Deskripsi Responden Penelitian Uji Hipotesis

menentukan sampel yang diambil di SD tersebut, serta tata cara pengerjaan instrumen yang akan diujikan. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan instrumen soal kepada para siswa kelas V SD Negeri se- Kecamatan Prambanan sesuai dengan sampel yang telah ditentukan pada masing-masing sekolah. Jumlah SD Negeri di Kecamatan Prambanan cukup banyak, sehingga peneliti berkoordinasi dengan guru kelas untuk menitipkan instrumen penelitian tersebut, yang selanjutnya akan diberikan kepada responden siswa untuk dikerjakan. Instrumen soal dikerjakan dalam waktu 90 menit. Peraturan dalam mengerjakan instrumen soal tersebut adalah siswa tidak diperbolehkan mencontek, membuka buku, mengerjakan soal tersebut di rumah dan selama pengerjaannya diawasi oleh guru kelas. Peneliti bersepakat dengan wali kelas masing-masing SD yang menjadi sampel penelitian, terkait waktu pengambilan kembali instrumen penelitian yang telah dikerjakan siswa.

2. Deskripsi Responden Penelitian

Responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 242 responden siswa. Keseluruhan responden tersebut merupakan jumlah sampel yang diambil dari 22 SD Negeri se-Kecamatan Prambanan. Penelitian ini menggunakan 2 bentuk instrumen soal yaitu pilihan ganda dan uraian tentang IPA Fisika kelas V SD. Setiap siswa mengisi identitas berupa nama, asal sekolah, dan jenis kelamin. Berdasarkan identitas- identitas tersebut dapat diketahui jenis kelamin siswa kelas V SD Negeri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman. Berikut ini merupakan persentase jenis kelamin siswa yang dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Jenis Kelamin Siswa No. Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase 1 Laki-laki 104 42,98 2 Perempuan 138 57,02 Jumlah 242 100 Berdasarkan tabel 4.1, dapat digambarkan pie chart jenis kelamin siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman sebagai berikut: Gambar 4.1 Pie Chart Jenis Kelamin Siswa Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa banyaknya siswa yang berjenis kelamin laki-laki adalah 104 siswa 42,98 dan banyaknya siswa yang berjenis kelamin perempuan adalah 138 siswa 57,02 . Dilihat dari hasil persentasenya jumlah siswa perempuan lebih banyak dari pada jumlah siswa laki-laki. Selisih antara jumlah siswa perempuan dan laki-laki adalah 14,04 .

3. Deskripsi Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V Semester 2 SD

Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman Peneliti pada bagian ini akan mendeskripsikan mengenai miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V semester 2 SD Negeri se- Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman yang menggunakan kurikulum 2006. Ada atau tidaknya miskonsepsi dapat diketahui berdasarkan hasil pekerjaan siswa dari Kompetensi Dasar KD yang diujikan. Peneliti akan mendeskripsikan data pada instrumen soal pilihan ganda dan instrumen soal uraian. Deskripsi data disajikan secara umum atau keseluruhan dan secara khusus yaitu per KD. Berikut ini adalah deskripsi data dari kedua instrumen pilihan ganda dan uraian yang dianalisis secara terpisah. Deskripsi data kedua instrumen tersebut disajikan oleh peneliti sabagai berikut:

