Spesifikasi Produk Penelitian yang Relevan

3. Perkalian Perkalian adalah penjumlahan berulang bilangan kedua sebanyak bilangan pertama atau A x B maka B dijumlahkan sebanyak A. Perkalian disimbolkan dengan tanda silang x. 4. Pembagian Pembagian adalah pengurangan berulang oleh angka yang sama hingga nilainya nol atau habis. Pembagian disimbolkan dengan titik dua :. 5. Media Pembelajaran Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawakan pesan dari pengirim ke penerima untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran secara efektif. 6. Komik Komik adalah suatu cerita yang digambarkan dalam bentuk kartun yang memiliki sifat sederhana dalam penyajiannya dan memuat pesan untuk pembacanya.

F. Spesifikasi Produk

1. Prototipe rancangan pembelajaran Matematika materi perkalian dan pembagian bilangan bulat melaui media komik ini dirancang sesuai Kurikulum 2013 kelas 3 SD Tema 3 “Perubahan di Alam”, subtema 3 “Perubahan Musim”, untuk pembelajaran 1, 3 dan 5: Matematika dan bahasa Indonesia. 2. Cover prototipe berjudul “Prototipe Rancangan Pembelajaran Matematika materi Perkalian dan Pembagian Bilangan Bulat melalui Media Komik untuk Kelas III SD”. Didalamnya terdapat kata pengantar, pendahuluan, daftar isi, isi prototipe, kepustakaan dan biografi penulis. 3. Isi prototipe dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian 1 adalah teori, bagian 2 adalah komik dan bagian 3 adalah RPP. 4. Bagian 1: Teori bilangan bulat, perkalian dan pembagian. 5. Bagian 2: Komik yang terbagi menjadi 3 yaitu a. “Ayo Mengenal Bilangan Bulat melalui Musim Kemarau”, b. “Ayo Mengenal Perkalian melalui Empat Musim” dan c. “Ayo Mengenal Pembagian melalui Tingkah Laku Hewan”. 6. Komik mencakup pengetahuan dari dua mata pelajaran yang telah dikolaborasikan yaitu materi perkalian dan pembagian bilangan bulat untuk Matematika dan membaca untuk Bahasa Indonesia. 7. Bagian 3: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP kelas III tema 3 subtema 3 pembelajaran 1. 8. Prototipe dicetak dalam ukuran booklet. 9. Prototipe pada bagian komik diisi dengan frame gambar berwarna dan menggunakan font Comic Sans Ms. 10. Gambar dalam prototipe merupakan gambar ilustrasi karya penulis. 8 BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini peneliti akan membahas Landasan Teoritis, Penelitian yang Relevan, dan Kerangka Berfikir. Ketiga hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

A. Landasan Teoritis

Landasan teoritis merupakan sebuah acuan yang digunakan peneliti dalam membuat prototipe rancangan pembelajaran.

1. Kurikulum 2013

a. Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan. Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap attitude, keterampilan skill dan pengetahuan knowledge. Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan pasal 35, yaitu kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati Majid, 2014: 27. Kurniasih dan Sani 2014: 21 mengungkapkan bahwa kurikulum 2013 lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Hal ini juga diperkuat oleh Mulyasa 2013: 66 yang mengungkapkan bahwa Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi KBK yang pernah dicobakan pada tahun 2004. KBK dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan bagi pengembangan berbagai ranah pendidikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan. Dari pendapat para ahli tersebut mengenai Kurikulum 2013, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 menekankan pada peningkatan kompetensi berbasis sikap, keterampilan dan pengetahuan.

