Masalah Interaksi Sosial pada Lansia

Misalnya keluarga melarang atau membatasi lansia untuk keluar rumah maupun pekerjaan-pekerjaan fisik yang dilakukan lansia, dalam konteks ini sebetulnya keluarga maksudnya baik kepada lansia tersebut, dengan memposisikan keamanan dan kenyamanan. Tetapi bagi lansia mungkin tindakan ini dianggap mengekang yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan sehingga lansia merasa hidupnya di penjara yang terlalu banyak diatur oleh keluarganya. Dalam kasus ini seperti ini keluarga harus paham dan memperlakukan lansia secara wajar sesuai dengan kondisi fisik maupun psikologisnya. Kalau lansia ini ikut dalam kegiatan penyuluhan kelompok Bina Keluarga Lansia, keluarga harus mendukung lansia tersebut untuk aktif dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. c. Masalah yang ditimbulkan oleh lingkungan masyarakat Lingkungan masyarakat yang tidak kondusif bagi lansia akan menimbulkan masalah tersendiri bagi mereka. Hal ini terjadi karena faktor kehidupan masa lalunya. Selain itu juga dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikologi lansia yang sudah berubah. Kondisi lingkungan masyarakat yang tidak sesuai ini akan mudah mempengaruhi mental psikologis lansia, sehingga ada yang mudah stress, cepat emosi atau murung. Ada lansia yang tidak cocok dalam lingkungan masyarakat yang hiruk pikuk, dia lebih senang tinggal di daerah yang sepi dengan lingkungan masyarakat yang agamis tetapi ada juga sebaliknya, lansia senang tinggal dalam suasana lingkungan keluarga yang hangat, ramai sehingga menambah gairah hidupnya, membahas masalah bersama lansianya sendiri, mencarikan jalan keluar sehingga lansia betul-betul merasa nyaman di lingkungannya. Ada juga masalah yang ditimbulkan dalam menghadapi kematian. Semua perlu dukungan dan penyemangat dari orang-orang terdekatnya dengan memfasilitasi untuk mendekatkan diri dibidang keagamaan dan kepercayaan diri sehingga lansia dapat pasrah menghadapi kematian atau dapat memberikan sugesti bahwa kematian bukan untuk ditakuti. 29

3. Kerawanan Pribadi dan Kerawanan Sosial Lansia

Ada beberapa bukti bahwa orang-orang yang dipersiapkan terhadap perubahan-perubahan pribadi dan sosial yang terjadi di masa usia lanjut, lebih mampu menyesuaikan diri terhadap kehidupan masa tua. Karena penurunan kondisi fisik dan mental orang lanjut usia lebih potensial terhadap kerawanan- kerawanan dibandingkan waktu mudanya. Sayangnya masyarakat sering tidak melihat potensi tersebut, sehingga kurang ada usaha di lingkungan masyarakat untuk mempersiapkan orang-orang lanjut usia ini terhadap kerawanan- kerawanan tersebut kelak. Misalnya saja kurang dipersiapkan terhadap kecelakaan-kecelakaan yang umum terjadi pada mereka atau bagaimana menghindarinya dan kurang dibantu dalam menggunakan waktu luangnya sesuai dengan kesehatan yang sudah menurun. Kerawanan-kerawanan fisik dan psikologis di bawah ini menunjukan betapa pentingnya peranan persiapan diri untuk mencegah terjadinya 29 Dewi Pandji, “Menembus Dunia Lansia”, Jakarta: PT Elex Media, 2012, h. .9 kerawanan-kerawanan sosial maupun pribadi. Adapun kerawanan pribadi dan sosial lanjut usia diantaranya: 1. Kerawanan peribadi Personal Hazards Orang lanjut usia umumnya mengalami gangguan pada metabolisme, peredaran darah, rematik, hipertensi, gangguan mental, gangguan penglihatan, pendengaran dan lain-lain. Di samping gangguan atau kerawanan yang nyata tersebut sering pula timbul penyakit yang tidak nyata hanya dalam bayangan, banyak keluhan-keluhan fisik dan membicarakan keluhan-keluhannya tersebut dengan para dokter dokter ganti-ganti dokter yang pada dasarnya mendapatkan perhatian. Beberapa orang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan fisiknya tersebut, tetapi beberapa yang lain selalu mengeluh dan mengasihani diri sendiri, yang akhirnya mengurangi motivasinya untuk mengatasi keadaan atau gangguan-gangguan tersebut. 2. Ada beberapa kerawanan yang khas pada usia lanjut yaitu: a. Menerima adanya anggapan tentang usia lanjut yang diberikan oleh masyarakat. Hal ini membuat para orang usia lanjut ini merasa inferior. b. Perasaan tidak berdaya dan inferior yang disebabkan oleh perubahan fisik dan penurunan daya tarik maupun karena perasaan di tolak oleh masyarakat. Mungkin karena pendengaran dan penglihatan yang kurang membuat meraka sulit mengadakan komunikasi. c. Tidak mau melepaskan atau mengganti gaya hidup yang lama, mengganti rumahnya dengan yang lebih kecil dan praktis. d. Menyadari bahwa mereka mulai menjadi pelupa, sulit mempelajari hal-hal baru, lalu menarik diri dari aktivitas-aktivitas yang bersifat kompetitif lebih-lebih dengan kaum muda. e. Perasaan bersalah karena tidak menyumbangkan tenaga lagi bagi masyarakat, mungkin mereka ingin berbuat sesuatu tetapi merasa malu dan takut dianggap seolah-olah pekerjaan yang ada itu dibuat oleh masyarakat khusus untuk mereka. f. Pendapatan yang berkurang, mengurangi kesempatan untuk kegiatan- kegiatan diwaktu senggang atau luang. g. Kurangnya kontak sosial karena kesehatan yang tidak memungkinkan atau keadaan finansial yang kurang atau terbatas merupakan kerawanan psikologi, karena mereka merasa terisolir. Hal ini mempengaruhi penyesuaian pribadi maupun sosialnya. 30 30 Dra. Zahrotun, M.Si, dkk, “Psikologi Perkembangan”, Jakarta: Lembaga Penellitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006, h. 135.