a. Deskripsi data instrumen soal pilihan ganda

Banyaknya siswa yang mengalami miskonsepsi pada soal pilihan ganda dapat dilihat berdasarkan persentase siswa yang menjawab salah dan yakin benar terhadap jawaban yang dipilih. Pada soal pilihan ganda ada 4 opsi jawaban yaitu a, b, c, dan d. Keempat opsi jawaban tersebut terdiri dari 1 jawaban benar dan 3 jawaban salah, yang disertai dengan tingkat keyakinan siswa terhadap jawaban yang dipilih, tingkat keyakinan tersebut terdiri dari yakin benar dan tidak yakin benar. Ketiga persentase jawaban yang salah dan yakin benar akan dijumlahkan, sehingga dapat diketahui persentase miskonsepsi siswa pada item tersebut. Peneliti menuliskan KD beserta nomer item soal yang mewakili pada tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 KD dan Nomor Item Soal yang Mewakili pada Instrumen Pilihan Ganda No Kompetensi Dasar Item 1 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet 1, 2, dan 3 2 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 3 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. 10, 11, 12, dan 13 4 6.2 Membuat suatu karyamodel, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. 14 dan 15 5 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. 16, 17, dan 18 6 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi 19 dan 20 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa ada 6 KD yang digunakan dan diwakili dengan 20 item soal. Keseluruhan hasil pengolahan data tersebut akan dideskripsikan secara umum seluruh KD dan secara khusus per KD dan per item soal pilihan ganda. Bagian pertama peneliti akan mendeskripsikan secara umum miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V semester 2 SD Negeri se- Kecamatan Prambanan Sleman. Persentase miskonsepsi IPA Fisika secara umum pada instrumen soal pilihan ganda dapat dilihat pada gambar 4.2. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 4.2 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V Semester 2 SD Negeri Se-Kecamatan Prambanan pada Seluruh KD Berdasarkan gambar 4.2 dapat diketahui dari 20 item soal yang ada, terdapat 13 item soal yang memiliki persentase miskonsepsi lebih dari 30, 13 item tersebut adalah item nomor 2, 3, 4, 6, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, dan 19. Item soal yang memiliki persentase miskonsepsi kurang dari 30 adalah item nomor 1, 5, 7, 8, 9, 12, dan 20. Nomor item 16 yang mengulas tentang konsep pembentukan tanah karena pelapukan menggolongkan jenis-jenis batuan menjadi soal yang memiliki nilai miskonsepsi tertinggi dengan persentase sebesar 47,93, sedangkan nomor item yang memiliki nilai miskonsepsi terendah dengan persentase sebesar 2,07 terdapat pada nomor item 9 yang mengulas tentang konsep pesawat sederhana bidang miring. Masih banyak siswa yang mengalami miskonsepsi lebih dari 30 sehingga dapat dikatakan bahwa masih banyak siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman yang mengalami miskonsepsi IPA Fisika pada KD yang diujikan. Bagian yang kedua peneliti akan mendeskripsikan secara khusus miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman. Deskripsi secara khusus tersebut dilakukan dengan meninjau setiap KD yang telah diujikan. 1 KD 5.1 mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet. Pada KD 5.1 peneliti mengujikan 3 item soal yang mewakili 2 indikator. Nomor item 1 mewakili indikator 5.1.1 menyebutkan macam-macam gaya, nomor item 2 dan 3 mewakili indikator 5.1.2 mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi gaya. Hasil pengujian soal pada KD 5.1 tersaji dalam gambar 4.3, 4.4, dan 4.5 berikut ini: Gambar 4.3 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 1 Soal Pilihan Ganda PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 4.3 menunjukkan bahwa ada siswa yang mengalami miskonsepsi pada item 1 mengenai konsep macam-macam gaya. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang menjawab salah dan yakin benar pada item 1 dengan total persentase sebesar 18,59 atau sebanyak 45 siswa. Miskonsepsi tertinggi terjadi pada jawaban A dengan persentase 11,57 atau sebanyak 28 siswa. Berdasarkan persentase tersebut dapat dikatakan banyak siswa mengalami miskonsepsi karena memiliki pemahaman bahwa contoh dari penerapan gaya gravitasi adalah jarum kompas dapat menunjukkan arah utara dan selatan. Selanjutnya akan dibahas item soal nomor 2 sebagai berikut: Gambar 4.4 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 2 Soal Pilihan Ganda Gambar 4.4 menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki miskonsepsi pada konsep faktor-faktor yang mempengaruhi gaya. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang menjawab salah dan yakin benar pada item 2 dengan total persentase sebesar 45,45 atau sebanyak 110 siswa. Miskonsepsi tertinggi terjadi pada jawaban D dengan persentase 26,03 atau sebanyak 63 siswa. Berdasarkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI persentase tersebut dapat dikatakan banyak siswa mengalami miskonsepsi karena memiliki pemahaman bahwa permukaan air selalu datar bukan termasuk pengaruh gaya gravitasi terhadap benda. Selanjutnya akan dibahas item soal nomor 3 sebagai berikut: Gambar 4.5 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 3 Soal Pilihan Ganda Gambar 4.5 menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki miskonsepsi pada konsep faktor-faktor yang mempengaruhi gaya. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang menjawab salah dan yakin benar pada item 3 dengan total persentase sebesar 42,97 atau sebanyak 104 siswa. Miskonsepsi tertinggi terjadi pada jawaban C dengan persentase 19,83 atau sebanyak 48 siswa. Berdasarkan persentase tersebut dapat dikatakan banyak siswa mengalami miskonsepsi karena memiliki pemahaman bahwa memberi pul atau paku-paku pada sepatu sepak bola bukan termasuk cara untuk memperbesar gaya gesek. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 KD 5.2 menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. Pada KD 5.2 ini diujikan dengan memberikan 6 soal yang mewakili 3 indikator. Nomor item 4, 5, dan 6 mewakili indikator 5.2.1 mengidentifikasi ciri-ciri pesawat sederhana. Nomor item 7 dan 8 mewakili indikator 5.2.2 menyebutkan contoh jenis tuas atau pengungkit jenis pertama, dan nomor item 9 mewakili indikator 5.2.3 menyebutkan penerapan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Hasil pengujian soal pada KD 5.2 tersaji dalam gambar berikut ini: Gambar 4.6 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 4 Soal Pilihan Ganda Gambar 4.6 menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki miskonsepsi pada konsep ciri-ciri pesawat sederhana. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang menjawab salah dan yakin benar pada item 4 dengan total persentase sebesar 36,60 atau sebanyak 91 siswa. Miskonsepsi tertinggi terjadi pada jawaban C dengan persentase 18,18 atau sebanyak 44 siswa. Berdasarkan persentase tersebut dapat dikatakan banyak siswa mengalami PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI miskonsepsi karena memiliki pemahaman bahwa semakin besar ukurannya maka gaya kuasanya semakin besar bukan termasuk sifat roda. Selanjutnya akan dibahas item soal nomor 5 sebagai berikut: Gambar 4.7 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 5 Soal Pilihan Ganda Gambar 4.7 menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki miskonsepsi pada konsep ciri-ciri pesawat sederhana. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang menjawab salah dan yakin benar pada item 5 dengan total persentase sebesar 29,76 atau sebanyak 72 siswa. Miskonsepsi tertinggi terjadi pada jawaban A dengan persentase 16,94 atau sebanyak 41 siswa. Berdasarkan persentase tersebut dapat dikatakan banyak siswa mengalami miskonsepsi karena memiliki pemahaman bahwa gunting termasuk pengungkit yang bebannya terletak di antara titik tumpu dan kuasa. Selanjutnya akan dibahas item soal nomor 6 sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 4.8 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 6 Soal Pilihan Ganda Gambar 4.8 menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki miskonsepsi pada konsep ciri-ciri pesawat sederhana. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang menjawab salah dan yakin benar pada item 6 dengan total persentase sebesar 35,54 atau sebanyak 86 siswa. Miskonsepsi tertinggi terjadi pada jawaban C dengan persentase 14,05 atau sebanyak 34 siswa. Berdasarkan persentase tersebut dapat dikatakan banyak siswa mengalami miskonsepsi karena memiliki pemahaman bahwa bagian sekrup yang menggunakan prinsip kerja bidang miring terletak pada nomer III dan I. Selanjutnya akan dibahas item soal nomor 7 sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 4.9 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 7 Soal Pilihan Ganda Gambar 4.9 menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki miskonsepsi pada konsep jenis tuas dan pengungkit jenis pertama. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang menjawab salah dan yakin benar pada item 7 dengan total persentase sebesar 14,87 atau sebanyak 36 siswa. Miskonsepsi tertinggi terjadi pada jawaban D dengan persentase 7,85 atau sebanyak 19 siswa. Berdasarkan persentase tersebut dapat dikatakan banyak siswa mengalami miskonsepsi karena memiliki pemahaman bahwa pemecah biji termasuk tuas jenis pertama. Selanjutnya akan dibahas item soal nomor 8 sebagai berikut: Gambar 4.10 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 8 Soal Pilihan Ganda Gambar 4.10 menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki miskonsepsi pada konsep jenis tuas dan pengungkit jenis pertama. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang menjawab salah dan yakin benar pada item 8 dengan total persentase sebesar 26,44 atau sebanyak 64 siswa. Miskonsepsi tertinggi terjadi pada jawaban C dengan persentase 18,59 atau sebanyak 45 siswa. Berdasarkan persentase tersebut dapat dikatakan banyak siswa mengalami miskonsepsi karena memiliki pemahaman bahwa gerobak dorong merupakan contoh jenis tuas golongan ketiga. Selanjutnya akan dibahas item soal nomor 9 sebagai berikut: Gambar 4.11 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 9 Soal Pilihan Ganda Gambar 4.11 menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki miskonsepsi pada konsep penerapan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang menjawab salah dan yakin benar pada item 9 dengan total persentase sebesar 2,07 atau sebanyak 5 siswa. Miskonsepsi tertinggi terjadi pada jawaban D dengan persentase 1,24 atau sebanyak 3 siswa. Berdasarkan persentase tersebut dapat dikatakan ada 3 siswa mengalami miskonsepsi karena memiliki pemahaman bahwa jalan di pegunungan dibuat dengan lintasan berkelok-kelok merupakan penerapan pesawat sederhana berupa pengungkit. 