Gambar 4.22 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada
Item 20 Soal Pilihan Ganda Gambar 4.22 menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki
miskonsepsi pada konsep struktur permukaan bumi. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang menjawab salah dan yakin
benar pada item 20 dengan total persentase sebesar 9,92 atau sebanyak 24 siswa. Miskonsepsi tertinggi terjadi pada jawaban B
dengan persentase 4,96 atau sebanyak 12 siswa. Berdasarkan
persentase tersebut dapat dikatakan ada 12 siswa mengalami miskonsepsi karena memiliki pemahaman
bahwa letak magma pada gambar ditunjukkan oleh huruf B.
Berdasaran deskripsi data di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa miskonsepsi IPA Fisika masih banyak terjadi pada siswa
kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman. Hal ini dibuktikan berdasarkan 20 item soal
yang diujikan, masih banyak siswa yang menjawab salah dan yakin benar atas jawaban yang dipilih.
b. Deskripsi data instrumen soal uraian
Peneliti akan mendeskripsikan hasil pengujian instrumen soal uraian yang terdiri dari 5 butir soal. Instrumen tersebut telah diujikan
pada siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman sesuai dengan sampel yang telah ditentukan. Hasil pengujian
instrumen soal uraian tersebut akan dideskripsikan per-Kompetensi Dasar KD. Banyaknya siswa yang mengalami miskonsepsi dapat
dilihat berdasarkan persentase siswa yang menjawab tidak sesuai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
konsep atau tidak sesuai dengan kunci jawaban yang sudah ditetapkan. Deskripsi data pada instrumen uraian dibagi menjadi dua
bagian yaitu deskripsi secara umum serta deskripsi secara khusus per KD dan per item soal uraian. Secara umum persentase miskonsepsi
IPA Fisika pada instrumen soal uraian dapat dilihat pada gambar 4.23 berikut ini:
Gambar 4.23 Persentase Miskonsepsi Siswa pada Soal Uraian untuk
Semua KD Gambar 4.23 menunjukkan bahwa siswa kelas V SD Negeri
se-Kecamatan Prambanan
Kabupaten Sleman
mengalami miskonsepsi pada mata pelajaran IPA Fisika semester 2. Berdasarkan
grafik di atas dapat diketahui siswa mengalami miskonsepsi lebih dari 30 pada tiap item soal yang diujikan, hanya pada item 4 saja
persentase miskonsepsi siswa di bawah 30 . Persentase tertinggi terjadinya miskonsepsi terdapat pada
nomor item 3 yang mengulas tentang konsep sifat-sifat cahaya sifat bayangan pada cermin dengan persentase 96,69 , sedangkan
nomor item 4 yang mengulas tentang konsep pesawat sederhana fungsi bidang miring menjadi soal yang memiliki miskonsepsi
terendah dengan persentase 17,36 .
Hal ini membuktikan bahwa masih terjadi miskonsepsi IPA Fisika pada KD yang diujikan.
Bagian kedua
peneliti akan
mendeskripsikan data
miskonsepsi secara khusus atau lebih mendalam per KD. 1
KD 5.2 menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.
Pada KD 5.2 ini diujikan dengan memberikan 2 soal yaitu nomor item 1 yang mewakili indikator 5.2.1 menjelaskan
perbedaan golongan pengungkit, serta nomor item 4 yang mewakili indikator 5.2.2 menjelaskan fungsi bidang miring.
Hasil pekerjaan siswa akan dianalisis pada tabel 4.3 dan 4.4 berikut ini:
Tabel 4.3 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 1 Soal Uraian
Nomor Butir
Soal Kunci Jawaban
Jawaban Siswa Jumlah
Persentase
1 Gambar A merupakan
pengungkit jenis kedua yang memiliki ciri
beban berada diantara posisi kuasa dan titik
tumpu. Gambar B merupakan
pengungkit pertama yang memiliki ciri titik
tumpu berada antara beban dan kuasa.
Gambar A merupakan pengungkit jenis kedua yang
memiliki ciri beban berada diantara posisi kuasa dan titik
tumpu. Gambar B merupakan
pengungkit pertama yang memiliki ciri titik tumpu
berada antara beban dan kuasa.