b. Kekhasan Kurikulum 2013

1 Pendidikan Karakter Pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter, dengan pendekaran tematik dan kontekstual diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari Mulyasa, 2013:7. Kurniasih dan Sani 2016: 257 menjelaskan bahwa pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi daripada pendidikan moral karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasan habituation tentang yang baik sehingga peserta didik menjadi paham, mampu merasakan, dan mau melakukan hal baik. Akbar 2016: 63 mengatakan bahwa untuk menciptakan pembelajaran yang aktif agar pembelajaran karakter dapat dioptimalkan, perlu memperhatikan tujuan kegiatan pembelajaran, pengalaman belajar sendiri oleh peserta didik, penggunaan model pembelajaran aktif yang berorientasi pada pendidikan karakter, pembelajaran yang bermakna, pencakupan seluruh kecakapan hidup peserta didik, sumber atau media pembelajaran konkret, penilaian yang autentik dan penggunaan prinsip Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan PAKEM. Prinsip PAKEM ditujukan agar pembelajaran oleh peserta didik menjadi kreatif, invensi dan inovasi serta suasana pembelajaran menyenangkan. Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 juga memiliki tujuan tertentu, yaitu untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan pendidikan yang nantinya akan diarahkan pada penanaman ahlak dan kebiasaan yang baik sehingga peserta didik memiliki tingkah laku yang baik pula serta didukung penggunaan prinsip Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan PAKEM. 2 Pembelajaran Tematik Majid 2014: 107 mengungkapkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada peserta didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa peserta didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Daryanto 2014: 3 juga menjelaskan bahwa pembelajaran tematik diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Hal ini diungkapkan hal serupa dengan Poerwadarminta dalam Majid, 2014: 80 bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat dipahami bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran dengan mengkolaborasikan beberapa mata pelajaran dengan menghubungkan materi atau topik yang satu dengan yang lain sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif. a Ciri Khas Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik memiliki arti penting dalam keterlibatan peserta didik dalam proses belajar secara aktif sehingga peserta didik memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya serta menekankan penerapan konsep belajar. Berikut merupakan ciri khas dari pembelajaran tematik, Daryanto 2014 4: 1. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia Sekolah Dasar. 2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. 3. Membantu mengembangkan keterampilan berfikir peserta didik. 4. Mengembangkan keterampilan sosial peserta didik, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain. b Manfaat Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik memiliki manfaat tersendiri, berikut merupakan manfaat dari pembelajaran tematik, Daryanto 2014: 4: 1. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan. 2. Peserta didik mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isimateri pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir. 3. Pembelajaran menjadi utuh sehingga peserta didik akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. 4. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat. c Karakteristik Pembelajaran Tematik Sebagai suatu model pembelajaran di Sekolah Dasar, menurut Daryanto 2014: 5 pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1. Berpusat pada peserta didik Pembelajaran tematik berpusat pada peserta didik student centered, hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2. Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik direct experiences. Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata konkret sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan peserta didik. 4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 5. Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes fleksibel dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. 6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. 7. Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. 8. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. 3 Pembelajaran Saintifik Majid dan Rochman 2014: 4 mengungkapkan bahwa dalam saintis kegiatan pembelajaran dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mencoba mengumpulkan data, mengasosiasi menalar, dan mengomunikasikan. a Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta atau fenomena menyangkup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak Majid dan Rochman, 2014: 4. Kegiatan mengamati dalam prototipe rancangan pembelajaran dapat dilakukan peserta didik pada saat melihat media pembelajaran, sesuai dengan perintah dari guru atau pengguna prototipe. b Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan peserta didik dalam bentuk konsep, prinsip, prosedur, hukum dan teori, hingga berfikir metakognitif. Tujuannya agar peserta didik memiliki kemampuan berfikir tingkat tinggi secara kritis, logis, dan sistematis. Proses menanya dilakukan melalui kegiatan diskusi dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok memberi ruang kebebasan mengemukakan idegagasan dengan bahasa sendiri, termasuk dengan menggunakan bahasa daerah Majid dan Rochman, 2014: 4. Kegiatan menanya dalam prototipe rancangan pembelajaran dapat dilakukan setelah peserta didik selesai menggunakan media pembelajaran, guru dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan kepada peserta didik. c Kegiatan mencobamengumpulkan data bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan peserta didik untuk memperkuat pemahaman konsep dan prinsip dengan mengumpulkan data, mengembangkan kreativitas, dan keterampilan prosedural. Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan kegiatan, serta memperoleh, menyajikan, dan mengolah datainformasi. Pemanfaatan sumber belajar termasuk teknologi informasi dan komunikasi sangat disarankan dalam kegiatan ini Majid dan Rochman, 2014: 4. Kegiatan mencoba dalam prototipe rancangan pembelajaran dapat dilakukan dengan cara membagikan LKS kepada peserta didik, kemudian peserta didik akan mengerjakan LKS tersebut. d Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah. Data yang diperoleh dibuat klasifikasi, diolah, dan ditemukan hubungan-hubungan yang spesifik. Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan tertentu sehingga peserta didik melakukan aktivitas antara lain menganalisis data, mengelompokan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksimengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerjadiskusi atau praktik. Hasil kegiatan mencoba dan mengasosiasi memungkinkan peserta didik berpikir kritis tingkat tinggi hingga berpikir metakognitif Majid dan Rochman, 2014: 5. Kegiatan mengasosiasi dalam prototipe rancangan pembelajaran dalam pemilih salah satu aktivitas yang direkayasa oleh guru antara lain menganalisis data, mengelompokan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksimengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerjadiskusi atau praktik. Guru dapat menyesuaikan aktivitas yang akan dilakukan dengan RPP yang sudah dibuat. e Kegiatan mengkomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambarsketsa, diagram atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar peserta didik mampu mengkomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi peserta didik melalui prestasi, membuat laporan, danatau unjuk kerja Majid dan Rochman, 2014: 5. Kegiatan mengkomunikasikan dalam prototipe rancangan pembelajaran dapat dilakukan dengan menyuruh peserta didik untuk menjelaskan hasil kerjanya atas kegiatan yang sudah dilakukan, misalnya mengerjakan LKS kepada guru dan teman-temannya di kelas.

