Perhatian Karakteristik Anak Sekolah Dasar Kelas Bawah

2. Perhatian

Slameto 2010: 105 menyatakan bahwa perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang dapat dari lingkungannya yaitu dengan mengarahkan indera atau sistem persepsinya untuk menerima informasi tentang sesuatu. Perhatian seseorang akan tertuju atau mengarah pada hal-hal yang sifatnya baru, hal yang berlawanan dengan pengalaman yang baru saja diperolehnya atau pengalaman yang didapat selama hidupnya. Dalam Slameto juga mengungkapkan bahwa salah satu menarik perhatian peserta didik adalah dengan memberikan warna dan bentuk. Warna dan bentuk yang setara dengan gambar akan memberi ingatan yang kuat pada peserta didik dan menarik perhatian karena gambar lebih indah untuk dipandang daripada hanya sekedar untaian kata. Perhatian mempunyai peran penting dalam kegiatan belajar mengajar. Tanpa adanya perhatian terutama dari peserta didik, tidak akan mungkin terjadi proses belajar Dimyati dan Mudjiono, 2006: 42. Dari pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa perhatian adalah salah satu faktor terbentuknya minat yang dapat timbul akibat adanya rangsangan dan berpengaruh terhadap keberhasilan suatu proses pembelajaran.

5. Kecerdasan Majemuk

Teori kecerdasan majemuk atau dalam bahasa Inggris adalah Multiple Intelegences pertama kali digagas oleh seorang pakar psikologi dan profesor pendidikan di Hardvard University yaitu Howard Garner. Awalnya pada tahun 1983, Gardner mengemukakan bahwa ada tujuh kecerdasan majemuk yang dimiliki setiap anak yaitu, kecerdasan linguistik berkaitan dengan bahasa, kecerdasan logis-matematis berkaitan dengan nalar logika dan Matematika, kecerdasan spasial berkaitan dengan ruang dan gambar, kecerdasan musikal berkaitan dengan musik, irama dan bunyisuara, kecerdasan badani-kinestetik berkaitan dengan badan dan gerak tubuh, kecerdasan interpersonal berkaitan dengan hubungan antarpribadi, sosial dan terakhir kecerdasan intrapersonal berkaitan dengan hal-hal yang sangat mempribadi Jasmine, 2012: 14. Intelegensi dipandang sebagai suatu kemampuan. Sebuah kemampuan dapat disebut intelegensi jika menunjukkan kemahiran dan keterampilan seseorang untuk menyelesaikan permasalahan dan kesulitan yang ditemukan dan dapat menciptakan produk atau pengembangan pengetahuan lain Ula, 2013: 83. Berbagai macam jenis kecerdasan majemuk tersebut diketahui berdasarkan adanya sebuah penelitian, penelitian tersebut meneliti tentang intelegensi yang dimiliki dan dapat dikembangkan pada setiap manusia. Penelitian yang dilakukan terus menerus tersebut telah menghasilkan penemuan bahwa setiap manusia memiliki intelegensi atau kecerdasan. Kecerdasan yang dimiliki tidak hanya satu tetapi beberapa jenis kecerdasan yang dapat tumbuh dan dikembangkan Yaumi dan Nurdin, 2013: 11-23. Berdasar perkembangan pada penelitian yang dilakukan oleh Howard Gardner dalam Yaumi dan Nurdin, 2013, dijelaskan bahwa tujuh kecerdasan majemuk tersebut bertambah dua menjadi sembilan yaitu, kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan logis-matematik, kecerdasan visual- spasial, kecerdasan jasmaniah-kinestetik, kecerdasan berirama-musik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalistik dan kecerdasan ekstensial-spiritual. Kecerdasan majemuk saat ini telah banyak sekali dikembangkan diberbagai lembaga pendidikan untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang mampu mengasah dan mengembangkan segala kemampuan yang dimiliki siswa. Dapat disimpulkan dari pendapat para ahli bahwa kecerdasan majemuk adalah sebuah kecerdasan akan kemampuan yang dimiliki siswa sebelum dan sesudah ia belajar tentang suatu pengetahuan yang berdasar pada masing-masing karakteristik dan minat siswa.