81 33,47
Karena A titik tumpunya berada diantara kuasa dan
beban sedangkan yang B bebanya berada diantara
kuasa dan titik tumpu. 3
1,24
Nomor Butir
Soal Kunci Jawaban
Jawaban Siswa Jumlah
Persentase
1 Gambar A merupakan
pengungkit jenis kedua yang memiliki ciri
beban berada diantara posisi kuasa dan titik
tumpu Gambar B merupakan
pengungkit pertama yang memiliki ciri titik
tumpu berada antara beban dan kuasa.
A karena titik kuasa terletak diantara tumpul dan beban
B Karena titik tumpul berada diantara kuasa dan beban.
1 0,41
A pengungkit diantara beban diantara kuasa dan titik
tumpu. B pengungkit diantara kuasa diantara beban dan titik
tumpu. 1
0,41
A : pengungkit jenis 2 B : pengungkit jenis 2.
1 0,41
Karena tang jenis ke 2 dan digunakan sebagai
memperkeras skrup. Karena linggis jenis ke 3 dan
digunakan sebagai pemecah kemiri.
9 3,72
A adalah pengungkit tuas golongan 3 karena beban
berada diantara titik tumpu dan kuasa.
B adalah pengungkit tuas golongan 1 karena titik tumpu
berada diantara beban dan kuasa.
4 1,65
Karena letak titik tumpu kuasa dan bebanya berbeda.
39 16,12
Gambar A alat pemecah kemiri termasuk pengungkit
3. Gambar B alat pencabut paku termasuk pengungkit 2.
11 4,55
Gambar A karena titik bebanya diantara kuasa titik
tumpu. Gambar B karena titik bebanya di depan titik tumpu.
1 0,41
Karena beban yang tidak sama, tidak sama
golongannya. 3
1,24 A : jenis golongan ke 1
B : jenis golongan ke 3 3
1,24 A : jenis golongan 1
B : jenis golongan 2. 9
3,72 Karena pada gambar A beban
berada di tengah dan di ujung depan. Karena pada gambar B
beban hanya di atas ujung. 1
0,41
A : pengungkit jenis 2 B : pengungkit jenis 1.
1 0,41
Karena kemampuan atau bentuk bendanya saling
berbeda dan saling mempunyai pertahanan
bentuk berbeda 1
0,41
Nomor Butir
Soal Kunci Jawaban
Jawaban Siswa Jumlah
Persentase
1 Gambar A merupakan
pengungkit jenis kedua yang memiliki ciri
beban berada diantara posisi kuasa dan titik
tumpu Gambar B merupakan
pengungkit pertama yang memiliki ciri titik
tumpu berada antara beban dan kuasa.
Karena ukuran dan bentuknya sangat berbeda dan
kegunaannya sangat berbeda. A untuk membuka tutup
botol, B untuk mencabut paku.
13 5,38
Jawaban tidak sesuai dengan kontek.
60 24,8
Jumlah 242
100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 33,47 siswa atau sebanyak 81 siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan
Prambanan Kabupaten Sleman mampu menjelaskan konsep dengan benar bahwa gambar A dan gambar B memiliki perbedaan. Siswa
tersebut dapat menjelaskan bahwa gambar A termasuk pengungkit jenis kedua yang memiliki ciri-ciri titik beban terletak diantara titik
tumpu dan titik kuasa, sedangkan gambar B termasuk pengungkit jenis pertama yang memiliki ciri-ciri titik tumpu berada diantara titik
beban dan titik kuasa. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian siswa
kelas V SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman mengalami kesalahan konsepsi. Ada 19 siswa mengalami
kesalahan dalam menentukan posisi titik kuasa, beban, dan tumpu pada jenis pengungkit; 15,7 siswa mengalami kesalahan konsepsi
dalam menentukan jenis pengungkit gambar A dan gambar B; 1,24 siswa mengalami kesalahan konsepsi dalam menentukan jenis
pengungkit gambar A dan gambar B dengan menjawab karena beban PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang tidak sama, tidak sama golongannya; 0,41 siswa menjawab karena kemampuan atau bentuk bendanya saling berbeda dan saling
mempunyai pertahanan bentuk berbeda; 5,38 siswa menjawab karena ukuran dan bentuknya sangat berbeda dan kegunaannya
sangat berbeda, A untuk membuka tutup botol dan B untuk mencabut paku; dan ada 24,8 siswa mengalami miskonsepsi
dengan menjawab tidak sesuai dengan kontek. Berdasarkan deskripsi di atas dapat dikatakan bahwa terjadi
miskonsepsi pada konsep pesawat sederhana. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi secara keseluruhan pada KD ini
adalah 66,53 atau sebanyak 161 siswa. Peneliti selanjutnya akan menyajikan jawaban siswa pada item 4 berikut ini:
Tabel 4.4 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 4 Soal Uraian
Nomor Butir
Soal Kunci Jawaban
Jawaban Siswa Jumlah
Persentase
4 Jalan berkelok-kelok
memanfaatkan cara kerja bidang miring.
