Pelaksanaan Implementation Penerapan Expanded Broker Model yang Dilakukan Pekerja Sosial Saat

“Setelah tahap perencanaan selanjutnya tahap Implementation, pelaksanaanya ya kita bekerja sama dengan yang dibutuhkan klien, contohnya kalo anak ya kita menghubungkan klien dengan anak, kalo perlu misalkan kita pulangkan ke kekeluarganya. Kita menghubungi anak untuk melakukan Home Visit, kita bekerja sama nya ya dengan keluarga peran keluarga kan penting banget kalo buat lansia buat siapapun WBS di panti. Kalo misalkan ga nerima alasannya apa harus jelas, misalkan kita mempersiapkan diri udah kunjungan rumah, udah berkali-kali konseling keluarga, terus dia ga siap menerima keluarga alesannya apa harus jelas disitu, jadi kita bisa back up kalo secara ekonomi mampu, secara sosialnya bagus, alesannya kenapa lagi gitu loh, alesannya harus detail keluarganya menyampaikan. Selaen sama keluarga ya kerja sama dengan dokter, psikolog terus spiritual agama, tergantung kebutuhannya.” 20 Pada tahap ini manajer kasus bertugas sebagai mediator antara klien dengan pelayanan yang ada di PSTW atau dengan sumber-sumber lain seperti psikolog, psikiatri, keluaga dan lain-lain. Manajer kasus sebagai mediator dengan menjembatani klien. Sesuai dengan yang dikatakan ibu Siti Fathonah, S.Sos: “Kita jadi mediasi sebaiknya klien ini diapakan dari assessment, saya menjadi mediator yang menjembatani mereka agar bisa untuk berkonsultasi dengan psikolog, misalkan gini loh oia orang ini butuh psikolog aku konsul dulu dengan psikolog memang aku tidak terjun langsung ke WBS nya tapi kanada interaksi langsung nak, disini aku jadi mediator atau mediasi, nanti setelah dikonsulkan dengan psikolog kita kordinasi lagi dengan psikolog gimana hasil konseling dengan psikolog, mao diapak ini, oia mba seharusnya kita CC kan, nah kita baru CC, dari CC ada intervensi lagi gitu loh, oh bu ini loh kebutuhannya kaya gini, ke psikiatri hasil dari psikiatri kita kembangkan lagi kita evaluasi dari psikiatri ada perkembangan kita teruskan, kalo ga ada perkembangan kita CC lagi gitu. Kaya misalnya klien sakit saya yang membuat rujukan dengan 20 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan Manajemen Kasus, PSTW, Jakarta 22 Agustus 2014. menelfon rumah sakit kita mediasikan disini rumah sakit kosong aku tinggal bikin surat mereka yang menjalankan”. 21 Pada dasarnya manajemen kasus merupakan kegiatan yang memiliki prosedur untuk mengkoordinasi seluruh aktivitas pertolongan yang diberikan kepada klien secara peorangan maupun group. Koordinasi di PSTW ini dilakukan secara Professional Teamwork, yaitu kerja sama antara pekerja sosial dengan profesi lain sehingga uapayanya dapat di perluas terhadap peningkatan pelayanan sesuai kebutuhan WBS. Selain bekerja sama dengan pihak dalam panti seperti psikolog, perawat, ahli spiritual dan lain-lain PSTW juga bekerja sama dengan pihak luar panti untuk menangani permasalahan WBS, kerja sama yang dilakukan dengan menjalin kemitraan dengan pihak tersebut. Adapun PSTW menjalin kerja sama dengan pihak luar yaitu seperti RSKD rumah sakit umum daerah Duren Sawit Satelit dalam hal pasien gangguan jiwa psikotik. Apabila WBS yang mengalami gangguan jiwa atau psikotik tidak dapat membaik berada di dalam panti maka manajer kasus merujuk WBS ke RSKD Duren Sawit Satelit agar WBS bisa mendapatkan pelayanan yang dibutuhkannya di sana. RSUD Budi Asih dan dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada lansia. Manajer kasus bekerja sama dengan RSUD Budi Asih ini apabila WBS yang di dalam panti mengalami sakit sampai beberapa hari 21 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan Manajemen Kasus, PSTW, Jakarta 12 Septmeber 2014. belum membaik, seperti contohnya WBS yang mengalami diare secara terus-menerus maka manajer kasus merujuk WBS ke rumah sakit ini agar WBS mendapatkan perawatan yang baik. Setelah WBS membaik maka WBS dipulangkan kembali ke PSTW. PUM Panti Usada Mulia dalam bentuk perawatan untuk lansia yang sakit. Di sini manajer kasus sebagai perantara yang menghubungkan WBS dengan PUM apabila WBS mengalami sakit yang harus di rawat atau di rehabilitasi. Seperti contohnya WBS yang jatuh dari tempat tidur dan mengaami patah pada tulangnya maka manajer kasus menghubungkan WBS ke PUM untuk mendapatkan perawatan ataupun di rehabilitasi di sana agar kaki nya bisa membaik. Apabila WBS belum sembuh maka WBS tidak di izinkan kembali ke panti sampai WBS itu sembuh dan memungkinkan untuk kembali ke PSTW dan PSTW bekerja sama pula dengan Dinas pemakaman, yaitu kerja sama dalam bentuk memberikan fasilitas pemakaman bagi para WBS yang meninggal dunia.

