, dalam Heriansyah: 2002.
Keseluruhan elemen tersebut merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan dalam proses pembangunan kota. Penambahan arus lalulintas tidak dapat dimengerti
dengan baik tanpa mempelajari guna lahan dan demografi. Pada sisi lain, sistem transportasi dan pengembangan prasarana jalan dapat mempengaruhi dan memegang
peranan dalam menentukan nilai jual tanah.
Transportasi
Pub Prib
Demografi
Barg
Guna Lahan
Gambar 2.1 Hubungan Transportasi, Guna Lahan dan Demografi
Sumber : Orn, dalam Heriansyah : 2002.
Muhammad Ikhwan Lubis : Evaluasi Tingkat Pelayanan Jalan Sebagai Penunjang Perencanaan dan Pengembangan Pemanfaatan Lahan Studi Kasus : Jalan Kolonel Yos Sudarso Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai.
USU e-Repository © 2008.
Untuk memenuhi berbagai macam kebutuhannya, manusia melakukan berbagai macam kegiatan. Kegiatan-kegiatan ini sangat beraneka ragam jenisnya,
seperti kegiatan sosial, kegiatan ekonomi, dan kegiatan kesenian. Karena itu, kegiatan manusia membentuk sutu sistem sendiri di dalam sistem transportasi. Mengapa
kegiatan merupakan bagian dari sistem transportasi ? Karena kegiatan mampu membangkitkan pergerakan generate. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak dapat
dilakukan pada lokasi yang sama, atau dengan kata lain harus dilakukan pada lokasi yang berbeda. Konsekuensinya, kegiatan-kegiatan tersebut membutuhkan pergerakan
dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Jadi, kegiatan manusia memiliki sifat membangkitkan pergerakan, baik berupa tarikan attraction maupun produksi
production. Besarnya pergerakan ini tergantung pada jenis dan intensitas kegiatan yang dilakukan.
2.2 Organisasi Peningkatan Pelayanan Jalan terhadap Pemanfaatan Lahan