2. Pembelajaran Tematik Kelas III SD

Dari kekhasan Kurikulum 2013 terdapat pembelajaran tematik yang diajarkan di jenjang pendidikan SD sampai SMA dan salah satunya adalah SD. Hendrifiana 2015: 5 mengungkapkan bahwa pada jenjang pendidikan SD terdapat kelas I hingga VI dan yang akan difokuskan pada penelitian ini adalah kelas III. Tema yang terdapat di kelas III ada 6 tema dan peneliti memilih materi yang terdapat perkalian dan pembagian bilangan bulat maka tema yang dipilih adalah tema 3 perubahan di alam, sub tema 3 perubahan musim. Mata pelajaran yang terkait adalah Matematika materi bilangan bulat, perkalian dan pembagian dan Bahasa Indonesia tentang membaca serta seni rupa terkait dengan media pembelajaran.

a. Matematika

Matematika merupakan salah satu pelajaran yang sudah dikenalkan pada anak sejak dini terlebih pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Matematika dasar yang diajarkan pada anak usia dini adalah mengenal angka. Ini adalah tahapan yang paling utama bagi anak untuk perkembangan pembelajaran Matematika selanjutnya. Pelajaran Matematika ini, akan mengembangkan kemampuan mengolah angka atau berhitung pada anak. Haryono 2014: 6 mengemukakan bahwa Matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang sifatnya pasti eksakta yang digunakan sebagai pengetahuan dalam proses belajar proses belajar. Definisi Matematika menurut Johnson dan Rising dalam Runtukahu dan Selpius, 2014: 28 adalah bahasa simbol tentang berbagai gagasan dengan menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas dan akurat. Matematika dikatakan akurat karena perhitungannya yang bersifat matematis dan pasti. Berbeda dengan Johnson, Reys dalam Runtukahu dan Selpius, 2014: 29 beranggapan bahwa Matematika adalah studi tentang pola dan hubungan, cara berpikir dengan strategi organisasi, analisis dan sintetis, seni, bahasa dan alat untuk memecahkan masalah-masalah abstrak dan praktis. Definisi Matematika yang begitu beragam dan luas membuat pengertian Matematika masih terkesan abstrak. Karena banyaknya ilmu-ilmu terapan Matematika yang kian berkembang, Matematika kurang dapat didefinisikan menjadi satu kesatuan yang pasti. Seorang ahli Matematika Bishop dalam Runtukahu dan Selpius, 2014: 29 mengelompokkan kegiatan Matematika secara umum menjadi enam kegiatan yaitu menghitung, menempatkan locating, mengukur, mendesain, bermain dan menjelaskan. Kegiatan-kegiatan tersebutlah yang menjadi dasar bagaimana Matematika itu diterapkan dalam pembelajaran. Matematika selalu memiliki simbol untuk menyatakan sesuatu secara ringkas. Fungsi simbol Matematika ini adalah sebagai komunikasi, merekam pengetahuan, menunjukkan struktur, menjelaskan, mengingatkan kembali dan sebagai pengertian Runtukahu dan Selpius, 2014: 32. Kalimat Matematika dapat diungkapkan secara lisan maupun tertulis. Matematika yang dituliskan melalui simbol sebagai ringkasan dari penjelasan secara lisan. Itulah sebabnya simbol digunakan sebagai penunjuk verbal. Simbol yang dipahami secara tertulis, mampu mempermudah otak untuk merekam, mengingat sehingga apa yang sudah dipelajari dapat dibaca kembali. Dengan mencatat, anak mampu mengingat pembelajaran secara terstruktur pada apa yang telah dipelajarinya selama ini. Matematika dikatakan juga memiliki fungsi seni. Matematika memiliki karakteristik keindahan, keteraturan dan keterurutan Reys dalam Runtukahu dan Selpius, 2014: 40. Matematika tidak hanya diterapkan pada keterampilan matematiknya saja, tetapi harus juga dikembangkan pada keteraturan dan keindahannya. Matematika yang banyak menggunakan simbol, membuat garis, titik, siku atau bentuk geometri lain juga harus memperhatikan kerapian. Kerapian dalam penulisan ini akan berdampak baik bagi pembaca. Ketika tulisan rapi dan tertata, maka niat untuk belajar akan bertambah, sedangkan penulisan yang kurang rapi dapat membuat ketidakfokusan belajar sehingga apa yang dibaca tidak begitu jelas. Oleh karena itu, perlu adanya keteraturan dalam membuat simbol Matematika agar dapat dinikmati dari segi keindahannya. Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah sebuah bidang tentang logika mengenai bentuk, susunan dan konsep- konsep yang berhubungan dengan kegiatan berhitung. Matematika di kelas III SD salah satunya mengajarkan materi perkalian dan pembagian bilangan bulat. Sebelum memasuki konsep perkalian dan pembagian, peserta didik harus memahami terlebih dahulu konsep bilangan bulat, sehingga dapat paham lebih lanjut tentang perkalian dan pembagian. 1 Bilangan Bulat Bilangan digunakan untuk menyatakan jumlah. Bilangan ini terbagi menjadi beberapa bagian salah satunya adalah bilangan bulat. Bilangan bulat adalah bilangan yang digunakan untuk menghitung sesuatu yang utuh, seperti orang, motor, dan lain sebagainya. Bilangan bulat terdiri dari bilangan asli, nol dan lawan bilangan asli Purnomo, 2014: 32. Bilangan asli dimulai dari 1, 2, 3, 4 dan seterusnya dan lawan dari bilangan asli adalah -1, -2, -3, -4 dan seterusnya. Supriadi 2013: 100 mengungkapkan bahwa bilangan bulat terdiri dari bilangan asli, bukan bilangan asli dan nol. Contoh bilangan bulat adalah -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4. Surya 2015: 1 menjelaskan hal yang yang sama bahwa bilangan bulat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bilangan bilangan asli yang dimulai dari 1,2,3,4,5 dan seterusnya, lawan bilangan asli yang dimulai dari -1. -2, -3, -4 dan seterusnya serta nol 0. Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa bilangan bulat terdiri dari bilangan asli, nol dan lawan bilangan asli. Bilangan asli dimulai dari 1, 2, 3, 4 dan seterusnya dan lawan dari bilangan asli adalah -1, -2, -3, -4 dan seterusnya.

