Diagnosis rinitis alergi Konsumsi parasetamol atau aspirin

22 Dilutional Food Test IPDFT untuk alergen berupa makanan. Namun Challenge test sebagai baku emas bisa tetap dilakukan dengan cara diet eliminasi dan provokasi. 3

2.3.7 Tatalaksana rinitis alergi

Pilihan terapi dalam penatalaksanaan rinitis alergi ada banyak macamnya. Terapi yang paling ideal adalah penghindaran kontak dengan alergen penyebab reaksi alergi dan eliminasi. Untuk terapi farmakologi pun ada banyak jenis pilihan yang dapat digunakan dalam menatalaksana pasien dengan rinitis alergi. 1,3 Antihistamin H1 Antihistamin H1 merupakan obat yang dapat mencegah histamin yang telah dikeluarkan oleh sel mast dan basofil untuk berikatan dengan reseptornya yang ada di kulit dan mukosa khususnya dalam hal ini di hidung. Sediaan antihistamin H1 ada yang berupa oral dan topikal. Sediaan oral dibagi kedalam 2 generasi. Generasi pertama ialah klorfeniramin maleat, difenhidramin dan clemastin yang memiliki efek sedasi. Adapun generasi kedua dari golongan ini diantaranya adalah loratadin dan setirizin yang tidak memiliki efek sedasi. Astemisol merupakan generasi kedua dari golongan ini, namun memiliki efek kardiotoksik. Sediaan topikal dapat berupa intranasal dan intraokular, contoh dari bentuk topikal ini adalah olapatadin dan azelastin. 1,3 Gambar 2.8 uji cukit kulit atau skin prick test, salah satu uji untuk menentukan alergen penyebab rinitis alergi 33 23 Glukokortikoid Golongan glukokortikoid yang digunakan sebagai terapi rinitis alergi adalah glukokortikoid topikal intranasal. Cara kerja glukokortikoid dalam mengatasi gejala rinitis alergi adalah dengan cara menurunkan reaksi yang ditimbulkan oleh hiperreaktif mukosa hidung dan sebagai anti inflamasi lokal. Preparat yang tersedia antara lain beklometasone dipropionate. 1,3 Dekongestan oral Dekongestan merupakan preparat yang sering digunakan untuk meredakan gejala pilek yaitu hidung tersumbat, seperti gejala yang ditimbulkan oleh rinitis alergi. Dekongestan bekerja sebagai vasokontriktor sehingga edema yang terjadi di konka dapat teratasi dan gejala hidung tersumbatpun hilang. Preparat yang tersedia antara lain efedrin, Pseudoefedrin, fenileprin dan fenil propanolamin. 1,3

2.3.8 Komplikasi Rinitis Alergi

Beberapa komplikasi atau penyulit rinitis alergi dapat berupa otitis media efusi, rinosinusitis, penyakit alergi lain asma dan eksim serta dapat mengganggu kualitas hidup penderita yang dapat mempengaruhi kehidupan bersosial dan bermasyarakat. 1,3,34

2.4 INSTRUMEN DALAM EVALUASI RINITIS ALERGI

Dalam evaluasi dan diagnosis untuk mengetahui prevalensi rinitis alergi dapat digunakan beberapa instrumen, diantaranya adalah kuesioner International Study of Asthma and Allergy in Childhood ISAAC dan Score for Allergic Rhintis SFAR. Sebagai kuesioner, instrumen tersebut tidak menjadikannya sebagai diagnostik definitif atau baku emas untuk mendiagnosis rintis alergi, hanya saja beberapa ahli berusaha untuk mendeterminasi kemungkinan seseorang mengalami rinitis alergi investigasi lebih lanjut, dapat berupa pemeriksaan tes tusuk kulit, kadar IgE serum dan pemeriksaan kerokan mukosa hidung dapat dilakukan untuk mendapatkan diagnosis definitif. 1,8