3 KD 6.1 mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Pada KD 6.1 ini diujikan dengan memberikan 4 soal yang mewakili 2 indikator . Nomor item 10 dan 11 mewakili indikator 6.1.1 menyebutkan sifat-sifat cahaya. Nomor item 12 dan 13 mewakili indikator 6.1.2 menjelaskan sifat bayangan pada cermin. Hasil pengujian soal pada KD 6.1 tersaji dalam gambar berikut ini: Gambar 4.12 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 10 Soal Pilihan Ganda Gambar 4.12 menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki miskonsepsi pada konsep sifat-sifat cahaya. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang menjawab salah dan yakin benar pada item 10 dengan total persentase sebesar 42,15 atau sebanyak 102 siswa. Miskonsepsi tertinggi terjadi pada jawaban B dengan persentase 20,25 atau sebanyak 49 siswa. Berdasarkan persentase tersebut dapat dikatakan ada 49 siswa mengalami miskonsepsi karena memiliki pemahaman bahwa rambatan cahaya matahari yang menembus genting kaca bukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menunjukkan contoh sifat cahaya merambat lurus. Selanjutnya akan dibahas item soal nomor 11 sebagai berikut: Gambar 4.13 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 11 Soal Pilihan Ganda Gambar 4.13 menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki miskonsepsi pada konsep sifat-sifat cahaya. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang menjawab salah dan yakin benar pada item 11 dengan total persentase sebesar 40,09 atau sebanyak 97 siswa. Miskonsepsi tertinggi terjadi pada jawaban B dengan persentase 16,63 atau sebanyak 40 siswa. Berdasarkan persentase tersebut dapat dikatakan ada 40 siswa mengalami miskonsepsi karena memiliki pemahaman bahwa dispersi cahaya adalah peristiwa terpantulnya cahaya matahari terhadap bulir- bulir air hujan. Selanjutnya akan dibahas item soal nomor 12 sebagai berikut: Gambar 4.14 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 12 Soal Pilihan Ganda Gambar 4.14 menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki miskonsepsi pada konsep sifat bayangan pada cermin. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang menjawab salah dan yakin benar pada item 12 dengan total persentase sebesar 23,55 atau sebanyak 57 siswa. Miskonsepsi tertinggi terjadi pada jawaban C dengan persentase 14,46 atau sebanyak 35 siswa. Berdasarkan persentase tersebut dapat dikatakan ada 35 siswa mengalami miskonsepsi karena memiliki pemahaman bahwa ketika seseorang sedang bercermin pada cermin datar, maka jarak benda dengan cermin dekat dengan jarak bayangan dengan cermin. Selanjutnya akan dibahas item soal nomor 13 sebagai berikut: Gambar 4.15 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 13 Soal Pilihan Ganda PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 4.15 menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki miskonsepsi pada konsep sifat bayangan pada cermin. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang menjawab salah dan yakin benar pada item 13 dengan total persentase sebesar 44,63 atau sebanyak 108 siswa. Miskonsepsi tertinggi terjadi pada jawaban A dengan persentase 28,92 atau sebanyak 70 siswa. Berdasarkan persentase tersebut dapat dikatakan ada 70 siswa mengalami miskonsepsi karena memiliki pemahaman bahwa yang dimaksud dengan bayangan maya adalah bayangan yang arahnya terbalik terhadap bendanya. 4 KD 6.2. membuat suatu karyamodel, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Pada KD 6.2 ini diujikan dengan memberikan 2 soal yang mewakili 1 indikator, yaitu nomor item 14 dan 15 yang mewakili indikator 6.2.1 mengetahui alat dan bahan yang digunakan untuk membuat karyamodel yang menerapkan sifat-sifat cahaya. Hasil pengujian soal pada KD 6.2 tersaji dalam gambar berikut ini: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 4.16 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 14 Soal Pilihan Ganda Gambar 4.16 menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki miskonsepsi pada konsep alat dan bahan yang digunakan untuk membuat karyamodel yang menerapkan sifat-sifat cahaya. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang menjawab salah dan yakin benar pada item 14 dengan total persentase sebesar 37,60 atau sebanyak 91 siswa. Miskonsepsi tertinggi terjadi pada jawaban D dengan persentase 18,18 atau sebanyak 44 siswa. Berdasarkan persentase tersebut dapat dikatakan ada 44 siswa mengalami miskonsepsi karena memiliki pemahaman bahwa alat yang arah pandangannya dapat dibelokkan sehingga bendaobjek yang dilihat tidak harus berada di depan mata disebut mikroskop. Selanjutnya akan dibahas item soal nomor 15 sebagai berikut: Gambar 4.17 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 15 Soal Pilihan Ganda Gambar 4.17 menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki miskonsepsi pada konsep alat dan bahan yang digunakan untuk membuat karyamodel yang menerapkan sifat-sifat cahaya. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang menjawab salah dan yakin benar pada item 15 dengan total persentase sebesar 46,69 atau sebanyak 113 siswa. Miskonsepsi tertinggi terjadi pada jawaban D dengan persentase 32,23 atau sebanyak 78 siswa. Berdasarkan persentase tersebut dapat dikatakan ada 78 siswa mengalami miskonsepsi karena memiliki pemahaman bahwa bahan utama yang digunakan untuk membuat model periskop adalah cermin dan lem. 5 KD 7.1 mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. Pada KD 7.1 ini diujikan dengan memberikan 3 soal yang mewakili 2 indikator. Nomor item 16 mewakili indikator 7.1.1 menggolongkan jenis-jenis batuan. Nomor item 17 dan 18 mewakili indikator 7.1.2 menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan. Hasil pengujian soal pada KD 7.1 tersaji dalam gambar berikut ini: Gambar 4.18 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 16 Soal Pilihan Ganda PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 4.18 menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki miskonsepsi pada konsep jenis-jenis batuan. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang menjawab salah dan yakin benar pada item 16 dengan total persentase sebesar 47,93 atau sebanyak 116 siswa. Miskonsepsi tertinggi terjadi pada jawaban D dengan persentase 23,14 atau sebanyak 56 siswa. Berdasarkan persentase tersebut dapat dikatakan ada 56 siswa mengalami miskonsepsi karena memiliki pemahaman bahwa ciri-ciri dari batuan basal ditunjukkan pada nomor 1, 3, dan 5. Selanjutnya akan dibahas item soal nomor 17 sebagai berikut: Gambar 4.19 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 17 Soal Pilihan Ganda Gambar 4.19 menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki miskonsepsi pada konsep proses pembentukan tanah. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang menjawab salah dan yakin benar pada item 17 dengan total persentase sebesar 39,24 atau sebanyak 95 siswa. Miskonsepsi tertinggi terjadi pada jawaban D dengan persentase 19 atau sebanyak 46 siswa. Berdasarkan persentase tersebut dapat dikatakan ada 46 siswa mengalami PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI miskonsepsi karena memiliki pemahaman bahwa pelapukan batuan di gurun pasir terjadi karena pengaruh paparan panas sinar matahari. Selanjutnya akan dibahas item soal nomor 18 sebagai berikut: Gambar 4.20 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 18 Soal Pilihan Ganda Gambar 4.20 menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki miskonsepsi pada konsep proses pembentukan tanah. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang menjawab salah dan yakin benar pada item 18 dengan total persentase sebesar 31,41 atau sebanyak 76 siswa. Miskonsepsi tertinggi terjadi pada jawaban B dengan persentase 14,88 atau sebanyak 36 siswa. Berdasarkan persentase tersebut dapat dikatakan ada 36 siswa mengalami miskonsepsi karena memiliki pemahaman bahwa pelapukan fisis adalah pelapukan yang terjadi karena peran makhluk hidup. 6 KD 7.3 mendeskripsikan struktur bumi. Pada KD 7.3 ini diujikan dengan memberikan 2 soal yang mewakili 1 indikator, yaitu nomor item 19 dan 20 yang mewakili indikator 7.3.1 mendeskripsikan struktur permukaan bumi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Hasil pengujian soal pada KD 7.3 tersaji dalam gambar berikut ini: Gambar 4.21 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 19 Soal Pilihan Ganda Gambar 4.21 menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki miskonsepsi pada konsep struktur permukaan bumi. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang menjawab salah dan yakin benar pada item 19 dengan total persentase sebesar 43,80 atau sebanyak 106 siswa. Miskonsepsi tertinggi terjadi pada jawaban A dengan persentase 20,25 atau sebanyak 49 siswa. Berdasarkan persentase tersebut dapat dikatakan ada 49 siswa mengalami miskonsepsi karena memiliki pemahaman bahwa urutan lapisan penyusun bumi dari yang paling dalam adalah inti dalam bumi, kerak bumi, mantel bumi, inti luar bumi. Selanjutnya akan dibahas item soal nomor 20 sebagai berikut: Gambar 4.22 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 20 Soal Pilihan Ganda Gambar 4.22 menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki miskonsepsi pada konsep struktur permukaan bumi. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang menjawab salah dan yakin benar pada item 20 dengan total persentase sebesar 9,92 atau sebanyak 24 siswa. Miskonsepsi tertinggi terjadi pada jawaban B dengan persentase 4,96 atau sebanyak 12 siswa. Berdasarkan persentase tersebut dapat dikatakan ada 12 siswa mengalami miskonsepsi karena memiliki pemahaman bahwa letak magma pada gambar ditunjukkan oleh huruf B. Berdasaran deskripsi data di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa miskonsepsi IPA Fisika masih banyak terjadi pada siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman. Hal ini dibuktikan berdasarkan 20 item soal yang diujikan, masih banyak siswa yang menjawab salah dan yakin benar atas jawaban yang dipilih.

