Sarana dan Prasarana Penyajian dan Analisa Data

pada tahun 2013. Dana yang ada sekarang lebih digunakan untuk biaya pengobatan pengungsi yang sakit. Rangkuman: Dana untuk memenuhi kebutuhan kegiatan promosi kesehatan tentang PHBS pada masa tanggap darurat belum dialokasi pada APBD Tahun 2013. Bencana memang tidak dapat diprediksi waktu kedatangannya sehinggga hal ini menjadi penyebab tidak dianggarkannya dana untuk bencana di Dinas Kesehatan Kabupaten Karo. BPBD Kabupaten Karo juga belum terbentuk sehingga alokasi anggaran Kabupaten Karo jika terjadi bencana tidak ada. upaya kesehatan promotif dan preventif belum menjadi hal yang utama dalam kedaruratan bencana.

4.6.5 Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan yang bisa berupa alat atau media. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu penunjang utama terselenggaranya suatu proses usaha, pembangunan, proyek. Beberapa indikator dalam PHBS menunjukkan pentingya pemenuhan sarana dan prasarana seperti sarana air bersih, jamban, tempat pelayanan kesehatan, dan lain- lain. Adapun sarana promosi kesehatan yang diperlukan saat masa tanggap darurat menurut informan 1 yaitu: “Kita pakai leaflet ya, alat peraga, leaflet nya ya ini, kayak pencegahan HIV, cuci tangan, dan menggunakan jamban. Kalau peralatan kebersihan itu menjadi urusan koordinator pengungsi. Mereka lapor ke rapat harian media center, nanti mereka diberikan melalui BNPB karena BPBD kita masih baru. Kalau masalah fasilitas PHBS, itu berkaitan dengan sektor lain kayak Dinas Universitas Sumatera Utara PU bertanggung jawab menyediakan air bersih, Pos pendamping BNPB bertanggung jawab mengenai jamban dan tempat pengungsiannya, kalau sampah sama orang Dinas Kebersihan, jadi ada tupoksi masing-masing..” Informan Pertama. Menurut Informan pertama sarana dan prasarana untuk penyuluhan PHBS digunakan leaflet dan poster tentang HIV, mencuci tangan dan penggunaan jamban. Namun tidak satupun yang langsung berkenaan dengan PHBS kedaruratan di pengungsian khususnya tentang ASI Ekskluasif. Padahal dalam buku pedoman kedaruratan yang dikeluarkan oleh Depkes dan UNICEF berisi tentang 10 pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di pengungsian. Untuk sarana dan prasarana PHBS yang berkaitan dengan peralatan kebersihan dan ketersediaan air serta kebutuhan PHBS di pengungsian menjadi tanggung jawab instansi terkait seperti BNPB di pos pendampingan, Dinas PU, maupun Komando tanggap darurat. Di lokasi pengungsian Gunung Sinabung, sarana pelayanan kesehatan juga dianggap penting. Hal ini diungkapkan oleh informan 2 yaitu: “Pelayanan kesehatan pengungsi untuk mengendalikan kesehatan lingkungan dan penyakit yang rawan di daerah pengungsian seperti ISPA, Malaria, diare, dan campak, cukup baik dari pada biasanya. Karena pos kesehatan buka 24 jam melayani pasien, lebih dekat di lokasi pengungsian, tidak makan waktu, gratis lagi…” Pelayanan kesehatan tersebut diperlukan dalam menjamin dan meningkatkan status kesehatan warga pengungsi. Jika dipertimbangkan bahwa keadaan darurat bencana merupakan saat rawan munculnya berbagai penyakit yang bisa menyerang siapa saja. Oleh sebab itu, tidak ada posko pengungsian yang tidak mendapatkan Universitas Sumatera Utara pelayanan kesehatan walaupun tidak pelayanan lengkap. Ini berdasarkan wawancara informan 2: “Tidak ada, semua pos pengungsian ada pelayanan kesehatan” Informan Ketiga. Sementara itu, keadaan lokasi pengungsian dijelaskan oleh pengungsi Ibu. A sebagai berikut: “Masih kurang baik, karena keadaan di pengungsian tempatnya sempit, udaranya pengap, kuantitas air bersih kurang banyak, karena banyak yang memakainya”. Keadaan lokasi pengungsian seperti paparan informan 6 menunjukkan bahwa jumlah pengungsi tidak sesuai dengan luas posko sehingga para pengungsi mengeluh dan merasa tidak nyaman. Apalagi kegiatan-kegiatan mereka sehari-hari seperti bertani, bercocok tanam, bergembala dan lain-lain harus terhenti lama dan tidak ada kegiatan pengganti selama di posko pengungsian. Koordinator pengungsi GBKB juga memiliki pendapat berbeda yaitu: “Kualitas air bersih sebenarnya bagus, kuantitas air bersih masih kurang, karena dipengungsian kan banyak yang mempergunakan dan membutuhkan. Tong sampah sudah disediakan, di setiap sudut lokasi pengungsian, setiap hari sampah tersebut diangkut ke tempat pembuangan sampah yang agak jauh dari lokasi ini. Jamban sudah disediakan, tapi karena tidak terawat keadaannya kurang bersih, kamar mandi juga begitu. Sarana dan prasarana yang di adakan di lokasi pengungsian melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD sudah didistribusikan ke setiap posko. Hanya saja perawatan dan pengawasan untuk pemakaian sarana dan prasarana promosi kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS tersebut yang kurang dijalankan oleh warga pengungsi. Pemakaian massal membuat para warga tidak Universitas Sumatera Utara begitu peduli terhadap sarana yang seharusnya dimanfaatkan sebaik mungkin walaupun belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan warga. Kepala Puskesmas Brastagi menyatakan bahwa: “Karena di tempat pengungsian ramai, walaupun fasilitas sudah disediakan,masih kurang. Kalau dilakukan penyuluhan sekarang, mereka ngerti tapi nanti lupa lagi. Itu jamban dan fasilitas juga gak dirawat. Menjaga tempa tidurnya agar tetap bersih juga gak bisa. Saya bilang itu bisa kena scabies nanti, bisa ISPA kalau gak pake masker waktu tidur rame-rame, sebentar aja masuknya dah itu gak lagi. Koordinatornya juga kurang kerjasama dengan kita. Payahlah…”. Pernyataan tersebut sangat tepat mengingat ketidak efektifan dan efisien sarana dan prasarana yang ada untuk digunakan oleh warga pengungsi. Hal ini lah yang menimbulkan beberapa penyakit seperti diare, ISPA, gastritis dan lainnya yang disebabkan oleh kondisi sanitasi lingkungan yang buruk dan status gizi warga pengungsi yang juga tidak mendukung. Sehingga sistem imun warga menurun dan mudah terserang penyakit. Rangkuman: Sarana dan prasana yang digunakan untuk penyuluhan PHBS di pengungsian merupakan sarana dan prasarana yang sudah ada sebelum bencana sehingga kurang relevan dengan keadaan bencana. Selain itu, pembagian leaflet maupun poster lebih banyak dibebankan pada Puskesmas. Untuk sarana dan prasarana yang mendukung PHBS pengungsi juga masih belum memadai terutama dalam pemenuhan kebutuhan sanitasi di pengungsian. Universitas Sumatera Utara 4.7 Tahap Proses PHBS 4.7.1 Perencanaaan