2. Perkalian

Perkalian diajarkan pada siswa kelas III Sekolah Dasar. Penanaman konsep pada perkalian penting untuk siswa untuk dapat mengerti dasar perkalian. Perkalian disimbolkan dengan tanda silang x yang dibaca kali. Perkalian merupakan operasi penjumlahan yang diulang-ulang Fajar, 2009: 10. Penjumlahan berulang yang maksudkan adalah menjumlah ulang bilangan yang kedua sebanyak bilangan pertama atau A x B maka B dijumlahkan sebanyak A. Contohnya: 2 x 3 = 3 + 3. Bilangan pertama adalah 2 dan bilangan kedua adalah 3 maka, 3 dijumlahkan sebanyak 2 kali. Contoh lainnya, ada 2 keranjang yang masing-masing keranjang berisi 3 mangga. Maka cara menghitungnya adalah 3 + 3 hasilnya 6 dan bentuk perkaliannya adalah 2 x 3 = 6. Suesilowati 2011: 35 menyatakan bahwa perkalian sebagai penjumlahan berulang. contoh: ada 4 keranjang yang masing-masing terdapat 3 kue sehingga, ditulis dalam bentuk penjumlahan berulang sebagai: 3 + 3 + 3 + 3 = 12 dan bentuk perkaliannya sebagai: 4 x 3 = 12. Rukniyah 2007: 29 juga mengukapkan pendapat yang sama tentang perkalian adalah penjumlahan yang berulang-ulang. misalnya: 3 x 1 = 3 adalah 1 + 1 + 1 = 3. 1 yang dijumlahkan sebanyak 3 kali merupakan penjumlahan berulang. Perkalian memiliki sifat pertukaran tempat, artinya jika angka yang sama ditukar tempat atau posisinya maka hasilnya akan tetap sama. contoh: 2 x 3 = 3 x 2 = 6. Perkalian mempunyai ciri khusus jika dikalikan dengan angka 1 dan 0. Pada angka satu 1 hasil perkalian adalah tetap dengan angka yang dikalikan. Misal: 5 x 1 = 5. Pada angka nol 0 setiap angka yang dikalikan nol hasilnya adalah nol. Berapa pun besar angka yang dikalikan nol hasilnya adalah nol. Berapa pun besar itu jika dikalikan dengan angka nol maka hasilnya tetap nol. Misal: 5 x 0 = 0; 500 x 0 = 0 Rukniyah, 2007: 30. Dapat disimpulkan bahwa perkalian adalah penjumlahan berulang bilangan kedua sebanyak bilangan pertama atau A x B maka B dijumlahkan sebanyak A. Perkalian disimbolkan dengan tanda silang x.

