Seharusnya adalah kesadaran pengungsi itu sendiri. Kader kita pun gak bisa kita andalkan saat ini. Mereka stress juga.”
Pendapat dari informan ketiga menunjukkan bahawa mereka sudah bekerja
dengan maksimal namun karena penggungsi jumlahnya sangat banyak dan tersebar di beberapa lokasi titik pengungsian maka tentunya tidak semuanya dapat dipastikan
telah melakukan PHBS dengan baik dan benar. Rangkuman:
Kesimpulan dari wawancara adalah meskipun di setiap pos pengungsi sudah disiapkan posko kesehatan namun seharusnya ada muncul kesadaran dari pengungsi
itu sendiri untuk melakukan PHBS tanpa harus dipantau karena semua itu berhubungan dengan kesehatan mereka sendiri. Selain itu kader juga turut mengungsi
sehingga mereka juga sehingga tidak dapt diandalkan seperti dulu ketika tidak ada bencana.
Meskipun di setiap pos pengungsi sudah disiapkan posko kesehatan namun seharusnya ada muncul kesadaran dari pengungsi itu sendiri untuk melakukan PHBS
tanpa harus dipantau karena semua itu berhubungan dengan kesehatan mereka sendiri. Selain itu kader juga turut mengungsi sehingga mereka juga sehingga tidak
dapt diandalkan seperti dulu ketika tidak ada bencana.
4.8 Tahap Output PHBS
Tujuan dari pelaksanaan PHBS tidak tercapai karena masih tinggi angka kesakitan dan terjadi KLB campak. Berikut pendapat informan:
Universitas Sumatera Utara
“Memang, gak bisa lah, kan pengungsi banyak, Kita di sini banyak juga yang harus diperhatikan. Memang ada KLB, tapi segera kita tangani” Informan
Pertama. Berdasarkan wawancara menunjukkan bahwa tidak semua pengungsi dapat
dipastikan melaksanakan PHBS yang dapat dilihat berdasarkan laporan harian dan dianalisis dengan meminta laporan angka kesakitan setiap hari dari pos kesehatan,
diperolah data yaitu: ada 143.446 kunjungan Data Media Center didapatkan 6 enam penyakit yang dominan ada di pengungsian yaitu ISPA yang merupakan jenis
penyakit yang tertinggi sebanyak 88.986 orang, gastritis sebanyak 25.607 orang, diare 5.315 orang, hipertensi 4.409 orang, dan conjunctivitis 3.834 orang dan penyakit
lainnya yang tidak tercakup dalam keenam penyakit tersebut sebanyak 13.785 orang Menurut Informan pertama, mereka memang tidak bisa mencapai sasaran dari
output karena jumlah pengungsi yang cukup banyak. Selain itu terjadi KLB campak, namun Dinas Kesehatan Kabuppaten karo sudah berusaha untuk menanganinya.
Hal yang sama juga ditunjukkan oleh pendapat dari Informan Ketiga berikut: “Iya memang tidak bisa kita kita capai ya, masyarakat juga memang kurang
memiliki PHBS yang bagus. Lebih baik ladangnya bersih dari pada rumahnya. Nanti, buang sampah juga sembarangan. Coba lihat menjaga
tempat tingggalnya di pengungsian juga gak bisa, fasilitas yang ada gak dirawat dengan baik..” Informan Ketiga
Menurut Informan Ketiga, tidak tercapainya output PHBS sesuai dengan yang diharapkan karena prilaku PHBS pengungsi pada dasarnya juga kurang baik.
Pengungsi adalah mayoritas petani sehingga lebih banyak menghabiskan waktu di lokasi pengungsian. Selain itu masih kurang kesadaran pengungsi untuk menjaga
Universitas Sumatera Utara
kebersihan tempat mereka tidur dipengungsian dan fasilitas yang ada juga kurang dirawat dengan baik.
Rangkuman: Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa kegiatan promosi kesehatan
masih belum tercapai karena ditemukannya KLB dan angka kesakitan yang masih tinggi. Selain itu perilaku masyarakat belum menunjukkan PHBS. Tujuan promosi
kesehatan yaitu untuk menigkatkan kesehatan, dan mencegah terjadinya penyakit.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.2 Komponen Input 5.2.1 Kebijakan