Pendahuluan Patofisiologi Rinitis Alergi

15 phase III di Jakarta pada tahun 2001 dari 1385 anak yang berusia 13-14 tahun didapatkan 370 26,71 anak yang mengalami gejala rinitis alergi. Sesuai dengan patogenesis dan patofisiologi penyakit ini, yaitu hipersensitivitas tipe 1, gejala rinitis alergi dapat berupa sekresi mukus hidung berlebihan, hidung tersumbat, bersin, rasa gatal di hidung dan mata dan bernapas melalui mulut. Gejala hidung tersumbat dan bernapas melalui mulut sering terjadi pada malam hari, yaitu saat tidur. Gejala bernapas melalui mulut saat tidur ini dapat menyebabkan gejala tenggorokan kering, mengorok, gangguan tidur serta kelelahan pada siang hari. Gejala kombinasi bersin, hidung tersumbat, dan rinorea merupakan gejala yang menjengkelkan dan dapat mengganggu kualitas hidup. 6,13

2.3.4 Klasifikasi Rinitis Alergi

Menurut waktu timbulnya gejala, rinitis alergi dapat dibagi menjadi rinitis alergi intermiten seasonal-acute-occasional allergic rhinitis dan rinits alergi persisten perennial-chronic-long duration rhinitis 3 a. Rinitis alergi intermiten Kelompok yang memiliki gejala rinitis alergi intermiten mengalami gejala yang hilang timbul, berlangsung selama kurang dari 4 hari dalam seminggu atau kurang dari 4 minggu. Di negara yang memiliki 4 musim, seperti negara-negara Amerika dan Eropa dapat dijumpai gejala rinitis alergi yang disebabkan oleh serbuk bunga sehingga disebut sebagai rinitis alergi musiman atau hay fever. 1,3 b. Rinitis alergi persisten Gejala alergi persisten timbul selama 4 hari dalam seminggu atau gejala yang menetap lebih dari 4 minggu bahkan bisa terjadi sepanjang tahun. Alergi terhadap tungau debu rumah adalah penyebab terpenting, sedangkan pada pasien rinitis dengan asma lebih sering alergen berupa jamur dan kadang bulu binatang. Gejala mencolok dari rinitis alergi persisten berupa hidung tersumbat. 1,3,17 16 Tabel 2.1 Klasifikasi rinitis alergi berdasarkan berat gejala menurut WHO-ARIA 1 Ringan mild Sedang-berat Moderate-Severe 1. Tidur tidak terganggu 2. Aktifitas normal, tidak terganggu 3. Tidak mengganggu kegiatan kerja dan sekolah 4. Ada gejala, namun tidak menyusahkan 1. Tidur terganggu 2. Aktifitas sehari-hari terganggu 3. Mengganggu kegiatan kerja dan sekolah 4. Gejala menyusahkan

2.3.5 Faktor Risiko Rinitis Alergi

a. Penyakit atopi lain asma dan eksim

Riwayat atopi yang diderita oleh seseorang akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit alergi lain, termasuk rinitis alergi. Penyakit ini sangat berhubungan dengan riwayat atopi, baik di keluarga maupun dalam dirinya sendiri, seperti riwayat penyakit asma dan eksim. Sekitar 40 pasien yang mengalami rinitis akan mengalami asma, begitu pula pada kurang lebih 70 pasien yang mengalami asma memiliki penyakit rinitis alergi. 20 Riwayat asma dan kejadian rinitis alergi dihubungkan dengan kejadian alergi kronik pada sistem pernapasan, dimana asma merupakan alergi kronik pada sistem pernapasan bagian bawah dan rinitis alergi merupakan bagian dari kelainan alergi sistem pernapasan bagian atas. 21

b. Riwayat atopi dalam keluarga

Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko yang memberikan dampak terhadap kejadian rinitis alergi. Perkembangan sistem imun sudah dimulai sejak dalam kandungan, tidak berbeda halnya dengan kepekaan sistem imun menghadapi benda yang dianggap alergen oleh sistem imun orang tua. Hal ini dihubungkan dengan kromosom 5q. Dalam beberapa referensi disebutkan bahwa jika salah satu orang tua mengalami alergi maka anaknya memiliki 17 kecenderungan 25-40 akan mengalami alergi pula. Namun jika kedua orang tuanya mengalami alergi maka makin meningkat pula risiko anaknya akan mengalami alergi pula, yaitu 50-70. 22,23

c. Polusi udara pajanan asap kendaraan

Iritan sistem pernapasan seperti Sulfur dioksida SO2, nitrogen oksida NOX dan partikel dari sisa pembakaran diesel menyebabkan meningkatnya kadar IgE dengan berbagai macam mekanisme inflamasi lokal pada saluran pernapasan, sehingga meningkatkan kontak jaringan terhadap alergen dan dapat menimbulan reaksi alergi. 24,25

d. Pajanan asap rokok

Asap rokok dapat meningkatkan risiko seseorang menderita penyakit alergi, tidak terkecuali rinitis alergi. Pajanan berupa asap rokok juga dapat menyebabkan bangkitan status asmatikus seseorang yang menderita asma. 24,26 Pada penelitian yang dilakukan menggunakan tikus, asap rokok yang dipajankan kepada tikus tersebut menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular yang terdapat dalam saluran pernapasan sehingga menyebabkan gejala yang sama, sedangkan efek tidak langsung dapat mempengaruhi respon inflamasi yang diperantarai leh IgE. 25

e. Pajanan asap dapur

Kerkhof dkk melaporkan dalam penelitiannya yang dikutip dari laporan penelitian Widodo bahwa asap dapur yang berasal dari kompor yang menggunakan bahan bakar minyak tanah dan gas untuk memasak dapat meingkatkan respon bronkus dan peningkatan kadar IgE total dalam darah. Bagi orang-orang yang telah memiliki atopi respon ini dapat menjadi lebih berat. 24,25