Profil Dua WBS Informan

ditanggung oleh kakak iparnya, sampai anak H sekarang sudah bekerja di luar negeri Cina. Awal H bisa masuk RS. Jiwa Grogol itu karena depresi dan mengalami ganguan mental akibat usaha yang dimilikinya mengalami kebangkrutan beberapa kali, H memiliki usaha berjualan mobil ketika menikah dengan isterinya. Akibat mengalami kebangkrutan ini H mulai sering marah-marah dengan isteri dan anak laki-lakinya, bahkan sering memukul juga. Saat mengalami kebangkrutan H tidak memiliki tempat tinggal, isteri dan anaknya tinggal bersama kakak iparnya dan H dimasukan ke RS. Jiwa Grogol oleh kakak iparnya untuk mendapatkan perawatan, biaya perawatan di tanggung oleh kaka ipar H termasuk biaya kebutuhan hidup anak-anaknya H juga di tanggung oleh kaka ipar H. H akhirnya ditelantarkan di RS. Jiwa Grogol oleh kaka iparnya, kakak iparnya tidak pernah memberikan informasi keberadaan H dan menghalangi adiknya isteri klien untuk mencari H dan sampai akhirnya H diceraikan secara sepihak pula dan yang memisahkan atau menceraikan H dengan isterinya itu yaitu kakak kandung isterinya atau kakak ipar H. Selama H menjalani perawatan di RS. Jiwa Grogol tidak ada yang menjenguk H sama sekali. Setelah H menerima perawatan di RS. Jiwa Grogol lalu H dikirim ke PSBL oleh pihak rumah sakit itu, selama H berada di PSBL pun tidak ada sama sekali keluarga yang menjenguk karena keluarga tidak mengetahui keberadaan H, sampai akhirnya H di rujuk ke PSTW Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung. H menjadi WBS di PSTW sejak tanggal 09 Mei 2008 rujukan dari PSBL Harapan Sentosa Ceger dengan klasifikasi lansia terlantar Eks Psikotik tenang. 1 InformanWBS B Saat ini B berusia 86 tahun, ayahnya berasal dari Sunda dan ibunya berasal dari Betawi. Orang tua B bercerai dan ayah B menikah lagi dengan wanita lain sehingga B memiliki ibu tiri setelah orang tua B bercerai dan B memiliki ibu tiri maka B merasa dirinya tidak diperhatikan oleh ibu tirinya akhirnya B lebih memilih tinggal di jalanan dibandingkan tinggal di rumah bersama ibu tirinya. B merupakan anak ke dua dari lima bersaudara. B meninggalkan rumah saat berusia 15 tahun dan tinggal serta hidup di jalan. B memiliki tiga anak yang masing-masing 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan, B memiliki anak tanpa pernikahan yang sah secara hukum maupun agama dengan isterinya pada tahun 1950, karena B menikah secara sah maka B menitipkan anaknya kepada tetangganya sewaktu B singgah. B bertahan hidup dengan cara mengamen, mengemis dan menjadi kuli panggul di Pasar Senen, dengan pekerjaan seperti itu klien hanya dapat penghasilan cukup untuk makan, minum dan membeli pakaian. Ketika B sedang mengamen ternyata B terjaring razia oleh SATPOL PP, setelah di razia oleh SATPOL PP akhirnya B memutuskan untuk hidup di dalam panti. B masuk di PSTW pada tahun 1996. 2 1 Wawancara pribadi dengan pekerja sosial yang berperan sebagai manajer kasus PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, 18 Agustus 2014. Wawancara pribadi dengan pekerja sosial yang berperan sebagai manajer kasus PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, 13 November 2014.