Tahap Perencanaan Penerapan Expanded Broker Model yang Dilakukan Pekerja Sosial Saat
karna hambatan dia ga bisa ngikutin kegiatan rupanya matanya katarak misalkan, ya kita konsulkan kedokter, salah satunya
itu, setelah dioperasi evaluasi lagi ada perubahan ga setelah dioperasi, apakah ngikutin kegiatan atau tidak, oh tidak. Kalo
tidak dari segi fisiknya atau dari segi psikisnya. Jadi berkesinambungan ga berhenti, kebutuhan tuh ga berhenti.
Dalam rencana intervensi ini ya kita juga mengidentifikasi pelayanan-pelayanan atau sumber yang bervariasi yang dapat
dijangkau untuk membantu penanganan masalah klien”
15
Hal ini senada juga dengan yang diungkapkan oleh ibu Rika Fitriyana, M. Psi selaku psikolog di PSTW ini sebagai berikut:
“Ya psikolog ikut serta dalam menangani permasalahan klien, dalam artian membantu memberikan penilaian, ya namanya
kita ada disuatu tempat ya kita harus bekerja sama, penilaian kan ga dilakukan sama satu profesi saja tapi harus dengan
banyak profesi. Biasanya untuk menangani permasalahan klien itu kita bentuknya Case Confrence jadi disitu peksos, perawat,
penanggung jawab wisma terus kepala BIMLUR Bimbingan dan Penyaluran itu juga ada, nah disitu kita membicarakan
satu kasus yang paling urgent abis itu ya saya sebagai psikolog saya memberikan masukan terkait dengan teritmen secara
psikologis yang tepat seperti apa nah gitu, peksos melaporkan klien dengan lingkungannya itu seperti apa, penanggung jawab
yang di wisma itu menyampaikan informasi mengenai perilaku WBS itu apa adanya gitu permasalahannya apa. Kemudian dari
situ kita bahas bagaimana seperti apa kita remukin bareng- bareng biasanya gitu pada saat CC gitu”.
16
Hal ini juga diungkapkan oleh bapak Bahrudin, S.Ag selaku selaku ahli spiritual dan ibu Halimah selaku perawat di PSTW mengenai kerja
sama yang dilakukan untuk menangani permasalahan WBS yaitu: ”Ya seperti CC gitu, ada ibu Siti, perawat sama ibu psikolog
dalam menangani masalah nenek kakek, kerja samanya juga
15
Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan Manajemen Kasus, PSTW, Jakarta 22 Agustus 2014.
16
Wawancara Pribadi denganIbu Rika Fitriyana, M. Psi selaku Psikolog, PSTW, Jakarta 20 Agustus 2014.
saya membantu nenek kakek untuk meningkatkan serta memberikan pelajaran tentang agama soalnya kan kalo sudah
seperti nenek kakek harus lebih mendekatkan diri kepada Allah kan nenek kakek udah ga banyak yang di kerjain jadi ngisi
waktu luangnya dengan ibadah ngaji gitu”.
17
“Kerja samanya ya kaya ngadain CC gitu dari masing-masing profesi untuk nentuin atau mecahin bareng-bareng masalah
yang ada sama nenek atau kakek, kaya saya perawat ya saya menjelaskan nenek kakek dari sisi kesehatan atau penyakit
gimana apa harus di rujuk ke rumah sakit atau di beri obat aja. Tapi selalu ada pemeriksaan di klinik panti untuk nenek kakek
atau ga untuk nenek kakek yang ga bisa jalan ke klinik ya kita meriksa ke wismanya. Terus ngasih obat juga atau vitamin.
Kalo harus di rujuk ke rumah sakit ya kita cari rumah sakit yang kosong kalo udah ketemu baru dah bilang ke ibu Siti
untuk minta surat ke rumah sakit”.
