Sarana dan Prasarana Lembaga

c. Ruang konsultasi, ruang ini dijadikan untuk melakukan konseling dengan psikolog maupun dengan pekerja sosial. d. Ruang taman bacaan. e. Ruang pemulasaran jenazah, ruang ini diperuntukkan untuk mengurus jenazah WBS, dari mulai dimandikan hingga dikafankan. f. Ruang keterampilan, ruang ini dijadikan tempat melakukan kegiatan keterampilan. g. Dapur. h. Mushollah. i. Asrama TPS Tenaga Pelayanan Sosial, ruang ini digunakan untuk tempat istirahat sementara bagi para TPS. j. Ruang VIP, ruang ini disewakan untuk para lansia yang memiliki ekonomi tinggi, tetapi dalam pelasanaannya belum berjalan. k. Rumah dinas, rumah ini diperuntukkan untuk pegawai PSTW BM 1 yang harus selalu stand by disekitar panti, misalkan perawat yang tiba- tiba dibutuhkan WBS. l. Lapangan, lapangan ini digunakan untuk melakukan kegiatan panti seperti senam, sekaligus dijadikan lahan parkir untuk para tamu atau staf.

I. Kemitraan Dengan Pihak Luar

Hubungan lembaga dengan masyrakat sekitar dapat dikatakan cukup baik, terbukti dengan adanya PHLU Pelayanan Harian Lanjut Usia yang dimana di panti terdapat posyandu lansia yang dapat digunakan oleh warga sekitar panti khususnya lansia di RT.07 karena di daerah sekitar belum memiliki layanan posyandu lansia. Maka dari itu panti dengan warga sekitar RT.0706 bekerja sama dalam hal posyandu. Begitu juga bila ada kegiatan seperti senam, maka warga sekitar dapat mengikuti senam bersama-sama. Kerja sama yang telah dilakukan oleh PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, dalam rangka pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada lansia, yaitu: a Dinas sosial, Dinas ketenteraman dan ketertiban Satpol PP dalam pengiriman calon WBS lansia terlantar dan menindak lanjuti hasil razia yang dilaksanakan. b RSKD Duren Sawit Satelit dalam hal pasien gangguan jiwa psikotik. c RSUD Budi Asih dan dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada lansia. d Puskesmas Cipayung, dalam hal memberikan layanana kesehatan lansia. e PUM Panti Usada Mulia dalam bentuk perawatan untuk lansia yang sakit. f PSBI Bangun Daya Panti Sosial Bina Insan panti penampungan sementara WBS yang akan dikirim ke setiap panti. di PSBI juga terdapat WBS Lansia yang Psikotik. 65

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA

GAMBARAN MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PSTW BUDI MULIA 1 CIPAYUNG

A. Profil Dua WBS Informan

WBS yang di pilih menjadi informan adalah lima lansia terlantar yang berada di panti tetapi masih memiliki keluarga. Di bawah ini dapat di lihat ringkasan data diri dari dua WBS yang menjadi informan. Tabel 4.1 Data diri WBS No Klasifikasi klien H B SM P ST 1. Tempat tanggal lahirumur Padang, 11 Januari 1947 Matraman, Jatinegara 01 Maret 1920 Binjai, 09 Oktober 1941 Yogyakarta, 28 November 1947 78 tahun 2. Pendidikan terakhir SMA SR Sekolah Rakyat SR SR Tidak sekolah 3. Urutan dalam keluarga Anak ke 3 dari 4 bersaudara Anak ke 2 dari 5 bersaudara Anak tunggal Anak ke 1 dari 2 bersaudara Anak tunggal 3. Agama Katolik Islam Islam Islam Islam 4. Status Perkawinan Bercerai hidup - Bercerai mati Bercerai mati Bercerai mati 5. Tempat tinggal klien Jl. Pane, Petoja Gambir, Jakarta Pusat Kebon Manggis, Matraman, Jakarta Timur Jl. Daman, Bambu Apus, Jakarta Timur Duren Sawit Klaten, Jawa Tengah 6. Pekerjaan klien Montir motor dan membuka showroom Pengamen Berdagang, juru masak Ibu Rumah Tangga Berdagang 7. Jumlah anak klien 3 3 2 - 2