b. Deskripsi data instrumen soal uraian

Peneliti akan mendeskripsikan hasil pengujian instrumen soal uraian yang terdiri dari 5 butir soal. Instrumen tersebut telah diujikan pada siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman sesuai dengan sampel yang telah ditentukan. Hasil pengujian instrumen soal uraian tersebut akan dideskripsikan per-Kompetensi Dasar KD. Banyaknya siswa yang mengalami miskonsepsi dapat dilihat berdasarkan persentase siswa yang menjawab tidak sesuai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI konsep atau tidak sesuai dengan kunci jawaban yang sudah ditetapkan. Deskripsi data pada instrumen uraian dibagi menjadi dua bagian yaitu deskripsi secara umum serta deskripsi secara khusus per KD dan per item soal uraian. Secara umum persentase miskonsepsi IPA Fisika pada instrumen soal uraian dapat dilihat pada gambar 4.23 berikut ini: Gambar 4.23 Persentase Miskonsepsi Siswa pada Soal Uraian untuk Semua KD Gambar 4.23 menunjukkan bahwa siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman mengalami miskonsepsi pada mata pelajaran IPA Fisika semester 2. Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui siswa mengalami miskonsepsi lebih dari 30 pada tiap item soal yang diujikan, hanya pada item 4 saja persentase miskonsepsi siswa di bawah 30 . Persentase tertinggi terjadinya miskonsepsi terdapat pada nomor item 3 yang mengulas tentang konsep sifat-sifat cahaya sifat bayangan pada cermin dengan persentase 96,69 , sedangkan nomor item 4 yang mengulas tentang konsep pesawat sederhana fungsi bidang miring menjadi soal yang memiliki miskonsepsi terendah dengan persentase 17,36 . Hal ini membuktikan bahwa masih terjadi miskonsepsi IPA Fisika pada KD yang diujikan. Bagian kedua peneliti akan mendeskripsikan data miskonsepsi secara khusus atau lebih mendalam per KD. 1 KD 5.2 menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. Pada KD 5.2 ini diujikan dengan memberikan 2 soal yaitu nomor item 1 yang mewakili indikator 5.2.1 menjelaskan perbedaan golongan pengungkit, serta nomor item 4 yang mewakili indikator 5.2.2 menjelaskan fungsi bidang miring. Hasil pekerjaan siswa akan dianalisis pada tabel 4.3 dan 4.4 berikut ini: Tabel 4.3 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 1 Soal Uraian Nomor Butir Soal Kunci Jawaban Jawaban Siswa Jumlah Persentase 1 Gambar A merupakan pengungkit jenis kedua yang memiliki ciri beban berada diantara posisi kuasa dan titik tumpu. Gambar B merupakan pengungkit pertama yang memiliki ciri titik tumpu berada antara beban dan kuasa. Gambar A merupakan pengungkit jenis kedua yang memiliki ciri beban berada diantara posisi kuasa dan titik tumpu. Gambar B merupakan pengungkit pertama yang memiliki ciri titik tumpu berada antara beban dan kuasa. 81 33,47 Karena A titik tumpunya berada diantara kuasa dan beban sedangkan yang B bebanya berada diantara kuasa dan titik tumpu. 3 1,24 Nomor Butir Soal Kunci Jawaban Jawaban Siswa Jumlah Persentase 1 Gambar A merupakan pengungkit jenis kedua yang memiliki ciri beban berada diantara posisi kuasa dan titik tumpu Gambar B merupakan pengungkit pertama yang memiliki ciri titik tumpu berada antara beban dan kuasa. A karena titik kuasa terletak diantara tumpul dan beban B Karena titik tumpul berada diantara kuasa dan beban. 1 0,41 A pengungkit diantara beban diantara kuasa dan titik tumpu. B pengungkit diantara kuasa diantara beban dan titik tumpu. 1 0,41 A : pengungkit jenis 2 B : pengungkit jenis 2. 1 0,41 Karena tang jenis ke 2 dan digunakan sebagai memperkeras skrup. Karena linggis jenis ke 3 dan digunakan sebagai pemecah kemiri. 9 3,72 A adalah pengungkit tuas golongan 3 karena beban berada diantara titik tumpu dan kuasa. B adalah pengungkit tuas golongan 1 karena titik tumpu berada diantara beban dan kuasa. 4 1,65 Karena letak titik tumpu kuasa dan bebanya berbeda. 39 16,12 Gambar A alat pemecah kemiri termasuk pengungkit 3. Gambar B alat pencabut paku termasuk pengungkit 2. 11 4,55 Gambar A karena titik bebanya diantara kuasa titik tumpu. Gambar B karena titik bebanya di depan titik tumpu. 1 0,41 Karena beban yang tidak sama, tidak sama golongannya. 3 1,24 A : jenis golongan ke 1 B : jenis golongan ke 3 3 1,24 A : jenis golongan 1 B : jenis golongan 2. 9 3,72 Karena pada gambar A beban berada di tengah dan di ujung depan. Karena pada gambar B beban hanya di atas ujung. 1 0,41 A : pengungkit jenis 2 B : pengungkit jenis 1. 1 0,41 Karena kemampuan atau bentuk bendanya saling berbeda dan saling mempunyai pertahanan bentuk berbeda 1 0,41 Nomor Butir Soal Kunci Jawaban Jawaban Siswa Jumlah Persentase 1 Gambar A merupakan pengungkit jenis kedua yang memiliki ciri beban berada diantara posisi kuasa dan titik tumpu Gambar B merupakan pengungkit pertama yang memiliki ciri titik tumpu berada antara beban dan kuasa. Karena ukuran dan bentuknya sangat berbeda dan kegunaannya sangat berbeda. A untuk membuka tutup botol, B untuk mencabut paku. 13 5,38 Jawaban tidak sesuai dengan kontek. 60 24,8 Jumlah 242 100 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 33,47 siswa atau sebanyak 81 siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman mampu menjelaskan konsep dengan benar bahwa gambar A dan gambar B memiliki perbedaan. Siswa tersebut dapat menjelaskan bahwa gambar A termasuk pengungkit jenis kedua yang memiliki ciri-ciri titik beban terletak diantara titik tumpu dan titik kuasa, sedangkan gambar B termasuk pengungkit jenis pertama yang memiliki ciri-ciri titik tumpu berada diantara titik beban dan titik kuasa. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman mengalami kesalahan konsepsi. Ada 19 siswa mengalami kesalahan dalam menentukan posisi titik kuasa, beban, dan tumpu pada jenis pengungkit; 15,7 siswa mengalami kesalahan konsepsi dalam menentukan jenis pengungkit gambar A dan gambar B; 1,24 siswa mengalami kesalahan konsepsi dalam menentukan jenis pengungkit gambar A dan gambar B dengan menjawab karena beban PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang tidak sama, tidak sama golongannya; 0,41 siswa menjawab karena kemampuan atau bentuk bendanya saling berbeda dan saling mempunyai pertahanan bentuk berbeda; 5,38 siswa menjawab karena ukuran dan bentuknya sangat berbeda dan kegunaannya sangat berbeda, A untuk membuka tutup botol dan B untuk mencabut paku; dan ada 24,8 siswa mengalami miskonsepsi dengan menjawab tidak sesuai dengan kontek. Berdasarkan deskripsi di atas dapat dikatakan bahwa terjadi miskonsepsi pada konsep pesawat sederhana. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi secara keseluruhan pada KD ini adalah 66,53 atau sebanyak 161 siswa. Peneliti selanjutnya akan menyajikan jawaban siswa pada item 4 berikut ini: Tabel 4.4 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 4 Soal Uraian Nomor Butir Soal Kunci Jawaban Jawaban Siswa Jumlah Persentase 4 Jalan berkelok-kelok memanfaatkan cara kerja bidang miring. Agar orang dapat mudah mencapai tempat ketinggian tertentu dengan tenaga yang lebih kecil. Dengan dibuat berkelok- kelok pengendara kendaraan bermotor lebih mudah melewati jalan yang menanjak. Jalan berkelok-kelok memanfaatkan cara kerja bidang miring. Agar orang dapat mudah mencapai tempat ketinggian tertentu dengan tenaga yang lebih kecil. Dengan dibuat berkelok-kelok pengendara kendaraan bermotor lebih mudah melewati jalan yang menanjak. 