Agar orang dapat mudah mencapai tempat
ketinggian tertentu dengan tenaga yang lebih
kecil. Dengan dibuat berkelok-
kelok pengendara kendaraan bermotor lebih
mudah melewati jalan yang menanjak.
Jalan berkelok-kelok memanfaatkan cara kerja bidang miring.
Agar orang dapat mudah mencapai tempat ketinggian tertentu dengan
tenaga yang lebih kecil. Dengan dibuat berkelok-kelok
pengendara kendaraan bermotor lebih mudah melewati jalan yang menanjak.
200 82,64
Agar tidak licin dan tergelincir 24
9,92 Agar tidak menyebabkan erosi atau
tanah longsor 3
1,24 Karena kendaraan memperpelan laju
2 0,83
Biar jalan semakin jauh 3
1,24 Supaya tidak terjadi kemacetan
1 0,41
Karena untuk menambah aktivitas jalannya dan membuat gaya gravitsai
bumi 1
0,41 Jawaban tidak sesuai dengan kontek
8 3,31
Jumlah 242
100
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa sudah mengetahui alasan dari jalan di pegunungan dibuat
berkelok-kelok, hal ini terbukti dari 82,64 atau sebanyak 200 siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten
Sleman mampu menjelaskan konsep tersebut dengan benar. Siswa tersebut dapat menjelaskan bahwa jalan di daerah pegunungan dibuat
berkelok-kelok karena agar orang dapat mudah mencapai tempat ketinggian tertentu dengan tenaga yang lebih kecil, supaya
pengendara kendaraan bermotor lebih mudah melewati jalan yang menanjak, dapat memperkecil gaya gesek, memanfaatkan cara kerja
bidang miring, pengendara dapat sampai tempat tujuan dengan baik dan cepat.
Pada tabel 4.4 juga dapat diketahui bahwa ada sebagian siswa yang mengalami miskonsepsi antara lain, ada 9,92 siswa
menyatakan bahwa jalan di pegunungan dibuat berkelok-kelok agar tidak licin dan tergelincir; 1,24 siswa mengatakan bahwa jalan di
pegunungan dibuat berkelok-kelok agar tidak menyebabkan erosi atau tanah longsor; 0,83 siswa mengatakan jalan di pegunungan
dibuat berkelok-kelok karena kendaraan memperpelan laju; 1,24 siswa beranggapan bahwa jalan di pegunungan dibuat berkelok-
kelok biar jalan semakin jauh; 0,41 siswa beranggapan bahwa jalan di pegunungan dibuat berkelok-kelok supaya tidak terjadi
kemacetan; ada 0,41 siswa beranggapan bahwa jalan di pegunungan dibuat berkelok-kelok karena untuk menambah aktivitas
jalannya dan membuat gaya gravitasi bumi; dan ada 3,31 siswa mengalami miskonsepsi dengan menjawab tidak sesuai dengan
kontek. Berdasarkan deskripsi di atas dapat dikatakan bahwa masih
terjadi miskonsepsi pada konsep pesawat sederhana. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi secara keseluruhan pada KD
ini adalah 17,36 atau sebanyak 42 siswa. 2
KD 6.1 mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. KD ini diujikan dengan memberikan 2 item soal yaitu nomor item 2 yang
mewakili indikator 6.1.1 mengidentifikasi sifat-sifat cahaya, serta nomor item 3 yang mewakili indikator 6.1.2 menjelaskan sifat
bayangan pada cermin. Hasil pekerjaan siswa akan dianalisis pada tabel 4.5 dan 4.6 berikut ini:
Tabel 4.5 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 2 Soal
Uraian
Nomor Butir
Soal Kunci Jawaban
Jawaban Jumlah
Persentase
2
Karena, cahaya datang dari zat yang kurang rapat
menuju zat yang lebih rapat. Dalam hal ini, air
lebih rapat dari udara sehingga cahaya dibiaskan
mendekati garis normal.