b. Kecerdasan Logis Matematik

Kecerdasan logis matematik adalah kemampuan yang berkenaan dengan rangkaian alasan, mengenal pola-pola dan aturan. Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan untuk mengeksplorasi pola-pola, kategori-kategori dan hubungan dengan memanipulasi objek atau simbol untuk melakukan percobaan dengan cara yang terkontrol dan teratur Kezar dalam Yaumi dan Nurdin, 2013: 14. Kecerdasan Matematika disebut juga kecerdasan logis dan penalaran karena merupakan dasar dalam memecahkan masalah dengan memahami prinsip-prinsip yang mendasari sistem kausal atau dapat dimanipulasi bilangan, kuantitas, dan operasi. Kecerdasan logis matematik meliputi keterampilan berhitung dan berpikir logis serta keterampilan pemecahan masalah. Di samping itu, yang termasuk dalam kecerdasan logis matematik adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, prinsip sebab akibat, kategorisasi dan perhitungan, manipulasi angka, kuantitas, dan operasi Matematika Ula, 2013: 89. Gardner dalam Ula, 2013: 90 mengemukakan pendapat bahwa kecerdasan logis matematik adalah kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif. Ciri- ciri orang yang kecerdasan logis matematiknya menonjol antara lain memiliki kemampuan yang mumpuni dalam penalaran, mengurutkan, berfikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numerik dan bahkan biasanya, pandangan hidupnya bersifat rasional. Jasmine 2007: 19 berpendapat bahwa kecerdasan logis matematis berhubungan dengan kemampuan ilmiah. Inilah kecerdasan yang dikaji dan didokumentasikan oleh Piaget, yakni jenis kecerdasan yang sering dicirikan sebagai pemikiran kritis dan digunakan sebagai bagian dari metode ilmiah. Dari ketiga pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa kecerdasan logis matematis adalah kecerdasan yang melibatkan keterampilan mengolah angka dengan baik dan atau kemahiran dalam menggunakan penalaran atau logika dengan benar. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada hubungan logis, hubungan sebab akibat, dan logika-logika lainnya.

c. Verbal-Linguistik

Kecerdasan verbal-linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa, termasuk bahasa ibu dan bahasa-bahasa asing, untuk mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran dan memahami orang lain Baum dalam Yaumi dan Nurdin, 2013: 13. Kecerdasan lingustik disebut juga kecerdasan verbal karena mencakup kemampuan untuk mengekspresikan diri secara lisan dan tertulis, serta kemampuan untuk menguasai bahasa asing Mc Kenzie dalam Yaumi dan Nurdin, 2013: 13. Seorang anak yang memliliki kecerdasan bahasa yang tinggi akan mampu menceritakan cerita dan adegan lelucon, menulis lebih baik dari rata-rata anak yang lain yang memiliki usia yang sama, menyukai baca buku, menghargai sajak, dan permainan kata-kata, suka mendengar cerita tanpa membaca buku, mengomunikasikan, pikiran, perasaan, dan ide-ide dengan baik, mendengarkan dan merespon bunyi-bunyi, irama, warna, berbagai kata lisan Lane dalam Yaumi dan Nurdin, 2013: 13. Gardner dalam Ula, 2013: 88 menyatakan bahwa kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata dengan efektif, baik secara oral maupun tertulis. Kecerdasan linguistik berhubungan erat dengan keterampilan orang dalam menguasai bahasa tulisan dan lisan. Komponen lain dari kecerdasan linguistik adalah memori lisan verbal memory. Gardner menjelaskan bahwa, “kemampuan untuk mengngat informasi seperti daftar-daftar lisan yang panjang merupakan bentuk lain dari kecerdasan bahasa”. Oleh karena kekuatan memori lisan maka mengingat dan mengulangi kata-kata yang panjang menjadi mudah bagi orang dengan kecerdasan bahasa yang menonjol. Maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan linguistik adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa dengan baik dan mengolah kata secara efektif.

