23
Glukokortikoid
Golongan glukokortikoid yang digunakan sebagai terapi rinitis alergi adalah glukokortikoid topikal intranasal. Cara kerja glukokortikoid dalam
mengatasi gejala rinitis alergi adalah dengan cara menurunkan reaksi yang ditimbulkan oleh hiperreaktif mukosa hidung dan sebagai anti inflamasi
lokal. Preparat yang tersedia antara lain beklometasone dipropionate.
1,3
Dekongestan oral
Dekongestan merupakan preparat yang sering digunakan untuk meredakan gejala pilek yaitu hidung tersumbat, seperti gejala yang
ditimbulkan oleh
rinitis alergi.
Dekongestan bekerja
sebagai vasokontriktor sehingga edema yang terjadi di konka dapat teratasi dan
gejala hidung tersumbatpun hilang. Preparat yang tersedia antara lain efedrin, Pseudoefedrin, fenileprin dan fenil propanolamin.
1,3
2.3.8 Komplikasi Rinitis Alergi
Beberapa komplikasi atau penyulit rinitis alergi dapat berupa otitis media efusi, rinosinusitis, penyakit alergi lain asma dan eksim serta dapat
mengganggu kualitas hidup penderita yang dapat mempengaruhi kehidupan bersosial dan bermasyarakat.
1,3,34
2.4 INSTRUMEN DALAM EVALUASI RINITIS ALERGI
Dalam evaluasi dan diagnosis untuk mengetahui prevalensi rinitis alergi dapat digunakan beberapa instrumen, diantaranya adalah kuesioner
International Study of Asthma and Allergy in Childhood ISAAC dan Score for Allergic Rhintis SFAR.
Sebagai kuesioner, instrumen tersebut tidak menjadikannya sebagai diagnostik definitif atau baku emas untuk mendiagnosis rintis alergi, hanya
saja beberapa ahli berusaha untuk mendeterminasi kemungkinan seseorang mengalami rinitis alergi investigasi lebih lanjut, dapat berupa pemeriksaan tes
tusuk kulit, kadar IgE serum dan pemeriksaan kerokan mukosa hidung dapat dilakukan untuk mendapatkan diagnosis definitif.
1,8
24
2.4.1 Kuesioner ISAAC
International Study of Asthma and Allergy in Childhood ISAAC merupakan organisasi dunia yang berkonsentrasi dalam bidang penyakit
asma dan alergi, khususnya pada anak-anak. Sebelumnya, ISAAC hanya berkonsentrasi terhadap penyakit asma, namun seiring berjalannya waktu
ikut berkembang pula penelitian epidemiologi yang dilakukan ISAAC mengenai penyakit alergi lain, yaitu rinitis alergi dan eksim.
35,36
Dalam pelaksanaannya, organisasi ISAAC melakukan 3 tahap. Penelitian tahap satu dititik beratkan untuk mencari prevalensi dan tingkat
keparahan penyakit asma, dermatitis atopi serta rinitis alergi. Untuk tahap dua ISAAC lebih dalam lagi untuk menyelidiki etiologi, terutama yang
telah ditemui dalam tahap satu, sedangkan tahap tiga adalah pengulangan yang telah dilakukan pada tahap satu.
35
Validitas kuesioner ISAAC sebagai salah satu instrumen untuk mendiagnosis prevalensi rinitis alergi dengan pembanding test tusuk kulit
sebagai baku emas telah diuji terhadap 307 anak dan memiliki sensitivitas sebesar 76.
25
Kelebihan dan Kekurangan Instrumen ISAAC
Kelebihan Cepat dan tidak invasif
Dapat digunakan juga untuk menilai faktor risiko lainnya,
termasuk riwayat alergi berupa asma atau eksim Di Kongo, sensitivitas 73 dan spesifisitas 98
22
Untuk kuesioner asma, nilai sensitivitas 90, spesifisitas 83,58, nilai positif prediksi 68,12, dan nilai negatif prediksi
95,73
37
Sudah ada terjemahan atau versi Indonesia Kekurangan
Bukan merupakan baku emas dan sebagai diagnosis definitif Memiliki nilai prediksi negatif
25
Table. 2.3 Interpretasi hasil kuesioner ISAAC
34
Pertanyaan kuesioner Interpretasi
Pernah mengalami
gejala berbangkis-bangkis
bersin, ingusan, atau hidung mampet
meskipun sedang tidak flu Pernah
mengalami gejala
berbangkis-bangkis bersin,
ingusan, atau hidung mampet meskipun sedang tidak flu dalam
12 bulan terakhir Pernah mengalami mengi atau
napas berbunyi “ngik” Pernah mengalami mengi atau
napas berbunyi “ngik” dalam 12 bulan terakhir
Pernah mengalami kemerahan yang gatal dikulit, hilng timbul dalam
jangka waktu 6 bulan Pernah mengalami kemerahan yang
gatal dikulit, hilng timbul dalam jangka waktu 6 bulan, dalam 12
bulan terakhir Pernah mengalami rinitis
Alergi
Sedang mengalami rinitis alergi
Pernah mengalami Asma Sedang mengalami asma
Pernah mengalami Eksim
Sedang mengalami eksim
2.4.2 Kuesioner SFAR
Score for Allergic Rhinitis atau yang disingkat SFAR merupakan salah satu bentuk kuesioner yang digunakan untuk mendiagnosis prevalensi
rintis alergi dalam sebuah komunitas. Namun penggunaan kuesioner ini masih terbatas.