3. Pembagian

Pembagian diajarkan pula pada siswa kelas III Sekolah Dasar. Pembagian disimbolkan dengan titik dua :. Jika perkalian adalah penjumlahan berulang, maka pembagian adalah pengurangan berulang Fajar. 2009: 88. Contohnya: 6 : 3 = 6 – 3 – 3 sisanya nol. 6 dikurangi 3 sebanyak 2 kali, maka 6 : 3 = 2. Amin dan Zaini 2006: 46 menyatakan bahwa pembagian dapat dinyatakan sebagai pengurangan berulang. Contoh: 12 : 4, maka 12 akan dikurangi 4 sampai hasilnya nol. Ditulis 12 – 4 – 4 – 4 = 0, bentuk pengurangan tersebut adalah pengurangan berulang. Pengurangan dengan 4 dilakukan sebanyak 3 kali. Jadi, 12 : 4 = 3. Rukniyah 2007: 35 juga mengungkapkan pendapat yang sama tentang pembagian sebagai pengurangan berulang oleh angka yang sama hingga nilainya nol atau habis. Misalnya: 9 : 3 adalah 9 - 3 – 3 - 3 = 0. Sama seperti pada perkalian, pembagian pun mempunyai sifat yang sama yaitu apabila dibagi dengan angka satu 1 maka nilainya akan tetap sama. Misal: 5 : 1 maka hasilnya akan tetap lima 5. Begitu pula dengan angka nol 0 jika dibagikan dengan angka berapa pun hasilnya akan tetap nol, misalnya 5 : 0 = 0. Namun, pada pembagian letak angka yang dibagi sangat berpengaruh pada hasilnya misal 6 : 3 = 2 berbeda hasilnya jika 3 : 6 = 0,5. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembagian adalah pengurangan berulang oleh angka yang sama hingga nilainya nol atau habis. Pembagian disimbolkan dengan titik dua :.