200 82,64 Agar tidak licin dan tergelincir 24 9,92 Agar tidak menyebabkan erosi atau tanah longsor 3 1,24 Karena kendaraan memperpelan laju 2 0,83 Biar jalan semakin jauh 3 1,24 Supaya tidak terjadi kemacetan 1 0,41 Karena untuk menambah aktivitas jalannya dan membuat gaya gravitsai bumi 1 0,41 Jawaban tidak sesuai dengan kontek 8 3,31 Jumlah 242 100 Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa sudah mengetahui alasan dari jalan di pegunungan dibuat berkelok-kelok, hal ini terbukti dari 82,64 atau sebanyak 200 siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman mampu menjelaskan konsep tersebut dengan benar. Siswa tersebut dapat menjelaskan bahwa jalan di daerah pegunungan dibuat berkelok-kelok karena agar orang dapat mudah mencapai tempat ketinggian tertentu dengan tenaga yang lebih kecil, supaya pengendara kendaraan bermotor lebih mudah melewati jalan yang menanjak, dapat memperkecil gaya gesek, memanfaatkan cara kerja bidang miring, pengendara dapat sampai tempat tujuan dengan baik dan cepat. Pada tabel 4.4 juga dapat diketahui bahwa ada sebagian siswa yang mengalami miskonsepsi antara lain, ada 9,92 siswa menyatakan bahwa jalan di pegunungan dibuat berkelok-kelok agar tidak licin dan tergelincir; 1,24 siswa mengatakan bahwa jalan di pegunungan dibuat berkelok-kelok agar tidak menyebabkan erosi atau tanah longsor; 0,83 siswa mengatakan jalan di pegunungan dibuat berkelok-kelok karena kendaraan memperpelan laju; 1,24 siswa beranggapan bahwa jalan di pegunungan dibuat berkelok- kelok biar jalan semakin jauh; 0,41 siswa beranggapan bahwa jalan di pegunungan dibuat berkelok-kelok supaya tidak terjadi kemacetan; ada 0,41 siswa beranggapan bahwa jalan di pegunungan dibuat berkelok-kelok karena untuk menambah aktivitas jalannya dan membuat gaya gravitasi bumi; dan ada 3,31 siswa mengalami miskonsepsi dengan menjawab tidak sesuai dengan kontek. Berdasarkan deskripsi di atas dapat dikatakan bahwa masih terjadi miskonsepsi pada konsep pesawat sederhana. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi secara keseluruhan pada KD ini adalah 17,36 atau sebanyak 42 siswa. 2 KD 6.1 mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. KD ini diujikan dengan memberikan 2 item soal yaitu nomor item 2 yang mewakili indikator 6.1.1 mengidentifikasi sifat-sifat cahaya, serta nomor item 3 yang mewakili indikator 6.1.2 menjelaskan sifat bayangan pada cermin. Hasil pekerjaan siswa akan dianalisis pada tabel 4.5 dan 4.6 berikut ini: Tabel 4.5 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 2 Soal Uraian Nomor Butir Soal Kunci Jawaban Jawaban Jumlah Persentase 2 Karena, cahaya datang dari zat yang kurang rapat menuju zat yang lebih rapat. Dalam hal ini, air lebih rapat dari udara sehingga cahaya dibiaskan mendekati garis normal. Karena, cahaya datang dari zat yang kurang rapat menuju zat yang lebih rapat. Dalam hal ini, air lebih rapat dari udara sehingga cahaya dibiaskan mendekati garis normal. 161 66,53 Karena cahaya dibiaskan menjauhi garis normal 7 2,89 Karena terkena pantulan dari matahari maka bersifat cahaya merambat lurus 14 5,79 Karena mengalami pendangkalan 3 1,24 Karena air di dalam gelas dapat memantulkan cahaya 12 4,96 Karena air benda bening dan mudah ditembus cahaya 2 0,83 Karena ada penguraian cahaya 4 1,65 Karena ada gaya gravitasi bumi 1 0,41 Karena terkena air di dalam air tidak ada udara sedangkan yang diluar air ada udara 1 0,41 Nomor Butir Soal Kunci Jawaban Jawaban Jumlah Persentase 2 Karena, cahaya datang dari zat yang kurang rapat menuju zat yang lebih rapat. Dalam hal ini, air lebih rapat dari udara sehingga cahaya dibiaskan mendekati garis normal. Karena bayangan di udara dan di air berbeda. Jika di air bayangannya lebih besar atau miring 2 0,83 Karena gelas bersifat cembung 5 2,07 Terurainya cahaya terhadap pensil di dalam gelas yang berisi air 1 0,41 Jawaban tidak sesuai dengan kontek 29 11,98 Jumlah 242 100 Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman sudah mengetahui konsep yang benar mengenai sifat-sifat cahaya. Persentase siswa yang mengetahui konsep yang benar adalah sebesar 62,53 atau sebanyak 161 siswa. Siswa tersebut dapat menjelaskan mengapa pensil yang dimasukan terlihat patah hal itu disebabkan karena cahaya datang dari zat yang kurang rapat menuju zat yang lebih rapat. Dalam hal ini, air lebih rapat dari udara sehingga cahaya dibiaskan mendekati garis normal. Pada tabel 4.5 juga dapat diketahui bahwa sebagian siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman mengalami kesalahan konsep atau miskonsepsi antara lain ada 2,89 siswa mengatakan hal tersebut terjadi karena cahaya dibiaskan menjauhi garis normal; 5,79 siswa menyatakan karena terkena pantulan dari matahari maka bersifat cahaya merambat lurus, ada juga siswa yang beranggapan hal tersebut terjadi karena mengalami pendangkalan dengan persentase 1,24 siswa; sebagian siswa mengatakan hal tersebut terjadi karena air di dalam gelas dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI memantulkan cahaya dengan persentase 4,96 siswa; 0,83 mengatakan karena air benda bening dan mudah ditembus cahaya; sebagian siswa juga menyatakan hal itu terjadi karena ada penguraian cahaya dengan persentase 1,65 siswa; 0,41 siswa beranggapan bahwa hal tersebut terjadi karena ada gaya gravitasi bumi; 0,41 siswa mengatakan hal tersebut terjadi karena terkena air di dalam air tidak ada udara sedangkan yang di luar air ada udara; 0,83 siswa menyatakan hal tersebut terjadi karena bayangan di udara dan di air berbeda, jika di air bayangannya lebih besar atau miring; sebagian siswa juga mengatakan hal tersebut terjadi karena gelas bersifat cembung dengan persentase 2,07 siswa; 0,41 siswa menyatakan bahwa hal tersebut terjadi karena terurainya cahaya terhadap pensil di dalam gelas yang berisi air; dan 11,98 siswa mengalami miskonsepsi dengan menjawab tidak sesuai dengan kontek. Berdasarkan analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa ada sebagian siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman mengalami kesalahan konsep atau miskonsepsi. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi secara keseluruhan pada KD ini adalah 33,47 atau sebanyak 81 siswa. Peneliti selanjutnya akan menyajikan jawaban siswa pada item 3 berikut ini: Tabel 4.6 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 3 Soal Uraian Nomor Butir Soal Kunci Jawaban Jawaban Siswa Jumlah Persentase 3 Tidak. Karena sifat bayangan dibentuk oleh cermin cekung bergantung pada letak benda di depan cermin. Jika benda terletak di antara f fokus dan P pusat kelengkungan dan seterusnya maka bayangan yang terbentuk nyata terbalik. Jika benda terletak diantara O pusat optis dan F maka bayangan terletak di belakang cermin, maka di perbesar dan tegak. Tidak. Karena sifat bayangan dibentuk oleh cermin cekung bergantung pada letak benda di depan cermin. Jika benda terletak di antara f fokus dan P pusat kelengkungan dan seterusnya maka bayangan yang terbentuk nyata terbalik. Jika benda terletak diantara O pusat optis dan F maka bayangan terletak di belakang cermin, maka di perbesar dan tegak. 