6. Karakteristik Anak Sekolah Dasar Kelas Bawah

Sekolah Dasar atau disingkat SD adalah jenjang pertama anak akan belajar bagaimana mengubah sikap dan perilakunya menjadi lebih matang dibandingkan sewaktu masih berada di Taman Kanak-kanak. Masa untuk menjalani sekolah di SD adalah selama enam tahun. Selama itu, seorang anak akan belajar bagaimana bersaing untuk mendapatkan pelatihan keterampilan, juga ilmu untuk masa depannya kelak. Masa usia Sekolah Dasar sebagai masa kanak-kanak akhir berlangsung dari usia sekitar enam tahun hingga kira-kira sebelas sampai tigabelas tahun. Pada masa ini, anak telah mengalami perkembangan-perkembangan yang membantu anak untuk dapat menerima bahan yang diajarkan oleh guru. Anak juga sudah siap untuk menjelajahi lingkungannya dan mencari tahu apa yang diinginkan untuk diketahui. Masa di Sekolah Dasar ini dibagi menjadi dua fase yaitu yang pertama masa kelas rendah bawah dengan rentang umur 6-10 tahun yang termasuk kelas 1,2 dan 3, kedua masa kelas tinggi atas berkisar anatara umur 10-13 tahun yang term asuk kelas 4,5 dan 6 Djamarah, 2011: 124. Djamarah 2011: 125 mengungkapkan beberapa sifat khas anak pada fase awal atau masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar mempunyai ciri-ciri: adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah, adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan- peraturan permainan yang tradisional, adanya kecenderungan memuji sendiri, suka membanding-bandingkan dirinya dengan yang lain, kalau tidak dapat menyelesaikan soal, maka soal dianggap tidak penting, terakhir pada masa ini, anak mengkehendaki nilai atau angka rapornya baik tanpa mengingat prestasinya. Ciri-ciri khas tersebut berdampak pada perkembangan intelektualnya. Dalam perkembangan intelektual ini, di awali ketika anak sudah mampu berpikir secara logis mengenai sebab akibat di lingkungan sekitarnya. Ketika anak sudah mampu berpikir, maka anak akan tahu dan mengingat jawaban atas pengalamannya tersebut mengenai hal-hal logis. Berkembangnya ingatan anak ini disebabkan oleh fungsi panca indera mata yaitu pengamatan yang sudah mampu menerima kesan- kesan dan dengan dibantu oleh perhatiannya mampu mengadakan pencaman terhadap kesan-kesan yang diterimanya berdasar pengamatan Dalyono dalam Djamarah, 2011: 126. Sutirna 2013: 31 mengungkapkan tahap perkembangan aspek didaktis anak Sekolah Dasar SD yang berada di usia 7-12 tahun adalah dimana anak memperoleh pendidikan dasar guna melanjutkan ke pendidikan menengah pertama. Itu sebabnya bahwa Sekolah Dasar menjadi tiang penting demi perkembangan anak yang diolah untuk mengembangkan kepribadian masing- masing individu. Perkembangan setiap individu tersebut akan membawa dampak terhadap kematangan individu itu sendiri dan setiap kematangan individu selalu berbeda waktunya. Kematangan tersebut dapat mencakup berbagai macam bentuk seperti kematangan jasmani atau fisik, kematangan sosial, kematangan emosional serta kematangan cara berpikir dan bersikap. Husdarta dan Kusmaedi 2010: 52 mengatakan bahwa pada tahap anak besar Fase Late Chilhood atau pada masa Sekolah Dasar, terjadi perkembangan koordinasi tangan dan mata lebih baik. Hal ini menyebabkan anak umur 8-9 tahun yang setara dengan anak SD kelas 3-4 SD akan mudah belajar dengan benda konkret yang mudah ditangkap oleh panca indera mata dan peraba. Dengan begitu, anak mampu membuat konsep lebih konkret daripada hanya sekedar membayangkan. Piaget dalam Dahar, 1989: 152 juga mengemukakan pendapatnya mengenai perkembangan intelektual pada anak Sekolah Dasar yang dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu tahap sensori motor 0-2 tahun, pra-operasional 2-7 tahun, operasional konkret 7-11 tahun dan operasi formal 11 tahun ke atas. Anak usia kelas tiga SD termasuk ke dalam tahap operasional konkret dan sudah mampu mengembangkan pikiran secara rasional. Artinya bahwa anak sudah mampu memiliki operasi-operasi logis dalam mengambil keputusan. Salah satu faktor yang menunjang pekermbangan intelektual ini adalah kedewasaan yaitu perkembangan sistem saraf sentral, otak perkembangan kognitif serta koordinasi motorik. Pengalaman fisik yang diterima anak sewaktu duduk di bangku Sekolah Dasar juga mempengaruhi perkembangan anak. Melalui pengalaman fisik secara konkret, anak mampu mengembangkan pikirannya sehingga kemampuan berpikir menjadi lebih kompleks. Kesimpulan mengenai karakteristik anak didik Sekolah Dasar kelas bawah menurut para ahli adalah bahwa anak Sekolah Dasar tingkat rendah yaitu kelas 1, 2 dan 3 koordinasi panca indera mata dan tangan meningkat lebih baik, sehingga mampu mengembangkan pikiran lebih rasional melalui pengamatan sesuatu yang konkret sehingga ia akan mampu berpikir secara logis.

7. Tugas Perkembangan Masa Anak