4. Pengawasan Monitoring

Menurut Marzuki dan Suharto monitoring adalah pemantauan secara terus-menerus proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Monitoring dapat dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan atau membaca hasil laporan dari pelaksanaan kegiatan. Monitoring juga dapat dikatakan sebagai proses pengumpulan informasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi selama proses implementasi. Tujuan monitoring itu sendiri adalah untuk: 1. Mengetahui bagaimana masukan inputs sumber-sumber dalam rencana digunakan. 2. Bagaimana kegiatan-kegiatan dalam implementasi dilaksanakan. 3. Apakah rentang waktu implementasi terpenuhi secara tepat atau tidak. 4. Apakah setiap aspek dalam perencanaan dan implementasi berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Monitoring sering di pandang sebagai pengukuran kuantitas yang berkaitan dengan bagaimana pencapaian keselarasan antara sumber- sumber yang digunakan dan waktu yang ditetapkan. Monitoring merupakan aktifitas yang berkelanjutan yang terutama dimaksudkan untuk memberikan informasi terhadap perencana dalam mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi dalam tahap implementasi.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa monitoring pada dasarnya merupakan pemantauan suatu kegiatan atau program yang dilaksanakan pada saat kegiatan tersebut sedang berlangsung. 22 Namun untuk memudahkan pemahaman kita monitoring perlu dibedakan dengan evaluasi. Monitoring adalah pemantauan proses dan keberhasilan kelompok yang dilakukan pada setiap tahap fase, sedangkan Evaluasi dapat kita artikan sebagai pengidentifikasian atau pengukuran terhadap proses dan hasil kegiatan kelompok secara menyeluruh. 23 22 Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, h. 118. 23 Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, h. 47. Berdasarkan hasil wawancara peneliti selama di PSTW pada tahap ini yaitu manajer kasus mengevaluasi dan memantau jasa pelayanan yang telah diberikan kepada WBS dan kesesuaian pelaksanaan pelayanan dengan tujuan yang ditetapkan. Selanjutnya adalah berupaya mengetahui hasil-hasil yang telah di capai. Hal ini sesuai yang dikatakan ibu Siti Fathonah, S.Sos: “Moneva di sini kita pertama memantau klien kemudian baru ke keluarga ataupun pelayanan yang diberikan kepada klien, misalkan nenek ini kan mau dipulangkan ke keluarga, faktor dia disini biasanya karena ada masalah dengan keluarga, ketika sudah kita hubungkan kita pertemukan dengan pihak keluarga ada perubahan ga, baik perilaku, sakit yang dialami, karena apa yang dilakukan lansia, apa yang dialami lansia itu adalah salah satu faktor banyak faktor itu memikirkan keluarga, jadi dampaknya kesemua ya fisik ya psikis itu pastinya tentu. Mereka ga bisa tidur, cepet emosi, marah-marah karena ada benang merah antara anak dengan orang tua. Kita melakukan evaluasi ga ada batasannya, kita lihat sejauh mana perubahan perilaku, kalo program kegiatan mungkin kita evaluasi 3 bulan 4 bulan tapi ini kan perilaku, perilaku kan ga ada batasnya kalo kita evaluasi.” 24 Adapun manajer kasus melakukan pengawasan monitoring dalam kasus ke lima WBS yaitu pekerja sosial tidak memaksa klien untuk kembali kepada keluarga karena banyak faktor mereka tidak mau kembali kepada kekeluarganya seperti masih sakit hati dengan anak dan mantunya, tidak mau menyusahkan keluarganya, kondisi keluarga yang tidak memungkinkan, tidak mau kembali ke keluarga karena sudah nyaman tinggal di panti dan ada pula yang mau dipulangkan kepada keluarganya 24 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan Manajemen Kasus, PSTW, Jakarta 22 Agustus 2014.