8 3,31 Pantulan pada cermin cekung selalu terbalik karena bayangan pada pantulan cermin cekung terkena bayangan maya atau semu dan diperbesar lalu bayangan itu akan terbalik. 40 16,52 Iya, karena cermin terbentuk dari lup maka cermin cekung selalu terbalik. 1 0,41 Iya, karena cermin melengkung ke dalam sehingga gambarnya terbalik. 15 6,2 Iya, karena cermin cekung cerminnya menjorok ke depan. 5 2,07 Iya, karena cermin cekung untuk dipasang di spion motor atau mobil untuk melihat orang di belakangnya. 6 2,48 Ya, karena saat kita bercermin bayangan kita terlihat masuk. 2 0,83 Tidak, karena dapat membentuk bayangan di belakangnya. 1 0,41 Iya, karena adanya pembiasan cahaya. 6 2,48 Iya, karena pengaruh cahaya yang memantul pada cermin cekung 6 2,48 Karena cermin cekung bentuknya tidak datar cekung jadi bayangan yang terbentuk menjadi terbalik. 18 7,44 Tidak karena cermin cekung yang tidak asli tidak akan terbalik. 1 0,41 Tidak karena cermin cekung tidak memiliki sifat maya. 2 0, 83 Tidak, tetap lebih kecil dari nyatanya dan benda yang terlihat dekat menjadi lebih jauh. 2 0,83 Iya, kerena cermin cekung berbentuk seperti bulan sehingga bayangan terbalik 1 0,41 Ya, karena cahaya yang masuk karena merambat lurus ke dalam cekung dan cermin tersebut miring. 2 0,83 Nomor Butir Soal Kunci Jawaban Jawaban Siswa Jumlah Persentase 3 Tidak. Karena sifat bayangan dibentuk oleh cermin cekung bergantung pada letak benda di depan cermin. Jika benda terletak di antara f fokus dan P pusat kelengkungan dan seterusnya maka bayangan yang terbentuk nyata terbalik. Jika benda terletak diantara O pusat optis dan F maka bayangan terletak di belakang cermin, maka di perbesar dan tegak Ya, karena cahaya yang masuk sangat besar dan terbalik. 6 2,48 Iya, karena terpengaruh bayangan cermin cekung jadi terlalu terbalik jika dilihat secara baik-baik. 8 3,31 Iya, bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung selalu terbalik karena bayangan berada di titik pusat atau mengumpulkan cahaya 8 3,31 Cermin cekung adalah cermin yang negatif, sehingga semua bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pasti selalu terbalik. 4 1,65 Tidak selalu terbalik karena cermin cekung itu hanya sementara. 1 0,41 Tidak karena cermin cekung bersifat menyebar bukan menterbalikkan benda atau bayangan. 1 0,41 Iya, jika benda di ruang 2 maka bayangannya berada di ruang 4. sifat bayangannya adalah terbalik dan besar. 1 0,41 Jawaban tidak sesuai dengan kontek 97 40,08 Jumlah 242 100 Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan hasil bahwa hanya ada sebagian siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman yang mampu menjelaskan konsep dengan benar yaitu sebesar 3,31 atau sebanyak 8 siswa. Siswa tersebut dapat menjelaskan bahwa bayangan cermin cekung tidak selalu terbalik, hal itu terjadi karena sifat bayangan dibentuk oleh cermin cekung bergantung pada letak benda di depan cermin. Jika benda terletak di antara f fokus dan P pusat kelengkungan dan seterusnya maka bayangan yang terbentuk nyata terbalik. Jika benda terletak diantara O pusat optis dan F maka bayangan terletak di belakang cermin, maka di perbesar dan tegak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi pada konsep sifat bayangan pada cermin. Hal tersebut ditunjukkan pada tabel 4.6 bahwa ada 16,52 siswa beranggapan bahwa pantulan pada cermin cekung selalu terbalik karena bayangan pada pantulan cermin cekung terkena bayangan maya atau semu dan diperbesar lalu bayangan itu akan terbalik; 0,41 siswa menyatakan iya karena cermin terbentuk dari lup maka cermin cekung selalu terbalik; 6,2 siswa juga mengatakan iya karena cermin melengkung ke dalam sehingga gambarnya terbalik, ada sebagian siswa mengatakan iya karena cermin cekung cerminnya menjorok ke depan dengan persentase 2,07 siswa; ada 2,48 siswa mengatakan iya karena cermin cekung untuk dipasang di spion motor atau mobil untuk melihat orang di belakangnya; 0,83 siswa membenarkan karena saat kita bercermin bayangan kita terlihat masuk; ada 0,41 siswa mengatakan tidak karena dapat membentuk bayangan di belakangnya; 2,48 siswa mengatakan iya karena adanya pembiasan cahaya; 2,48 siswa menyatakan iya karena pengaruh cahaya yang memantul pada cermin cekung; sebanyak 7,44 siswa mengatakan iya karena cermin cekung bentuknya tidak datar cekung jadi bayangan yang terbentuk menjadi terbalik; 0,41 siswa mengatakan tidak karena cermin cekung yang tidak asli tidak akan terbalik; 0,83 menyatakan tidak karena cermin cekung tidak memiliki sifat maya; 0,83 siswa mengatakan bahwa tidak tetap lebih kecil dari nyatanya dan benda yang terlihat dekat menjadi lebih jauh; ada 0,41 siswa mengatakan iya kerena cermin cekung berbentuk seperti bulan sehingga bayangan terbalik; 0,83 siswa mengatakan iya karena cahaya yang masuk karena merambat lurus ke dalam cekung dan cermin tersebut miring; 2,48 siswa mengatakan iya karena cahaya yang masuk sangat besar dan terbalik; 3,31 siswa mengatakan iya karena terpengaruh bayangan cermin cekung jadi terlalu terbalik jika dilihat secara baik-baik; ada 3,31 siswa membenarkan jika bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung selalu terbalik karena bayangan berada di titik pusat atau mengumpulkan cahaya; 1,65 siswa mengatakan cermin cekung adalah cermin yang negatif sehingga semua bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pasti selalu terbalik; 0,41 siswa menyatakan tidak selalu terbalik karena cermin cekung itu hanya sementara; 0,41 siswa mengatakan tidak karena cermin cekung bersifat menyebar bukan menterbalikkan benda atau bayangan; ada 0,41 siswa yang menyatakan bahwa iya jika benda di ruang 2 maka bayangannya berada di ruang 4 sifat bayangannya adalah terbalik dan besar; dan ada 40,08 siswa mengalami miskonsepsi dengan menjawab tidak sesuai dengan kontek. Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti pada tabel 4.6 mengenai konsep sifat bayangan pada cermin dapat disimpulkan bahwa memang benar sebagian besar siswa mengalami kesalahan konsep atau miskonsepsi. Secara keseluruhan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep ini adalah 96,69 siswa atau sebanyak 234 siswa. 3 KD 7.1 mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. KD ini diujikan dengan memberikan 1 item soal yaitu nomor item 5 yang mewakili indikator 7.1.1 menggolongkan jenis-jenis batuan. Peneliti selanjutnya akan menyajikan jawaban siswa pada item 5 berikut ini: Tabel 4.7 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 5 Soal Uraian Nomor Butir Soal Kunci Jawaban Jawaban Siswa Jumlah Persentase 5 Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku. Sedangkan batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses pengendapan lumpur dan mineral dalam air sungai. