didukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat untuk menuju Indonesia sehat 2015”. Berdasarkan visi tersebut Dinas Kesehatan Kabupaten Karo menetapkan visi yaitu
Mendorong kemandirian masyarakat untuk ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS dalam lingkungan yang sehat. Namun visi misi tersebut tidak diformulasikan
dalam kebiakan sebagai upaya peningkatan kesehatan melalui PHBS. Seharusnya kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat mengenai
kesehatan khususnya PHBS dapat dirangkum dalam bentuk SOP untuk mempermudah pelaksanaannya. Ketiadaan SOP menyebabkan tidak terpantaunya
pelaksanaan promosi kesehatan di pengungsian sesuai dengan kebijakan yang sudah disebutkan diatas. Silalahi 2010 tentang penanggulangan bencana erupsi Gunung
Sinabung tahun 2010 telah menekankan bahwa pentingnya kebijakan dalam bentuk SOP untuk penanggulangan bencana terutama untuk meningkatkan koordinasi lintas
sektoral sehingga penanggulangan bencana akan lebiha mudah dilaksanakan.
5.1.2. Tenaga Kesehatan
Amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2007 tentang kesehatan pada pasal 21 menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur perencanaan, pengadaan,
pendayagunaan, pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Dalam peraturan Presiden nomor 72 Tahun
2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional menjelaskan bahwa untuk melaksanakan upaya kesehatan dalam rangka pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya
manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya serta terdistribusi secara adil dan merata.
Universitas Sumatera Utara
Hasil wawancara mendalam yang penulis lakukan tentang tenaga kesehatan diketahui bahwa permasalahan sumber daya manusia atau tenaga kesehataan di Dinas
Kesehatan dan Puskesmas di Dinas Kesehatan dalam melaksanakan promosi kesehatan, dimana masih kurangnya tenaga yang terampil dalam promosi kesehatan.
Disamping itu petugas kesehatan yang ada juga melaksanakan tugas rangkap. Tenaga Promosi Kesehatan Puskesmas latar belakang pendidikan DIII perawat dan belum
pernah mengikuti pelatihan promosi kesehatan tentang penerapan PHBS, sehingga belum semuanya mengerti tentang 10 indikator PHBS atau penerapan PHBS kepada
pengungsi di masa kedaruratan. Mengingat keterbatasan dari petugas karena harus mengerjakan tugas
rangkap maka untuk itu perlu dipikirkan upaya dalam meningkatkan keterampilan petugas bidang Promosi Kesehatan dalam penerapan PHBS pada situasi bencana dan
kedaruratan khususnya bagi pengungsi di Dinas Kesehatan Kabupaten Karo. Agar petugas kesehatan memahami pelaksanaan program PHBS dalam kedaruratan di
lokasi pengungsian berjalan dengan baik maka perlu diberikan pelatihan atau pendidikan kepada petugas kesehatan agar dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya sehingga memiliki keahlian dalam berpromosi kesehatan kepada masyarakat. Disamping itu diharapkan petugas kesehatan lainnya harus ikut juga
mendukung program PHBS dalam kedaruratan di pengungsian, contohnya pada saat Posyandu, kunjungan KIA, dan kunjungan ke lokasi pengungsian, ketika pasien
berobat dan pada waktu-waktu tertentu ketika melakukan penyuluhan di pengungsian sehingga program PHBS ini dapat berjalan secara dengan sebagaimana mestinya.
Universitas Sumatera Utara
5.1.3. Metode