Karena, cahaya datang dari zat yang kurang rapat menuju zat yang lebih
rapat. Dalam hal ini, air lebih rapat dari udara sehingga cahaya dibiaskan
mendekati garis normal.
161 66,53
Karena cahaya dibiaskan menjauhi garis normal
7 2,89
Karena terkena pantulan dari matahari maka bersifat cahaya
merambat lurus 14
5,79 Karena mengalami pendangkalan
3 1,24
Karena air di dalam gelas dapat memantulkan cahaya
12 4,96
Karena air benda bening dan mudah ditembus cahaya
2 0,83
Karena ada penguraian cahaya 4
1,65 Karena ada gaya gravitasi bumi
1 0,41
Karena terkena air di dalam air tidak ada udara sedangkan yang diluar air
ada udara 1
0,41
Nomor Butir
Soal Kunci Jawaban
Jawaban Jumlah
Persentase
2 Karena, cahaya datang dari
zat yang kurang rapat menuju zat yang lebih
rapat. Dalam hal ini, air lebih rapat dari udara
sehingga cahaya dibiaskan mendekati garis normal.
Karena bayangan di udara dan di air berbeda. Jika di air bayangannya
lebih besar atau miring 2
0,83 Karena gelas bersifat cembung
5 2,07
Terurainya cahaya terhadap pensil di dalam gelas yang berisi air
1 0,41
Jawaban tidak sesuai dengan kontek 29
11,98
Jumlah 242
100
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Prambanan
Kabupaten Sleman sudah mengetahui konsep yang benar mengenai sifat-sifat cahaya. Persentase siswa yang mengetahui konsep yang
benar adalah sebesar 62,53 atau sebanyak 161 siswa. Siswa tersebut dapat menjelaskan mengapa pensil yang dimasukan
terlihat patah hal itu disebabkan karena cahaya datang dari zat yang kurang rapat menuju zat yang lebih rapat. Dalam hal ini, air lebih
rapat dari udara sehingga cahaya dibiaskan mendekati garis normal.
Pada tabel 4.5 juga dapat diketahui bahwa sebagian siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman
mengalami kesalahan konsep atau miskonsepsi antara lain ada 2,89 siswa mengatakan hal tersebut terjadi karena cahaya dibiaskan
menjauhi garis normal; 5,79 siswa menyatakan karena terkena pantulan dari matahari maka bersifat cahaya merambat lurus, ada
juga siswa yang beranggapan hal tersebut terjadi karena mengalami pendangkalan dengan persentase 1,24 siswa; sebagian siswa
mengatakan hal tersebut terjadi karena air di dalam gelas dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memantulkan cahaya dengan persentase 4,96 siswa; 0,83 mengatakan karena air benda bening dan mudah ditembus cahaya;
sebagian siswa juga menyatakan hal itu terjadi karena ada penguraian cahaya dengan persentase 1,65 siswa; 0,41 siswa
beranggapan bahwa hal tersebut terjadi karena ada gaya gravitasi bumi; 0,41 siswa mengatakan hal tersebut terjadi karena terkena
air di dalam air tidak ada udara sedangkan yang di luar air ada udara; 0,83 siswa menyatakan hal tersebut terjadi karena
bayangan di udara dan di air berbeda, jika di air bayangannya lebih besar atau miring; sebagian siswa juga mengatakan hal tersebut
terjadi karena gelas bersifat cembung dengan persentase 2,07 siswa; 0,41 siswa menyatakan bahwa hal tersebut terjadi karena
terurainya cahaya terhadap pensil di dalam gelas yang berisi air; dan 11,98 siswa mengalami miskonsepsi dengan menjawab
tidak sesuai dengan kontek. Berdasarkan analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa
ada sebagian siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman mengalami kesalahan konsep atau miskonsepsi.
Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi secara keseluruhan pada KD ini adalah 33,47 atau sebanyak 81 siswa. Peneliti
selanjutnya akan menyajikan jawaban siswa pada item 3 berikut ini:
Tabel 4.6 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 3 Soal Uraian
Nomor Butir
Soal Kunci Jawaban
Jawaban Siswa Jumlah
Persentase
3 Tidak. Karena sifat bayangan
dibentuk oleh cermin cekung bergantung pada letak benda di
depan cermin. Jika benda terletak di antara f fokus dan P
pusat kelengkungan dan seterusnya maka bayangan yang
terbentuk nyata terbalik. Jika benda terletak diantara O pusat
optis dan F maka bayangan terletak di belakang cermin,
maka di perbesar dan tegak. Tidak. Karena sifat bayangan
dibentuk oleh cermin cekung bergantung pada letak benda di
depan cermin. Jika benda terletak di antara f fokus dan P pusat
kelengkungan dan seterusnya maka bayangan yang terbentuk
nyata terbalik. Jika benda terletak diantara O pusat optis dan F maka
bayangan terletak di belakang cermin, maka di perbesar dan tegak.
8 3,31
Pantulan pada cermin cekung selalu terbalik karena bayangan pada
pantulan cermin cekung terkena bayangan maya atau semu dan
diperbesar lalu bayangan itu akan terbalik.
40 16,52
Iya, karena cermin terbentuk dari lup maka cermin cekung selalu
terbalik. 1
0,41 Iya, karena cermin melengkung ke
dalam sehingga gambarnya terbalik. 15
6,2 Iya, karena cermin cekung
cerminnya menjorok ke depan. 5
2,07 Iya, karena cermin cekung untuk
dipasang di spion motor atau mobil untuk melihat orang di
belakangnya. 6
2,48
Ya, karena saat kita bercermin bayangan kita terlihat masuk.
2 0,83
Tidak, karena dapat membentuk bayangan di belakangnya.
1 0,41
Iya, karena adanya pembiasan cahaya.
6 2,48
Iya, karena pengaruh cahaya yang memantul pada cermin cekung
6 2,48
Karena cermin cekung bentuknya tidak datar cekung jadi bayangan
yang terbentuk menjadi terbalik. 18
7,44 Tidak karena cermin cekung yang
tidak asli tidak akan terbalik. 1
0,41 Tidak karena cermin cekung tidak
memiliki sifat maya. 2
0, 83 Tidak, tetap lebih kecil dari
nyatanya dan benda yang terlihat dekat menjadi lebih jauh.
2 0,83
Iya, kerena cermin cekung berbentuk seperti bulan sehingga
bayangan terbalik 1
0,41 Ya, karena cahaya yang masuk
karena merambat lurus ke dalam cekung dan cermin tersebut miring.
2 0,83
Nomor Butir
Soal Kunci Jawaban
Jawaban Siswa Jumlah
Persentase
3 Tidak. Karena sifat bayangan
dibentuk oleh cermin cekung bergantung pada letak benda di
depan cermin. Jika benda terletak di antara f fokus dan P
pusat kelengkungan dan seterusnya maka bayangan yang
terbentuk nyata terbalik. Jika benda terletak diantara O pusat
optis dan F maka bayangan terletak di belakang cermin,
maka di perbesar dan tegak Ya, karena cahaya yang masuk
sangat besar dan terbalik. 6
2,48 Iya, karena terpengaruh bayangan
cermin cekung jadi terlalu terbalik jika dilihat secara baik-baik.
8 3,31
Iya, bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung selalu terbalik
karena bayangan berada di titik pusat atau mengumpulkan cahaya
8 3,31
Cermin cekung adalah cermin yang negatif, sehingga semua bayangan
yang dibentuk oleh cermin cekung pasti selalu terbalik.
4 1,65
Tidak selalu terbalik karena cermin cekung itu hanya sementara.
1 0,41
Tidak karena cermin cekung bersifat menyebar bukan
menterbalikkan benda atau bayangan.
1 0,41
Iya, jika benda di ruang 2 maka bayangannya berada di ruang 4.
sifat bayangannya adalah terbalik dan besar.
