4. Full Support Model Model ini mempunyai fungsi tambahan yaitu untuk menyediakan
secara langsung sebagian atau seluruh jasa pelayanan yang dibutuhkan oleh klien. Petugas manajemen kasus sangat sedikit peranannya sebagai
penghubung antara klien dengan jasa pelayanan yang ada di komunitas. Model ini sangat khas dimana tergabung tim multidisiplin yang terdiri dari
spesialis berbagai jasa pelayanan yang berbeda, misalnya begian perumahan, perawatan dan rehabilitasi bertugas memberikan semua
kebutuhannya sehingga mereka dapat menyesuaikan diri di dalam komunitas. Manajer kasus berupaya menyediakan fungsi pelayanan
manejemen kasus dasar di tambah dengan berbagai rehabilitasi dan pelayanan pengobatan.
7
3. Dasar-Dasar Pelayanan Manajemen Kasus
Ada empat dasar pelayanan yang harus dipenuhi untuk keberhasilan suatu manajemen kasus, yaitu:
a. Kontinuita: klien mendapatkan pelayanan yang komprehensif dalam periode waktu yang ditetapkan.
b. Aksesibilitas: klien dapat menggunakan pelayanan kapan saja dibutuhkannya.
c. Akuntabilitas: sistem bertanggung jawab terhadap pelayanan yang diberikan kepada klien.
7
Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial dengan Lanjut Usia”, h. 90.
d. Efisiensi: pelayanan diberikan secara tepat dan ekonomis.
8
4. Tahap-Tahap Manajemen Kasus
Adapun tahap-tahap dalam manajemen kasus yaitu: 1. Penilaian Assessment
Sebelum melakukan tahap penilaian ini, tim manajemen kasus mengadakan prescreening terhadap klien, untuk menentukan klien mana
yang dapat ikut dalam program manajemen kasus yang akan dilakukan. Hal-hal mendasar dalam penentuan prescreening penyeleksian:
a. Keadaan medis psikiatri klien, dalam hal ini klien yang masih dalam kondisi akut tidak dapat diikutsertakan dalam program ini.
b. Ada tidaknya dukungan keluarga terhadap program ini dapat berpengaruh pada keikutsertaan klien. Keluarga yang tidak
mendukung akan dapat mengurangi kesempatan klien untuk dapat mengikuti program manajemen kasus.
Assesment yang bersifat komprehensif menjadi sangat penting dalam manajemen kasus, yakni asesment diperoleh dari hasil observasi
dan evaluasi perkembangan tingkah laku klien selama masa perawatan, informasi dari keluarga atau orang yang dekat dengan klien, hasil masukan
atau pendapat dari klien tentang hal-hal yang menjadi masalah bagi dirinya.
9
8
Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial dengan Lanjut Usia”, Bandung: Balai Besar Badan Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial BBPPKS, t.t, h. 86.
9
Lambert Maguire, “Pekerjaan Sosial Klinis”. Penerjemah Tim STKS Bandung dan Biro Humas-Departemen Sosial RI, Jakarta: PT. Erdino Mutiara Agung, 2008, h. 113
2. Perencanaan Planning Perencanaan yaitu tahap untuk menyusun dan mengembangkan
layanan yang
menyeluruh untuk
klien sesuai
dengan hasil
assesment.Hasil-hasil identifikasi masalah yang didapatkan dari tahap asesmen sesuai keinginan klien, masalah kebutuhannya, serta sumber
daya yang tersedia, kemudian disusun menjadi suatu formulasi masalah, dan selanjutnya dapat ditetapkan prioritas masalah yg digunakan untuk
menyusun perencanaan. Penetapan tujuan harus individual dan harus realistis berdasarkan
hasil yang didapat dari asesmen, serta tujuan yang tercapai. Contoh: klien yang memiliki masalah disabilitas psikososial atau sulit berkomunikasi
dengan orang sekitarnya atau tidak ada keterampilan untuk melakukan pekerjaan, maka perlu direncanakan intervensi dengan menghubungkan
klien pada program day care. Selanjutnya harus ditentukan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang akan dicapai oleh klien.
Berdasarkan contoh di atas maka dapat ditetapkan tujuan jangka pendek dan panjang yaitu tujuan jangka pendek yang ditetapkan pada
klien ini adalah meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan mandiri, sedangkan tujuan jangka panjang mengurangi stresor yang dapat
menyebabkan depresi dan kekambuhan penyakit, sehingga dapat mengurangi terjadinya penurunan kondisi fisik dan psikis
serta memperbaiki kualitas hidup.