38
26
2.5 KERANGKA TEORI
kerangka teori yang mendasari penelitian ini adalah seperti pada gambar berikut ini:
Alergen
Rinitis Alergi Hipersensitivitas
tipe 1 Inflamasi
Hidung Gatal Hidung tersumbat
Bersin-bersin Seseorang dengan
faktor genetik Kucing atau anjing
Riwayat atopi dalam keluarga
Kendaraan bermotor
Parasetamol
Asap dapur
Asap rokok Aktifitas
fisik kurang IMT
Berlebih
SO2 dan NOX
Peningkatan IgE
Peningkatan pemeabilitas
vascular Penurunan
kadar glutation Peningkatan
leptin
Respon sel T meningkat
Riwayat atopi lain asma atau eksim
Hipersekresi mukus
27
2.1 KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Alergen Rinitis Alergi
Faktor Risiko : Jenis kelamin
Riwayat atopi Asma dan Eksim Polusi udara dari kendaraan
Pajanan asap rokok Pajanan asap dapur
Memelihara kucing atau anjing Obat-obatan tertentu parasetamol
28
2.2 DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 2.4 Definisi operasional
No Variabel
Dependen Definisi
Pengukur Alat ukur
Skala pengukuran
1 Rinitis
Alergi Kelainan hidung dengan gejala
bersin-besin, rinorea, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa
hidung terpapar allergen yang diperantarai IgE.
1
dalam 12 bulan terakhir
Peneliti Kuesioner
ISAAC Kategorik
2 Riwayat
Asma atau eksim
Riwayat pernah atau sedang mengalami gangguan berupa
atopi yaitu asma dan dermatitis atopieksim
Peneliti Kuesioner
ISAAC Kategorik
3 Polusi
udara Responden
dikelompokkan dalam kategori memiliki riwayat
terpapar asap
kendaraan bermotor
jika responden
menjawab sering pada jam tertentu atau hampir setiap saat
ada bus atau truk melintas dekat
rumahnya pada hari kerja.
Peneliti Kuesioner
ISAAC Kategorik
4 Pajanan
asap rokok Responden
dikelompokkan dalam
kategori memiliki
riwayat terpapar asap rokok jika ada salah satu atau lebih
anggota keluarga, teman atau dirinya merokok
Peneliti Kuesioner
ISAAC Kategorik
5 Pajanan
asap dapur Responden
dikelompokkan dalam
kategori memiliki
riwayat terpapar asap dapur jika
responden menjawab
bahan baker yang digunakan dirumahnya untuk memasak
adalah bahan baker gas. Peneliti
Kuesioner ISAAC
Kategorik
6 Memelihara
kucing atau anjing
Memelihara kucing atau anjing dalam 12 bulan terakhir
Peneliti Kuesioner
ISAAC Kategorik
7 Konsumsi
parasetamol Riwayat mengkonsumsi obat
parasetamol dalam 12 bulan terakhir
Peneliti Kuesioner
ISAAC Kategorik
29
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kategorik dengan desain potong lintang cross sectional
3.2. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2013 di Sekolah Menengah Pertama atau sederajat di daerah Ciputat Timur.
3.3. POPULASI DAN SAMPEL
3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa-siswa Sekolah Menengah Pertama atau sederajat di daerah Ciputat Timur yang
berjumlah 14 sekolah dan berusia 13-14 tahun. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di Sekolah Menengah
Pertama Islam Ruhama Ciputat Timur yang berusia 13-14 tahun.
3.3.2. Sampel Penelitian
Seluruh populasi yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.3.3. Cara Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi sekolah tingkat SMP atau sederajat yang berusia 13-14 tahun di
daerah Ciputat Timur dengan metode pemilihan sampel cluster random sampling dengan cara memiliih secara acak nama-nama
sekolah yang ada di Ciputat Timur.
3.3.4. Rumus Besar Sampel
29 9
30
Keterangan N
= jumlah sampel Z
α = deviat baku alfa 1,96 P
= proporsi total Q
= 1-P d
= presisi
Penghitungan besar sampel
3.3.5. Kriteria Sampel Penelitian
a. Kriteria inklusi
Siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama atau sederajat di daerah Ciputat Timur yang telah di random secara cluster.
Usia 13-14 tahun
b. Kriteria ekslusi
Siswa-siswi yang tidak bersedia mengikuti penelitian Siswa-siswi yang tidak mengisi kuesioner ISAAC