1 0,41
Jawaban tidak sesuai dengan kontek 97
40,08
Jumlah 242
100
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan hasil bahwa hanya ada sebagian siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Prambanan
Kabupaten Sleman yang mampu menjelaskan konsep dengan benar yaitu sebesar 3,31 atau sebanyak 8 siswa. Siswa tersebut dapat
menjelaskan bahwa bayangan cermin cekung tidak selalu terbalik, hal itu terjadi karena sifat bayangan dibentuk oleh cermin cekung
bergantung pada letak benda di depan cermin. Jika benda terletak di antara f fokus dan P pusat kelengkungan dan seterusnya maka
bayangan yang terbentuk nyata terbalik. Jika benda terletak diantara O pusat optis dan F maka bayangan terletak di belakang cermin,
maka di perbesar dan tegak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi pada konsep sifat bayangan pada cermin. Hal tersebut ditunjukkan pada tabel 4.6
bahwa ada 16,52 siswa beranggapan bahwa pantulan pada cermin cekung selalu terbalik karena bayangan pada pantulan cermin
cekung terkena bayangan maya atau semu dan diperbesar lalu bayangan itu akan terbalik; 0,41 siswa menyatakan iya karena
cermin terbentuk dari lup maka cermin cekung selalu terbalik; 6,2 siswa juga mengatakan iya karena cermin melengkung ke dalam
sehingga gambarnya terbalik, ada sebagian siswa mengatakan iya karena cermin cekung cerminnya menjorok ke depan dengan
persentase 2,07 siswa; ada 2,48 siswa mengatakan iya karena cermin cekung untuk dipasang di spion motor atau mobil untuk
melihat orang di belakangnya; 0,83 siswa membenarkan karena saat kita bercermin bayangan kita terlihat masuk; ada 0,41 siswa
mengatakan tidak karena dapat membentuk bayangan di belakangnya; 2,48 siswa mengatakan iya karena adanya
pembiasan cahaya; 2,48 siswa menyatakan iya karena pengaruh cahaya yang memantul pada cermin cekung; sebanyak 7,44 siswa
mengatakan iya karena cermin cekung bentuknya tidak datar cekung jadi bayangan yang terbentuk menjadi terbalik; 0,41
siswa mengatakan tidak karena cermin cekung yang tidak asli tidak akan terbalik; 0,83 menyatakan tidak karena cermin cekung tidak
memiliki sifat maya; 0,83 siswa mengatakan bahwa tidak tetap lebih kecil dari nyatanya dan benda yang terlihat dekat menjadi lebih
jauh; ada 0,41 siswa mengatakan iya kerena cermin cekung berbentuk seperti bulan sehingga bayangan terbalik; 0,83 siswa
mengatakan iya karena cahaya yang masuk karena merambat lurus ke dalam cekung dan cermin tersebut miring; 2,48 siswa
mengatakan iya karena cahaya yang masuk sangat besar dan terbalik; 3,31 siswa mengatakan iya karena terpengaruh bayangan cermin
cekung jadi terlalu terbalik jika dilihat secara baik-baik; ada 3,31 siswa membenarkan jika bayangan yang dibentuk oleh cermin
cekung selalu terbalik karena bayangan berada di titik pusat atau mengumpulkan cahaya; 1,65 siswa mengatakan cermin cekung
adalah cermin yang negatif sehingga semua bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pasti selalu terbalik; 0,41 siswa menyatakan
tidak selalu terbalik karena cermin cekung itu hanya sementara; 0,41 siswa mengatakan tidak karena cermin cekung bersifat menyebar
bukan menterbalikkan benda atau bayangan; ada 0,41 siswa yang menyatakan bahwa iya jika benda di ruang 2 maka bayangannya
berada di ruang 4 sifat bayangannya adalah terbalik dan besar; dan ada 40,08 siswa
mengalami miskonsepsi dengan menjawab tidak sesuai dengan kontek.
Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti pada tabel 4.6 mengenai konsep sifat bayangan pada cermin dapat disimpulkan
bahwa memang benar sebagian besar siswa mengalami kesalahan konsep atau miskonsepsi. Secara keseluruhan persentase siswa yang
mengalami miskonsepsi pada konsep ini adalah 96,69 siswa atau sebanyak 234 siswa.