b. Bahasa Indonesia

Menurut Suwarno 2012: 1 bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu yang dalam perkembangan berikutnya mendapat serapan dari bahasa-bahasa daerah dan bahasa asing. Bahasa daerah atau bahasa asing yang menjadi bahasa Indonesia diproses melalui beragam penyeleksian dengan melihat unsur fonetisfonologis kesesuaian bunyi dan morfologis kesesuaian bentuk kata di dalamnya. Bahasa Indonesia telah dijadikan bahasa yang sah digunakan oleh bangsa indonesia, namun di setiap daerah, masyaraknya menggunakan bahasa masing-masing untuk berkomunikasi, seperti yang di jelaskan dalam Undang- Undang Dasar 1945 Bab XV, Pasal 36, dinyatakan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa negara, dan bahasa daerah yang dipakai sebagai alat perhubungan dan dipelihara oleh masyarakat pemakainya, dipelihara juga oleh negara sebagai bagian kebudayaan nasional yang hidup Badudu, 1980: 7. Bahasa Indonesia menjadi pendidikan yang paling utama dalam pendidikan di Indonesia, seperti yang diterangkan oleh Abidin 2012: 6 bahwa bahasa indonesia memiliki peran yang sangat penting bukan hanya untuk membina keterampilan komunikasi melainkan juga untuk kepentingan penguasaan ilmu pengetahuan. Hal tersebut diperkuat oleh Winarti dkk. 1997: 1 yang menyebutkan bahwa bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar untuk semua jenis jenjang pendidikan. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa sah bangsa indonesia atau bahasa utama bagi bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia sangat menjadi pendidikan yang paling penting dalam pendidikan di Indonesia, karena bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar untuk semua jenis jenjang pendidikan di Indonesia. 1 Membaca Abidin 2012: 148 menjelaskan bahwa membaca adalah mereaksi, yaitu memberikan reaksi karena dalam membaca seseorang terlebih dahulu melaksanakan pengamatan terhadap huruf sebagai representasi bunyi ujaran ataupun tanda penulisan lainnya. Abidin 2012: 150 menjelaskan bahwa membaca dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi yang terkandung dalam teks bacaan untuk memperoleh pemahaman atas bacaan tersebut. Ditinjau dari teori yang dipakai sebagai landasannya membaca pada prinsipnya dapat didefinisikan dari dua segi yakni sebagai proses dan membaca sebagai hasil. Membaca sebagai proses pada dasarnya adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatlan arti dari kata-kata tertulis. Proses membaca sendiri meliputi proses visual, perseptual dan, konseptual. Membaca sebagai hasil dapat didefinisikan sebagai pemahaman atas simbol-simbol bahasa tulis yang dipelajari seseorang. Sependapat dengan pengertian tersebut, maka Abidin 2012: 155 mengartikan pembelajaran membaca sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan peserta didik untuk mencapai keterampilan membaca di bawah arahan, bimbingan, dan motivasi guru. Pembelajaran membaca bukan semata-mata dilakukan agar peserta didik mampu membaca melainkan sebuah proses yang melibatkan seluruh aktivitas visual dan kognisi peserta didik dalam memahami, mengkritisi, dan bahkan memproduksi sebuah bacaan. Dari pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses untuk mendapatkan informasi dari suatu teks untuk mendapatkan pemahaman dan mengkritisi atas bacaan tersebut. Mata pelajaran Bahasa Indonesia yang terkait dalam Kurikulum 2013 salah satunya adalah Kompetensi Dasar membaca teks bacaan materi perubahan musim. 2 Perubahan Musim Perubahan musim terjadi ketika perputaran bumi mengelilingi matahari dengan kemiringan sekitar 23,5º terhadap garis vertikal Woodward, 2006: 18. Bumi selalu bergerak seperti itu, akibatnya pada bulan Juni, Kutub Utara mendekati matahari dan pada bulan Desember menjauhi matahari. Artinya, pada bulan Juni belahan bumi Utara menerima panas lebih banyak daripada belahan bumi Selatan kemudian setelah enam bulan akan bergantian. Musim adalah salah satu pembagian utama tahun berdasarkan bentuk iklim yang luas. Perubahan musim terjadi ketika bumi mengelilingi matahari dan bumi berputar miring pada porosnya Erminawati, 2008: 38. Posisi kemiringan bumi dan gaya putar bumi menyebabkan variasi musim Howel, 2003: 66. Dipadukan dengan variasi orbit bumi, iklim panas dan dingin bumi mencapai keseimbangan. Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan musim merupakan perubahan alami karena posisi kemiringan bumi dan revolusi bumi atau disebut sebagai gerakan bumi mengelilingi matahari. a Musim pada Iklim Tropis Daerah beriklim tropis memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Lama waktu siang dan malam sama yakni 12 jam Kusuma, 2015: 89. Tumbuhan yang hidup di wilayah beriklim tropis sangat beragam. Diantaranya adalah buah-buahan yaitu pepaya, nanas, mangga, pisang, rambutan dan tomat. Hewan seperti orang utan, badak bercula satu dan macan tutul banyak terdapat di wilayah ini. Negara-negara yang termasuk dalam wilayah tropis antara lain Malaysia, Singapura dan Hongkong. Tropis merupakan salah satu iklim yang terletak di Garis Balik Utara 23º 27º LU dan Garis Balik Selatan terletak pada 23º 27º LS Howel, 2003: 25. Karakteristiknya terjadi dua musim yaitu musim kemarau atau panas dan musim hujan. Musim kemarau terjadi pada bulan April sampai bulan Oktober, sedangkan musim hujan terjadi sebaliknya yaitu pada bulan Oktober sampai bulan April. Musim hujan di daerah iklim tropis merupakan daerah yang mendapatkan intensitas sinar matahari maksimal bergeser dari arah Utara ke Selatan sepanjang tahun Woodward, 2006: 19. Hal ini menyebabkan terjadinya badai tropis di Utara dan Selatan serta menimbulkan musim hujan dan musim kemarau. Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa musim pada iklim tropis meliputi musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai April, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April sampai Oktober. b Musim pada Iklim Subtropis Jenis musim pada iklim subtropis, dibagi menjadi 4 musim dan masing-masing terjadi selama 3 bulan Erminawati, 2008: 40. 4 musim tersebut adalah musim dingin atau musim salju, dimana suhu sangat dingin pada musim ini. musim ini berlangsung selama bulan Desember sampai Maret pada belahan Utara bumi. Kedua, musim gugur dimana pepohonan mulai mengugurkan daun terjadi pada bulan September sampai Desember. Ketiga adalah musim semi dimana musim ini menjadi peralihan dari musim dingin ke panas dan terjadi pada bulan Maret hingga Juni. Musim keempat adalah musim panas yang terjadi pada bulan Juni sampai September. Kusuma 2015: 89 menjelaskan bahwa daerah beriklim subtropis memiliki empat musim yaitu musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin. Negara-negara yang termasuk dalam wilayah subtropis antara lain Jepang, Korea, Amerika Serikat dan sebagian wilayah Cina. Howel 2003: 27 mengungkapkan hal yang sama bahwa iklim subtropis memiliki empat musim yaitu musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin atau salju. Iklim ini disebut juga sebagai iklim sedang yang berarti udara dapat terasa hangat, sejuk atau dingin. Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa iklim subtropis memiliki empat musim. Empat musim tersebut yaitu, musim panas, musim gugur, musim semi dan musim dingin yang berlangsung dengan periode masing-masing 3 bulan. c Perilaku Hewan yang dapat menunjukkan Perubahan Cuaca ` Perubahan musim tidak hanya dirasakan oleh manusia saja, tetapi dapat juga dirasakan oleh hewan. Hewan memiliki kepekaan dan insting tersendiri terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya. Salah satu hewan yang peka terhadap perubahan cuaca adalah sapi perah. Sapi perah sangat peka terhadap perubahan iklim mikro terutama suhu dan kelembaban udara Yani, 2007: 19. Ketika sapi sedang terlihat gelisah dengan menggoyangkan ekornya, bisa jadi salah satu tanda akan adanya perubahan cuaca seperti mendung atau hujan. Kodok dapat menunjukkan perubahan cuaca. Ketika musim hujan berlangsung, tanah dan udara menjadi lebih lembab. Begitu pula dengan kodok yang peka terhadap perubahan tersebut. Kodok akan keluar dari sarangnya dan mulia mengeluarkan suara. Suara kodok yang nyaring dan keras, menandakan bahwa perubahan cuaca sedang terjadi yaitu dari musim kemarau ke musim hujan Rahman, 2009: 2. Fanggidae 2014: 30 menyatakan bahwa penanda musim hujan akan ditandai dengan suarau burung Toltiu yang keras sambil berterbangan dengan ketinggian yang rendah. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hewan yang peka terhadap perubahan cuaca. Hal ini dapat dilihat melalui tingkah laku yang ditunjukkan oleh hewan.