18
Adapun rencana untuk H yaitu rencana intervensi awal yang dilakukan manajer kasus dengan merencakanan kunjungan rumah home
visit karena pekerja sosial melihat pada kenyataannya WBS masih memiliki keluarga tetapi WBS tidak mau untuk kembali kepada
keluarganya dan sekaligus pekerja sosial mencoba menelusuri keadaan keluarga WBS dan memberitahu keluarga WBS bahwa WBS berada di
PSTW serta membuat hubungan WBS dengan keluarganya kembali harmonis meskipun mereka tidak tinggal bersama-sama.
Untuk rencana intervensi yang dilakukan manajer kasus kepada B yaitu dengan melihat melihat B dari berbagai sisi mulai dari kesehatan,
psiko, sosial serta spiritualnya karena B berasal dari keluarganya yang
17
Wawancara pribadi dengan Bapak Bahrudin, S.Ag, selaku Ahli Spiritual, PSTW, Jakarta 14 November 2014.
18
Wawancara pribadi dengan Ibu Halimah, selaku Perawat, PSTW, Jakarta 14 November 2014.
tidak harmonis yang mengakibatkan B hidup dijalanan dari unur 15 tahun. Manajer kasus bekerja sama dengan prikolog, perawat dan ahli spiritual
untuk menangani atau menentukan cara untuk B keluar dari permasalahannya.
Sedangkan untuk SM rencana intervensi yang dilakukan pekerja sosial yaitu sama dengan H dengan melakukan kunjungan rumah home
visit karena WBS masih memiliki anak. Rencana intervensi yang dialakukan oleh pekerja sosial kepada WBS ini yaitu mengembalikan
WBS kepada keluarganya atau membuat hubungan WBS dengan keluarganya menjadi lebih baik lagi.
Untuk P manajer kasus membuat rencana intervensi untuk mengunjungi keponakannya dengan menanyakan kebenaran masa lalu
tentang P karena keponakannya itu pernah mengurusi P dan masa lalunya P hanya tinggal bersama adik dan keponakannya dikarenakan anak tiri P
tidak mau menerima P dengan berbagai alasan. Sedangkan untuk ST manajer kasus membuat rencana intervensi
untuk home visit kepada anaknya karena pada dasarnya ST memiliki dua anak kandung. Manajer kasus melakukan home visit untuk melihat serta
mengetahui apakah ST bisa atau mau kembali kepada keluarganya dan melihat apa saja faktor yang membuat ST bisa berada di panti sedangkan
ST masih memiliki anak yang bisa mengurusinya. Menajer kasus menginginkan WBS yang masih memiliki keluarga
untuk kembali kepada keluarganya tetapi manajer kasus tidak bisa memaksa
WBS karena apabila di paksa maka kondisi serta keadaan WBS di sana semakin buruk, oleh karena itu manajer kasus secara langsung harus
melakukan home visit apakah fakor yang menyebabkan WBS tidak mau untuk kembali kepada keluarganya. Apabila keluarganya mampu, mau untuk
menerima WBS lagi dan WBS itu sendiri mau kembali kepada keluarganya maka WBS akan dikembalikan kepada keluargnya. Seperti yang dikatakan
oleh ibu Siti Fathonah, S.Sos yang berperan sebagai manajer kasus: “Kalo WBS ya saya maunya dikembalikan ke keluarganya
soalnya dia kan masih punya keluarga, tetapi kalau mereka tidak mau untuk kembali kepada keluarganya ya tidak boleh di
paksa karena kita takut di sana WBS semakin tertekan dan membuat fisik ataupun yang lainnya nya bukan semakin
membaik tetapi semakin buruk tetapi kita juga harus tahu mengapa alasan mereka tidak mau untuk kembali kepada
keluarganya dengan melakukan home visit itu kita dapat menilai keluarganya dari ekonomi, tempat tingga serta
hubungannya dengan WBS baik atau tidak. Pokonya kita harus bisa melihat dari berbagai sisi.”
19