3 KD 7.1 mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena
pelapukan. KD ini diujikan dengan memberikan 1 item soal yaitu nomor item 5 yang mewakili indikator 7.1.1 menggolongkan
jenis-jenis batuan. Peneliti selanjutnya akan menyajikan jawaban siswa pada item 5 berikut ini:
Tabel 4.7 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 5
Soal Uraian
Nomor Butir
Soal Kunci Jawaban
Jawaban Siswa Jumlah
Persentase
5 Batuan beku adalah batuan
yang terbentuk dari magma yang membeku.
Sedangkan batuan sedimen adalah batuan yang
terbentuk dari proses pengendapan lumpur dan
mineral dalam air sungai. Batuan beku adalah batuan yang
terbentuk dari magma yang membeku. Sedangkan batuan sedimen adalah
batuan yang terbentuk dari proses pengendapan lumpur dan mineral
dalam air sungai. 51
21,07
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku
Batuan sedimen adalah batuan endapan dari magma yang mengendap.
48 19,83
Batuan beku: berasal dari magma Batuan sedimen : berasal dari
pelapukan batuan. 6
2,48 Batuan beku adalah batuan yang
terbentuk karena lahar letusan gunung berapi
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena tekanan suhu yang
tinggi. 2
0,83
Batuan beku adalah batu yang membeku
Batuan sedimen adalah batu pasir untuk membuat candi atau bangunan.
15 6,2
Batuan beku berasal dari endapan magma
Batuan sedimen berasal dari pelapukan makhluk hidup.
28 11,57
Batuan beku membeku saat berada di dalam gunung
Batuan sedimen membeku saat berada di bawah gunung.
2 0,83
Nomor Butir
Soal Kunci Jawaban
Jawaban Siswa Jumlah
Persentase
5 Batuan beku adalah batuan
yang terbentuk dari magma yang membeku.
Sedangkan batuan sedimen adalah batuan yang
terbentuk dari proses pengendapan lumpur dan
mineral dalam air sungai. Batuan beku yang berasal dari es batu
Batuan sedimen adalah batuan yang berasal dari letusan gunung berapi yang
dikeluarkan oleh lahar. 7
2,9
Batuan beku batunya keras Batuan sedimen batunya halus.
7 2,9
Batuan beku adalah batuan dari hasil fosil
Batuan sedimen adalah batuan dari letusan gunung berapi
1 0,41
Batuan beku merupakan hasil pelapukan oleh lumut
Batuan sedimen merupakan hasil pelapukan fisika.
1 0,41
Batuan beku terbentuk atas embun- embun kecil yang terjadi karena
perubahan suhu Batuan sedimen terbentuk atas
pelapukan karena sinar matahari 1
0,41
Batuan beku : berasal dari magma Batuan sedimen : terdiri dari butiran-
butiran kapur yang halus. 3
1,24
Batuan beku : batuan yang terdiri atas magma dan larva. Batuan sedimen :
batuan yang berasal dari penguapan. 1
0,41 Batuan beku adalah batuan yang
menjadi konglomerat atau batu granit dan batuan sedimen adalah batuan yang
terbentuk dari magma atau larva dari gunung berapi.
2 0,83
Batuan beku adalah batuan yang dingin Batuan sedimen adalah batuan yang
panas. 2
0,83 Batuan beku : tidak dapat menyerap air
dan tidak subur. Batuan sedimen : dapat menyerap air dan tidak subur.
3 1,24
Batuan beku terbentuk dari butiran- butiran kapur halus
Batu sedimen terbentuk dari magma 1
0,41 Batuan beku terbuat dari pelapukan
salju Batuan sedimen terbuat dari pelapukan
batu tanah. 1
0,41
Batuan beku : terjadi karena pelapukan makhluk hidup dan tanah. Batuan
sedimen : terjadi karena pelapukan antara batuan malihan dan batuan beku.