c. Seni Rupa

Seni rupa diartikan sebagai aktivitas yang penciptaannya memerlukan koordinasi mata dan tangan karena seni rupa dapat dilihat, diraba dan juga dirasakan Kamaril, 1999: 1.20. Dengan menggunakan kordinasi mata dan tangan, maka keterampilan dasar yang diperoleh siswa adalah latihan motorik halus. Dalam konsepnya, seni memiliki berbagai macam aspek atau sering disebut sebagai matra substansial seni. Matra terbagi menjadi beberapa bagian yaitu, matra pengetahuan, matra apresiasi, matra keterampilan dan matra kreativitas. Bidang seni kreativitas dan keterampilan berpadu bersama dalam suatu karya. Seperti dikatakan bahwa seni rupa memadukan gerak mata dan tangan, akan sama dengan keterampilan mengolah tubuh hingga mampu menciptakan gerakan- gerakan yang indah. Itu adalah hal yang yang diolah dalam matra keterampilan. Kemampuan keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan senso-motorik seseorang. Dalam berkarya, kegiatan seni rupa dapat menimbulkan kegembiraan. Kegembiraan anak akan nampak dan terlihat disebabkan oleh keaktifan atau kesempatan bergerak, bereksperimen, berlomba dan berkomunikasi. Dapat pula dilihat betapa senangnya anak-anak berkarya melalui seni rupa, mereka akan bergerak-gerak dengan sadar atau tidak, mencoba-coba sesuatu yang diinginkan dan mereka selalu berlomba untuk menyelesaikan karyanya sesuai dengan gagasan masing-masing. Apabila anak berhasil berkarya, dengan spontan ia akan menunjukkan perasaan senangnya dengan berteriak dan bergerak. Demikian sesuai yang disampaikan Muharam dan Sundaryati 1992: 4 bahwa seni rupa adalah rasa keindahan, rasa keharuan yang melengkapi kesejahteraan hidup yang dinyatakan melalui pikiran menjadi bentuk yang dapat disalurkan dan dimiliki oleh setiap orang. Ketika seseorang meluapkan rasa emosionalnya pada sebuah bidang gambar untuk menggambarkan isi hati atau pemikirannya, di situlah fungsi seni rupa sebagai penghilang tekanan jiwa akibat kegagalan ataupun ketidakpuasan seseorang. Sehingga, seni dikatakan menjadi sebuah wadah yang baik karena hasil karya yang terbentuk juga dapatdinikmati melalui panca indera. Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa seni rupa merupakan sebuah hasil karya seni yang dibuat oleh manusia. Hal ini menggunakan indera manusia untuk menggambarkan pemikiran, ungkapan perasaan melalui sebuah gambar. 1 Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar Sekolah Dasar atau SD merupakan jenjang pendidikan dasar yang akan ditempuh oleh anak di awal usia ketika menginjak 6 tahun. SD menjadi tempat bagi anak untuk mengembangkan diri dan juga talenta yang dimilikinya. Tidak hanya itu, Ssekolah Dasar juga diharapkan mampu membentuk perilaku siswa menjadi lebih baik dengan cara berpikir dan menyelesaikan masalah sehingga terbentuklah pribadi anak. Pendidikan sangat penting dalam membentuk kepribadian seorang anak. Metode-metode dalam pendidikan pun kian berkembang, salah satunya adanya metode pendidikan seni seperti, seni tari, seni musik, seni rupa dan lain sebagainya. Disebut pendidikan melalui seni, sebab tujuannya adalah untuk mengusahakan pendidikan anak seutuhnya dengan seni sebagai wahana. Dalam buku “Proses Kreasi-Gambar Anak-Proses Belajar” karya Tabrani 2014: 6 pendidikan melalui seni rupa mempersiapkan anak untuk menghayati, membuat dan menangkap pesan rupa baik melalui imajinasinya sendiri maupun melalui karya gambarnya. Pendidikan seni rupa anak penting bukan hanya untuk pembinaan, pertumbuhan dan perkembangan anak yang seimbang, tetapi juga karena setiap anak memiliki kesenangan untuk menggambar meskipun tidak memiliki bakat tersebut. Dalam buku yang sama karya Tabrani 2014: 6, dicantumkan sebuah skema perkembangan bahasa seni rupa gambar anak dan hasilnya menyatakan bahwa anak usia 2 sampai sekitar 13 tahun mempunyai perkembangan tahap menggambar yang makin kompleks. Dikatakan, apabila pembinaan bahasa rupa gambar pada anak ini berhasil, anak yang berbakat menggambar akan menjadi calon senirupawan bahkan yang tidak memiliki bakat pun akan tetap suka menggambar dan tidak takut untuk melukiskan sebuah gambar sedangkan jika pembinaan gagal, anak tidak suka menggambar bahkan menyatakan dirinya tidak bisa menggambar. Kamaril 1999: 1.41 juga mengungkapkan tentang tujuan pendidikan seni di sekolah dasar adalah mengembangkan keterampilan berkarya serta menumbuhkembangkan cita rasa keindahan dan kemampuan menghargai seni. Selain itu, pendidikan seni juga memiliki manfaat yaitu, mengolah keterampilan berpikir anak. Keterampilan berpikir tersebut meliputi berpikir kreatif, inovatif dan kritis yang diolah melalui cara belajar yang seimbang. Konsep dasar pendidikan seni di SD diajukan oleh pakar pendidikan seni bernama Herbert Read dan Lowenfeld serta Brittain, konsep tersebut adalah Education Through Arts atau dalam bahasa Indonesia pendidikan melalui seni Tabrani, 2014. Konsep ini diterapkan karena melalui pendidikan seni kemampuan-kemampuan anak untuk belajar dapat dikembangkan yang meliputi fisik, cerap perspektual, pikir, emosional, cipta dan estetika. Dengan demikian, munculnya seni selalu mengikuti perkembangan fisik anak yang disertai bertambahnya kemampuan anak dalam menerima masukan, mengolah kesadaran, mencurahkan perasaan, kemampuan mencipta, kemampuan anak mengolah kesadaran sosial dan mengolah kepekaan perasaan akan nilai-nilai keindahan Tabrani, 2014: 9. Kemampuan dasar fisik yang dapat diolah melalui aktivitas seni adalah motorik kasar dan halus, serta koordinasi dari berbagai motorik kasar dan halus tersebut dengan indera-indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan juga perabaan. Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan seni di SD berorientasi pada perkembangan kemampuan anak serta kebutuhan-kebutuhannya. Kemampuan dan kebutuhan tersebut diolah melalui kemahirannya berpikir kritis, kreatif dan inovatif dalam pendidikan seni.