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku. Sedangkan batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses pengendapan lumpur dan mineral dalam air sungai. 51 21,07 Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku Batuan sedimen adalah batuan endapan dari magma yang mengendap. 48 19,83 Batuan beku: berasal dari magma Batuan sedimen : berasal dari pelapukan batuan. 6 2,48 Batuan beku adalah batuan yang terbentuk karena lahar letusan gunung berapi Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena tekanan suhu yang tinggi. 2 0,83 Batuan beku adalah batu yang membeku Batuan sedimen adalah batu pasir untuk membuat candi atau bangunan. 15 6,2 Batuan beku berasal dari endapan magma Batuan sedimen berasal dari pelapukan makhluk hidup. 28 11,57 Batuan beku membeku saat berada di dalam gunung Batuan sedimen membeku saat berada di bawah gunung. 2 0,83 Nomor Butir Soal Kunci Jawaban Jawaban Siswa Jumlah Persentase 5 Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku. Sedangkan batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses pengendapan lumpur dan mineral dalam air sungai. Batuan beku yang berasal dari es batu Batuan sedimen adalah batuan yang berasal dari letusan gunung berapi yang dikeluarkan oleh lahar. 7 2,9 Batuan beku batunya keras Batuan sedimen batunya halus. 7 2,9 Batuan beku adalah batuan dari hasil fosil Batuan sedimen adalah batuan dari letusan gunung berapi 1 0,41 Batuan beku merupakan hasil pelapukan oleh lumut Batuan sedimen merupakan hasil pelapukan fisika. 1 0,41 Batuan beku terbentuk atas embun- embun kecil yang terjadi karena perubahan suhu Batuan sedimen terbentuk atas pelapukan karena sinar matahari 1 0,41 Batuan beku : berasal dari magma Batuan sedimen : terdiri dari butiran- butiran kapur yang halus. 3 1,24 Batuan beku : batuan yang terdiri atas magma dan larva. Batuan sedimen : batuan yang berasal dari penguapan. 1 0,41 Batuan beku adalah batuan yang menjadi konglomerat atau batu granit dan batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari magma atau larva dari gunung berapi. 2 0,83 Batuan beku adalah batuan yang dingin Batuan sedimen adalah batuan yang panas. 2 0,83 Batuan beku : tidak dapat menyerap air dan tidak subur. Batuan sedimen : dapat menyerap air dan tidak subur. 3 1,24 Batuan beku terbentuk dari butiran- butiran kapur halus Batu sedimen terbentuk dari magma 1 0,41 Batuan beku terbuat dari pelapukan salju Batuan sedimen terbuat dari pelapukan batu tanah. 1 0,41 Batuan beku : terjadi karena pelapukan makhluk hidup dan tanah. Batuan sedimen : terjadi karena pelapukan antara batuan malihan dan batuan beku. 4 1,65 Jawaban tidak sesuai dengan kontek 56 23,14 Jumlah 242 100 Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa 21,07 siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman mampu menjelaskan perbedaan batu beku dan batu sedimen dengan benar. Siswa tersebut menjelaskan bahwa batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku. Sedangkan batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses pengendapan lumpur dan mineral dalam air sungai. Pada tabel 4.7 juga dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman mengalamai kesalahan konsep atau miskonsepsi antara lain ada 19,83 siswa menjelaskan bahwa batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku sedangkan batuan sedimen adalah batuan endapan dari magma yang mengendap; 2,48 siswa mengatakan batuan beku berasal dari magma batuan dan sedimen berasal dari pelapukan batuan; ada 0,83 siswa beranggapan bahwa batuan beku adalah batuan yang terbentuk karena lahar letusan gunung berapi sedangkan batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena tekanan suhu tinggi; 6,2 siswa beranggapan bahwa batuan beku adalah batu yang membeku dan batuan sedimen adalah batu pasir untuk membuat candi atau bangunan; 11,57 siswa menyatakan bahwa batuan beku berasal dari endapan magma dan batuan sedimen berasal dari pelapukan makhluk hidup; 0,83 siswa menjelaskan bahwa batuan beku membeku saat berada di dalam gunung batuan sedangkan sedimen membeku saat berada di bawah gunung; 2,9 siswa mengatakan bahwa batuan beku yang berasal dari es batu sedangkan batuan sedimen adalah batuan yang berasal dari letusan gunung berapi yang dikeluarkan oleh lahar; 2,9 siswa mengatakan bahwa batuan beku batunya keras sedangkan batuan sedimen batunya halus; 0,41 siswa menyatakan bahwa batuan beku adalah batuan dari hasil fosil dan batuan sedimen adalah batuan dari letusan gunung berapi; 0,41 siswa menjelaskan bahwa batuan beku merupakan hasil pelapukan oleh lumut sedangkan batuan sedimen merupakan hasil pelapukan fisika; 0,41 siswa mengatakan bahwa batuan beku terbentuk atas embun-embun kecil yang terjadi karena perubahan suhu dan batuan sedimen terbentuk atas pelapukan karena sinar matahari; 1,24 siswa beranggapan bahwa batuan beku: berasal dari magma sedangkan batuan sedimen: terdiri dari butiran-butiran kapur yang halus; 0,41 siswa mengatakan batuan beku adalah batuan yang terdiri atas magma dan larva sedangkan batuan sedimen adalah batuan yang berasal dari penguapan; 0,83 siswa menyatakan bahwa batuan beku adalah batuan yang menjadi konglomerat atau batu granit dan batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari magma atau larva dari gunung berapi; 0,83 siswa menjelaskan bahwa batuan beku adalah batuan yang dingin batuan sedangkan sedimen adalah batuan yang panas; 1,24 siswa menjelaskan bahwa batuan beku: tidak dapat menyerap air dan tidak subur sedangkan batuan sedimen: dapat menyerap air dan tidak subur; ada 0,41 siswa mengatakan bahwa batuan beku terbentuk dari butiran- butiran kapur halus sedangkan batu sedimen terbentuk dari magma; 0,41 siswa menjelaskan bahwa batuan beku terbuat dari pelapukan salju dan batuan sedimen terbuat dari pelapukan batu tanah; ada 1,65 siswa beranggapan bahwa batuan beku terjadi karena pelapukan makhluk hidup dan tanah sedangkan batuan sedimen terjadi karena pelapukan antara batuan malihan dan batuan beku; dan ada 23,14 siswa mengalami miskonsepsi dengan menjawab tidak sesuai dengan kontek. Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti pada tabel 4.7 tentang perbedaan batuan beku dengan batuan sedimen dapat disimpulkan bahwa banyak siswa yang mengalami kesalahan konsep atau miskonsepsi pada konsep pembentukan tanah. Secara keseluruhan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep pembentukan tanah adalah 78,93 siswa atau sebanyak 191 siswa. Berdasarkan deskripsi data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi miskonsepsi IPA Fisika pada siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis 5 item soal uraian yang diujikan pada siswa, masih ada siswa yang menjawab di luar konsep atau jawaban yang sudah ditetapkan dalam hal ini adalah kunci jawaban.

