Saluran Napas Bagian Bawah

9 host sehingga membentuk antibodi IgE. Ikatan silang akan terjadi antara IgE, sel mast dan basofil. 12 Setelah terjadi fase sensitisasi, jika host mengalami pajanan ulang dengan antigen atau alergen spesifik maka akan terjadi fase aktifasi. Maksud dari fase aktifasi adalah teraktifasinya sel mast dan basofil oleh alergen spesifik tadi sehingga menimbulkan sebuah reaksi. Fase dimana sel mast dan basofil mengeluarkan mediator-mediator yang terkandung didalamnya disebut fase efektor. 12 Mediator dalam reaksi alergi Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa pada fase efektor akan terjadi pelepasan mediator yang berasal dari sel mast ataupun basofil yang telah teraktifasi. Sel mast yang teraktifasi akan mengeluarkan mediator berupa histamin, faktor kemotaktik netrofil NCF dan faktor kemotaktik eosinofil-anafilaksis ECF-A yang akan mengumpulkan dan menahan eosinofil ditempat radang melalui perantara IgE. 13 Sedangkan mediator-mediator lain yang akan terbentuk kemudian adalah produk hasil jalur siklooksigenasi COX dan jalur lipooksigenasi. Produk hasil jalur siklooksigenasi adalah prostaglandin PGD2, PGE2, PGF2 dan tromboksan A2 TxA2. Setiap sel memiliki produk spesifik, seperti sel mast yang akan memproduksi prostaglandin PGD2 dan tromboksan A2, dimana TxA2 akan menyebabkan agregrasi trombosit. Untuk jalur lipooksigenasi, produk-produk yang dihasilkan adalah leukotrien. Jenis-jenis leukotrien yang dihasilkan dari jalur ini adalah leukotrien LTE4, LTD4 dan LTC4 yang merupakan zat pembentuk slow reacting substance of anaphylaxis SRS-A serta leukotrien LTB4 yang bersifat kemotaktik eosinofil dan netrofil. 13

2.2.2 Hipersensitivitas tipe II

Reaksi hipersensitivitas tipe II sering disebut juga dengan istilah reaksi sitotoksik. Reaksi ini melibatkan antibodi selain IgE, yaitu IgM dan IgG serta komplemen. Penyakit yang disebabkan oleh keterlibatan 10 antibodi dalam reaksi hipersensitivitas ini merupakan bentuk umum dari penyakit imun kronis. Antibodi terhadap sel atau jaringan yang terbentuk akan mengendap pada jaringan yang sesuai dengan target antigen, jadi penyakit yang timbul biasanya spesifik terhadap organ atau jaringan tertentu. 12-14 Sebagai contoh dari hiperreaktif sistem imun yang diperantarai antibodi antibody mediated adalah anemia hemolitik autoimun autoimmune Hemolytic AnemiaAIHA. Penyakit AIHA ini dikarenakan terbentuknya antibodi terhadap protein membran eritrosit Rh yang dianggap antigen oleh sistem imun tubuh sehingga terjadi proses opsonisasi dan fagositosis eritrosit yang menyebabkan eritrosit lisis dan menunjukkan gejala anemia. Adapun contoh-contoh lain adalah purpura trombositopenia autoimunidiopatik PTI, myasthenia gravis, sindrom goodpasture, penyakit grave dan lain-lain. 12-15

2.2.3 Hipersensitivitas tipe III

Hipersensitivitas tipe III merupakan reaksi hiperreaktif sistem imun yang dimediasi oleh komplek imun. Komplek imun yang terbentuk akan mengendap di pembuluh darah yang memiliki turbulensi atau bertekanan tinggi sehingga menyebabkan kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan yang terjadi biasanya bersifat sistemik yang bermanifestasi sebagai vaskulitis, nefritis atau artritis. Reaksi yang terjadi akibat terjadinya hipersensitivitas tipe III dibedakan menjadi reaksi Arthus dan Serum Sickness. 12-14 Lupus erimatosus sistemik, artritis reumatoid dan glomerulonefritis akut paska infeksi streptococcus merupakan beberapa contoh penyakit klinis yang disebabkan oleh hipersensitivitas tipe III. Secara skematis perjalan patogenesis dan patofisiologi dari reaksi hipersensitivitas tipe III yang dimediasi oleh komplek imun dapat dilihat pada gambar 2.4 yang diadaptasi dari Medical Immunologi 6 th ed. 13,14