Dokumen yang terkait

Implementasi Kebijakan Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan pada Masa Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2014

2 89 205

Analisis Pelaksanaan Fungsi Koordinasi Bidang Kesehatan pada Masa Tanggap Darurat Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2014

0 50 134

Hubungan Pendidikan Kesehatan Dengan Perilaku Hidup Sehat Remaja Di Smu Darussalam Medan

3 77 8

Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

5 109 108

Analisis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta Penyakit Berbasis Lingkungan pada Anak Usia 6-12 Tahun Korban Erupsi Gunung Sinabung di Posko Pengungsian Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2017

0 1 13

Analisis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta Penyakit Berbasis Lingkungan pada Anak Usia 6-12 Tahun Korban Erupsi Gunung Sinabung di Posko Pengungsian Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2017

0 0 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Promosi Kesehatan 2.1.1 Definisi - Manajemen Promosi Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Masa Tanggap Darurat di Lokasi Pengungsian Korban Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2014

0 0 36

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Manajemen Promosi Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Masa Tanggap Darurat di Lokasi Pengungsian Korban Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2014

0 0 11

MANAJEMEN PROMOSI KESEHATAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA MASA TANGGAP DARURAT DI LOKASI PENGUNGSIAN KORBAN ERUPSI GUNUNG SINABUNG TAHUN 2014 TESIS

0 0 16

Analisis Pelaksanaan Fungsi Koordinasi Bidang Kesehatan pada Masa Tanggap Darurat Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2014

0 0 16