4 1,65
Jawaban tidak sesuai dengan kontek 56
23,14
Jumlah 242
100
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa 21,07 siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman
mampu menjelaskan perbedaan batu beku dan batu sedimen dengan benar. Siswa tersebut menjelaskan bahwa batuan beku adalah batuan
yang terbentuk dari magma yang membeku. Sedangkan batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses pengendapan
lumpur dan mineral dalam air sungai. Pada tabel 4.7 juga dapat diketahui bahwa sebagian besar
siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman mengalamai kesalahan konsep atau miskonsepsi antara lain
ada 19,83 siswa menjelaskan bahwa batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku sedangkan batuan
sedimen adalah batuan endapan dari magma yang mengendap; 2,48 siswa mengatakan batuan beku berasal dari magma batuan dan
sedimen berasal dari pelapukan batuan; ada 0,83 siswa beranggapan bahwa batuan beku adalah batuan yang terbentuk
karena lahar letusan gunung berapi sedangkan batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena tekanan suhu tinggi; 6,2
siswa beranggapan bahwa batuan beku adalah batu yang membeku dan batuan sedimen adalah batu pasir untuk membuat candi atau
bangunan; 11,57 siswa menyatakan bahwa batuan beku berasal dari endapan magma dan batuan sedimen berasal dari pelapukan
makhluk hidup; 0,83 siswa menjelaskan bahwa batuan beku membeku saat berada di dalam gunung batuan sedangkan sedimen
membeku saat berada di bawah gunung; 2,9 siswa mengatakan bahwa batuan beku yang berasal dari es batu sedangkan batuan
sedimen adalah batuan yang berasal dari letusan gunung berapi yang dikeluarkan oleh lahar; 2,9 siswa mengatakan bahwa batuan beku
batunya keras sedangkan batuan sedimen batunya halus; 0,41 siswa menyatakan bahwa batuan beku adalah batuan dari hasil fosil
dan batuan sedimen adalah batuan dari letusan gunung berapi; 0,41 siswa menjelaskan bahwa batuan beku merupakan hasil pelapukan
oleh lumut sedangkan batuan sedimen merupakan hasil pelapukan fisika; 0,41 siswa mengatakan bahwa batuan beku terbentuk atas
embun-embun kecil yang terjadi karena perubahan suhu dan batuan sedimen terbentuk atas pelapukan karena sinar matahari; 1,24
siswa beranggapan bahwa batuan beku: berasal dari magma sedangkan batuan sedimen: terdiri dari butiran-butiran kapur yang
halus; 0,41 siswa mengatakan batuan beku adalah batuan yang terdiri atas magma dan larva sedangkan batuan sedimen adalah
batuan yang berasal dari penguapan; 0,83 siswa menyatakan bahwa batuan beku adalah batuan yang menjadi konglomerat atau
batu granit dan batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari magma atau larva dari gunung berapi; 0,83 siswa menjelaskan
bahwa batuan beku adalah batuan yang dingin batuan sedangkan sedimen adalah batuan yang panas; 1,24 siswa menjelaskan
bahwa batuan beku: tidak dapat menyerap air dan tidak subur sedangkan batuan sedimen: dapat menyerap air dan tidak subur; ada
0,41 siswa mengatakan bahwa batuan beku terbentuk dari butiran- butiran kapur halus sedangkan batu sedimen terbentuk dari magma;
0,41 siswa menjelaskan bahwa batuan beku terbuat dari pelapukan salju dan batuan sedimen terbuat dari pelapukan batu tanah; ada 1,65
siswa beranggapan bahwa batuan beku terjadi karena pelapukan makhluk hidup dan tanah sedangkan batuan sedimen terjadi karena
pelapukan antara batuan malihan dan batuan beku; dan ada 23,14 siswa mengalami miskonsepsi dengan menjawab tidak sesuai dengan
kontek. Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti pada tabel 4.7
tentang perbedaan batuan beku dengan batuan sedimen dapat disimpulkan bahwa banyak siswa yang mengalami kesalahan konsep
atau miskonsepsi pada konsep pembentukan tanah. Secara keseluruhan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada
konsep pembentukan tanah adalah 78,93 siswa atau sebanyak 191 siswa.
Berdasarkan deskripsi data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi miskonsepsi IPA Fisika pada siswa kelas V semester 2
SD Negeri se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis 5 item soal uraian yang diujikan pada
siswa, masih ada siswa yang menjawab di luar konsep atau jawaban yang sudah ditetapkan dalam hal ini adalah kunci jawaban.
4. Perbedaan Miskonsepsi Siswa Kelas V SD dilihat dari jenis kelamin