B. Kronologis Kasus Permasalahan WBS InformanWBS H

Saat ini H berusia 67 tahun, awal H bisa masuk panti ini karena rujukan dari PSBL Panti Sosial Bina Laras Sentosa 3 Ceger, dan sebelum masuk PSBL H kiriman pula dari RS rumah sakit Jiwa Grogol. H pernah menikah atau berkeluarga, dari hasil pernikahannya H dikaruniai 3 tiga orang anak, 2 dua anak laki-laki dan 1 satu anak peremuan, tetapi saat ini H sudah berpisahbercerai dengan isterinya selama 13 tahun. H bercerai dengan isterinya secara sepihak, maksud sepihak H dan istrinya diceraikan oleh kakak ipar H, jadi bercerai bukan keinginan dari H dan isterinya tetapi kakak ipar yang menceraikan atau memisahkan H dengan isterinya, bahkan 2 anak laki-laki nya membenci H, karena kakak ipar itu sudah berbicara yang tidak baik tentang H kepada ke 3 anak H, kakak ipar itu bilang kepada anak-anak bahwa ayahnya pergi meninggalkan kalian, tetapi pada kenyataannya H bukan pergi untuk meninggalkan keluarganya tetapi kakak ipar H yang menceraikan dan memisahkan H dengan isteri dan anak-anaknya. Saat kakak ipar H menceraikan adiknya isteri H dengan H itu tidak ada wujud atau kehadiran dari kedua belah pihak karena H sudah berada di RS. Jiwa Grogol, yang memasukan WBS ke RS. Jiwa Grogol itu kakak iparnya itu sendiri, yang membiayai H selama di RS. Jiwa Grogol itu kakak iparnya dan yang menanggung semua biaya keluarga H itu kakak iparnya itu sendiri. Isterinya sampai saat ini masih tinggal bersama kakanya. Biaya sekolah anak-anak H juga ditanggung oleh kakak iparnya, sampai anak H sekarang sudah bekerja di luar negeri Cina. Awal H bisa masuk RS. Jiwa Grogol itu karena depresi dan mengalami ganguan mental akibat usaha yang dimilikinya mengalami kebangkrutan beberapa kali, H memiliki usaha berjualan mobil ketika menikah dengan isterinya. Akibat mengalami kebangkrutan ini H mulai sering marah-marah dengan isteri dan anak laki-lakinya, bahkan sering memukul juga. Saat mengalami kebangkrutan H tidak memiliki tempat tinggal, isteri dan anaknya tinggal bersama kakak iparnya dan H dimasukan ke RS. Jiwa Grogol oleh kakak iparnya untuk mendapatkan perawatan, biaya perawatan di tanggung oleh kaka ipar H termasuk biaya kebutuhan hidup anak-anaknya H juga di tanggung oleh kaka ipar H. H akhirnya ditelantarkan di RS. Jiwa Grogol oleh kaka iparnya, kakak iparnya tidak pernah memberikan informasi keberadaan H dan menghalangi adiknya isteri klien untuk mencari H dan sampai akhirnya H diceraikan secara sepihak pula dan yang memisahkan atau menceraikan H dengan isterinya itu yaitu kakak kandung isterinya atau kakak ipar H. Selama H menjalani perawatan di RS. Jiwa Grogol tidak ada yang menjenguk H sama sekali. Setelah H menerima perawatan di RS. Jiwa Grogol lalu H dikirim ke PSBL oleh pihak rumah sakit itu, selama H berada di PSBL pun tidak ada sama sekali keluarga yang menjenguk karena keluarga tidak mengetahui keberadaan H, sampai akhirnya H di rujuk ke PSTW Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung. H menjadi WBS di