4. Perbedaan Miskonsepsi Siswa Kelas V SD dilihat dari jenis kelamin

Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas pada item soal pilihan ganda dan item soal uraian menggunakan SPSS versi 20. Berikut ini peneliti akan menguraikan uji persyaratan analisis.

a. Uji Normalitas

Peneliti melakukan uji normalitas untuk mengetahui sebaran data terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada instrumen soal pilihan ganda dan uraian. Uji normalitas dengan menggunakan bantuan Kolmogorov-Smirnov yang terdapat pada SPSS versi 20. Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov pada penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut: 1 Uji normalitas pada instrumen soal pilihan ganda Hasil uji normalitas pada instrumen soal pilihan ganda dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini: Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Jenis Kelamin dan Skor pada Instrumen Soal Pilihan Ganda No. Aspek Nilai Sig. 2-tailed Keterangan 1 Jenis kelamin 0,000 Data tidak terdistribusi nomal 2 Skor 0,105 Data terdistribusi normal Tabel 4.8 di atas memperlihatkan sig2-.tailed pada variabel jenis kelamin adalah 0,000, maka data dapat dikatakan tidak normal karena nilai signifikansinya kurang dar i taraf signifikansi α = 0,05. Pada variabel skor memperlihatkan sig2-.tailed adalah 0,105, maka data dapat dikatakan normal karena nilai signifikansinya lebih besar dar i taraf signifikansi α = 0,05. Peneliti akan menyajikan data dalam bentuk histogram pada gambar 4.24 berikut ini: Gambar 4.24 Histogram Jenis Kelamin Siswa pada Soal Pilihan Ganda Gambar 4.24 menunjukkan histogram jenis kelamin siswa pada soal pilihan ganda yang menyatakan bahwa data tidak terdistribusi normal. Sedangkan, histogram tentang skor siswa dapat dilihat pada gambar 4.25 berikut ini: Gambar 4.25 Histogram Skor Siswa pada Soal Pilihan Ganda Gambar 4.25 menunjukkan histogram skor siswa pada soal pilihan ganda yang menyatakan bahwa data terdistribusi normal. 2 Uji normalitas pada instrumen soal uraian Hasil uji normalitas pada instrumen soal uraian dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut: Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Jenis Kelamin dan Skor pada Instrumen Soal Uraian No. Aspek Nilai Sig. 2-tailed Keterangan 1 Jenis kelamin 0,000 Data tidak terdistribusi nomal 2 Skor 0,000 Data tidak terdistribusi normal Tabel di atas memperlihatkan sig2-.tailed pada variabel jenis kelamin adalah 0,000, maka dapat dikatakan data tidak normal karena nilai signifikansinya kurang dari taraf signifikansi α = 0,05. Pada variabel skor memperlihatkan sig2-.tailed adalah 0,000, maka data dapat dikatakan tidak normal karena nilai signifikansinya kurang dari taraf signifikansi α = 0,05. Peneliti akan menyajikan data dalam bentuk histogram pada gambar 4.26 berikut ini: Gambar 4.26 Histogram Jenis Kelamin Siswa pada Soal Uraian Gambar 4.26 menunjukkan histogram jenis kelamin siswa pada soal uraian yang menyatakan bahwa data tidak terdistribusi normal. Sedangkan, histogram tentang skor siswa dapat dilihat pada gambar 4.27 sebagai berikut: Gambar 4.27 Histogram Skor Siswa pada Soal Uraian Gambar 4.27 menunjukkan histogram skor siswa pada soal uraian yang menyatakan bahwa data tidak terdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas dapat diketahui bahwa salah satu data tidak terdistribusi normal yaitu data jenis kelamin, maka peneliti selanjutnya akan melakukan uji non parametik. Sebelumnya peneliti akan melakukan uji homogenitas.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk membuktikan adanya kesamaan variansi populasi atau data variabel homogen atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan pada instrumen soal pilihan ganda dan uraian. Data dapat dikatakan homogen bila nilai disignifikansi lebih dari 0,05. Uji homogenitas didasarkan pada uji Levene Statistic dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 20. Berikut ini merupakan hasil uji homogenitas pada instrumen soal pilihan ganda dan uraian. 1 Uji homogenitas pada instrumen soal pilihan ganda Hasil uji homogenitas pada instrumen soal pilihan ganda dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai berikut: Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Jenis Kelamin dan Skor pada Instrumen Soal Pilihan Ganda Uji Statistik Levenes Statistic Sig. Keterangan One way ANOVA 0,108 0,743 Homogen Tabel 4.10 di atas menunjukkan hasil uji homogenitas yang menyatakan taraf signifikansinya 0,743. Taraf signifikansi yang telah didapatkan oleh peneliti lebih besar dari 0,05. Hasil uji homogenitas pada data yang telah diuji dapat dikatakan bahwa dua kelompok data yaitu laki-laki dan perempuan memiliki variansi yang sama. 2 Uji homogenitas pada instrumen soal uraian Hasil uji homogenitas pada instrumen soal uraian dapat dilihat pada tabel 4.11 sebagai berikut: Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Jenis Kelamin dan Skor pada Instrumen Soal Uraian Uji Statistik Levenes Statistic Sig. Keterangan One way ANOVA 1,017 0,314 Homogen Tabel 4.11 menunjukkan hasil uji homogenitas yang menyatakan taraf signifikansinya 0,314. Taraf signifikansi yang telah didapatkan oleh peneliti lebih besar dari 0,05. Hasil uji homogenitas pada data yang telah diuji dapat dikatakan bahwa dua kelompok data yaitu laki-laki dan perempuan memiliki variansi yang sama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Mann-Whitney Test pada SPSS 20. Uji hipotesis dengan menggunakan Mann-Whitney Test karena data tidak terdistribusi normal. Uji Mann-Whitney Test dilakukan untuk mengetahui perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis kelamin siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman. Hipotesis yang digunakan dalam uji hipotesis menggunakan Mann-Whitney Test adalah H = Tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis kelamin siswa kelas V semester 2 SD Negeri se- Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman. µ 1 = µ 2 H 1 = Ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis kelamin siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman. µ 1 ≠ µ 2 Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut Santosa, 2012: 256. 1 Jika harga sig 2-tailed 0,05; H diterima atau H 1 ditolak, artinya tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis kelamin siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman. 2 Jika harga sig 2-tailed 0,05; H ditolak atau H 1 diterima, artinya ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis kelamin siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman. Hasil uji hipotesis pada instrumen soal pilihan ganda dan uraian dapat dilihat sebagai berikut: 1 Uji hipotesis pada instrumen soal pilihan ganda Hasil uji hipotesis pada instrumen soal pilihan ganda dapat dilihat pada tabel 4.12 sebagai berikut: Tabel 4.12 Hasil Uji Hipotesis pada Instrumen Soal Pilihan Ganda Uji Statistik Sig. 2-tailed Keterangan Mann-Whitney Test 0,517 Tidak ada perbedaan Tabel 4.12 di atas menunjukkan hasil uji hipotesis yang telah di uji dengan Mann-Whitney Test yang menunjukkan bahwa harga sig2-.tailed adalah 0,517. Hasil uji hipotesis ini menyatakan bahwa harga sig2-.tailed 0,05. Berdasarkan hasil yang diperoleh peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa H diterima atau H 1 ditolak, artinya tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis kelamin siswa kelas V semester 2 SD Negeri se- Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman pada instrumen soal pilihan ganda. 2 Uji hipotesis pada instrumen soal uraian Hasil uji hipotesis pada instrumen soal uraian dapat dilihat pada tabel 4.13 sebagai berikut: Tabel 4.13 Hasil Uji Hipotesis pada Instrumen Soal Uraian Uji Statistik Sig. 2-tailed Keterangan Mann-Whitney Test 0,223 Tidak ada perbedaan Tabel 4.13 menunjukkan hasil uji hipotesis yang telah di uji dengan Mann-Whitney Test yang menunjukkan bahwa harga sig2-.tailed adalah 0,223. Hasil uji hipotesis ini menyatakan bahwa harga sig2-.tailed 0,05. Berdasarkan hasil yang diperoleh peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa H diterima atau H 1 ditolak, artinya tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis kelamin siswa kelas V semester 2 SD Negeri se- Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman pada instrumen soal uraian.

B. Pembahasan

Bagian ini peneliti akan membahas hasil penelitian miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman serta membahas perbedaan miskonsepsi dilihat dari jenis kelamin. Kedua hasil penelitian tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-

Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman Peneliti melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui adanya miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman yang menggunakan kurikulum KTSP. Miskonsepsi dapat diketahui melalui uji coba pada siswa dengan menyebarkan soal pilihan ganda dan uraian dengan rincian 20 item soal pilihan ganda dan 5 item soal uraian. Uji coba dilakukan sesuai dengan jumlah sampel yang telah ditentukan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 242 siswa dari 22 SD Negeri di Kecamatan Prambanan.