Pengakhiran Termination Penerapan Expanded Broker Model yang Dilakukan Pekerja Sosial Saat
Tugas manajer kasus di sini apabila WBS masih memiliki keluarga maka manajer kasus melakukan home visit terlebih dahulu untuk
mengetahui tentang keluarga WBS, apakah kondisi WBS akan lebih baik atau tidak ketika dipulangkan. Dan kebanyakan WBS di sni lebih memilih
untuk berada di sini sampai meninggal dunia di banding harus kembali kepada keluarganya. Seperti yang dikatakan oleh ibu Siti Fathonah, S.Sos
“Ada yang kembali ke keluarga tapi banyak yang meninggal disini karna mereka kan permanen disini yang, jadi hubungan
kerja kita putus ketika beliau meninggal dunia. Kalo yang masih puya keluarga kita kan ada kunjungan home visit sayang
kita tanya juga RT RW setempat layak juga ga ketika mereka harus kembali ke keluarga, kan harus kita tau lingkungan
sosialnya dulu, pendapatan mereka seperti apa gitu loh. Karna meskipun mereka punya keluarga kalau seperti kemarin kita
home visit ternyata keluarga ga mampu kasian juga, kita akan lebih menelantarkan mereka, seperti yang ada di undang-
undang yang fakir miskin berhak mendapatkan pelayanan secara sah dari pemerintah. Kita harus mengacu kepada
undang-undang, itu yang lebih kuat dalam memberikan perlayanan. Sekarang kalo secara ekonomi sosial mereka ga
mampu apalagi kalo jiwa lansia itu terancam kita juga lebih kasian karna nanti dalam kehidupannya mereka ga merasa
nyaman ada rasa was was itu malah nanti pengaruhnya lebih ke psikis beliau selaen ke fisik pasti ke psikis beliau gitu, karna
jadi ga mao makan jadi banyak fikiran jadi ngelamun karna mereka dilingkungan sosial tidak diterima meskipun kondisi
ekonomi mampu. Jadi banyak hal atau dampak juga yang dialami lansia itu ketika dipaksakan harus kembali ke anaknya,
mereka ga ada komunikasi meskipun secara materi cukup tapi kebutuhan orang itu kan ga hanya makan dan minum,
kebutuhan psikis yang lebih dibutuhkan, didengarkan ada yang mendampingi, keluhannya ada solusi yang disampaikan, harus
sharing dengan orang-orang yang mau mendengarkan beliau.”
32
32
Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan Manajemen Kasus, PSTW, Jakarta 12 Septmeber 2014.
Merujuk pada bab II halaman 30 mengenai prinsip Pekerja sosial, Pekerja Sosial sebagai manajer kasus di PSTW dalam melakukan
manajemen kasus menggunakan prinsip Pekerja Sosial. Manajer Kasus di PSTW menerima WBS apa adanya tanpa melihat status WBS, jenis
kelamin, penampilan fisik WBS dan lain sebagainya karena dengan manajer kasus menerima WBS apa adanya maka WBS akan dapat merasa
lebih percaya diri dan tidak kaku dalam berbicara dengan manajer kasus sehingga WBS dapat mengungkapkan perasaan dan permasalahan yang
dihadapinya, cara seperti ini yang dilakukan manajer kasus di PSTW agar relasi antara manajer kasus dengan WBS dapat dikembangkan dengan
baik. Kemudian manajer kasus di PSTW juga memakai prinsip
komunikasi untuk mendapatkan informasi WBS karena dengan
berkembangnya komunikasi antara Manajer Kasus dengan WBS maka manajer kasus dapat menelaah permasalahan yang dihadapi WBS secara
lebih jelas dan manajer kasus dapat mengetahui apa yang dirasakan WBS serta harapan WBS setelah melakukan proses diskusi dengan WBS.
Kemudian manajer kasus juga menerapkan prinsip individualis di dalam menjalankan manajemen kasus karena manejer kasus melihat
bahwa setiap WBS itu unik dan kebutuhan pada diri WBS itu berbeda- beda dan manajer kasus tidak menyamaratakan setiap WBS sehingga
dalam melakukan manajemen kasus lebih diutamakan dengan penanganan kasus per kasus yang dialami WBS.
manajer kasus juga menggunakan prinsip partisipasi karena prinsip ini peran dari WBS itu lebih besar untuk menangani permasalahan yang
ada pada dirinya, manajer kasus tidak akan berhasil memecahkan permasalahan yang ada pada diri WBS apabila WBS tidak mau atau tidak
ikut andil dalam memecahkan masalah tersebut, seperti contohnya seperti klien H yang mengalami gangguan Psikotik, depresi dan sering marah-
marah maka manajer kasus bekerja sama dengan perawat untuk memberi obat yang rutin diberikan untuk WBS psikotik dan mengajak WBS untuk
mengikuti kegiatan agar WBS merasa tenang karena mempunyai kesibukan dengan mengikuti kegiatan di panti, apabila dari diri WBS
sendiri tidak mau untuk minum obat dan hanya berdiam diri saja di dalam kamar tidak ada kegiatan apapun maka kondisi serta keadaan WBS tidak
akan berubah dari sebelumnya, karena dalam prinsip partisipasi ini bahwa perbaikan kondisi seseorang bukanlah hasil kerja dari manajer kasus itu
sendiri tetapi rasa tanggung jawab dan keinginan yang sungguh-sungguh dari WBS untuk memperbaiki kondisinya menjadi kunci keberhasilan dari
proses pemberi bantuan ini. Kemudian manajer kasus di PSTW ini juga menjaga kerahasiaan
kasus yang sedang ditanganinya kecuali dengan pihak yang terkait dalam menangani permasalahan WBS karena dengan dijaminnya kerahasiaan ini
maka WBS akan dapat lebih bebas mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya ataupun perasaan yang dirasakannya, WBS akan merasa
yakin bahwa apa yang diungkapkan dengan manajer kasus akan tetap terjaga kerahasiannya.
Selanjutnya prinsip kesadaran diri petugas yang diterapkan oleh manajer kasus di PSTW ini, manajer kasus disini mampu mengembangkan
kesadaran diri dan mengontrol dirinya agar dapat menciptakan relasi yang profesional. Meskipun manajer kasus menangani permasalahan dengan
hati karena yang dihadapinya lansia tetapi manajer kasus mampu menangani permasalahan ini secara prosefional. Lalu kesadaran diri
petugas di PSTW ini yaitu dengan melakukan setiap tugasnya secara professional seperti manajer kasus bekerja sama dengan profesi lain dan
manajer kasus memberikan tugas kepada mereka untuk menangani WBS sesuai dengan profesinya.
108