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Sukiman 2012: 29 menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Sukiman juga mengungkapkan bahwa proses pendidikan pembelajaran identik dengan sebuah proses komunikasi. Dalam proses komunikasi terdapat komponen-komponen yang terlibat di dalamnya, yaitu sumber pesan, pesan, penerima pesan, media, dan umpan balik. Sumber pesan yaitu sesuatu orang yang menyampaikan pesan. Pesan adalah isi didikan isi ajaran yang tertuang dalam kurikulum yang dituangkan ke dalam simbol-simbol tertentu encoding. Penerima pesan adalah peserta didik dengan menafsirkan simbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan incoding. Kustandi dan Bambang 2011: 8 mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna. Media pembelajaran adalah sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Mengingat banyaknya bentuk-bentuk media tersebut, maka guru harus dapat memilihnya dengan cermat, sehingga dapat digunakan dengan tepat. Secara sederhana media pembelajaran menurut Anitah 2010: 5 bila segala sesuatu yang dapat membawakan pesan untuk suatu tujuan pembelajaran. Segala sesutu dalam hal ini adalah media yang dapat artikan sebagai setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dengan pengertian itu, maka guru atau dosen, buku ajar, serta lingkungan adalah media. Setiap media merupakan sarana untuk menuju ke suatu tujuan. Informasi ini mungkin didapatkan dari buku-buku, rekaman, internet, film, mikrofilm, dan sebagainya. Semua itu adalah media pembelajaran karena memuat informasi yang dapat dikomunikasikan kepada pebelajar. Menurut pendapat para ahli tersebut, maka media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawakan pesan dari pengirim ke penerima untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran secara efektif. Media pembelajaran juga sebagai sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar.

b. Komik

Definisi komik menurut Sudjana dan Rivai 1990: 64 adalah suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca. Perwatakan dalam komik harus dikenal agar kekuatan dalam komik sendiri dapat dihayati. Komik memusatkan perhatian di sekitar pembacanya. Cerita-cerita mengenai diri pribadi sehingaa pembaca dapat segera mengidentifikasikan dirinya melalui perasaan serta tindakan dari perwatakan tokoh utamanya. Cerita dalam komik ringkas dan menarik perhatian, dilengkapi dengan aksi, bahkan dalam lembaran surat kabar dan buku-buku, komik dibuat lebih hidup, serta diolah dengan pemakaian warna-warna utama secara bebas. Munadi 2010: 100 mengungkapkan hal yang sama tentang komik mempunyai sifat sederhana dalam penyajiannya dan memiliki unsur urutan cerita yang memuat pesan besar tetapi disajikan secara ringkas dan mudah dicerna, terlebih lagi dilengkapi dengan bahasa verbal yang dialogis. Dengan adanya perpaduan antara bahasa verbal dan nonverbal ini, mempercepat pembaca paham terhadap isi pesan yang dimaksud, karena pembaca terbantu untuk tetap fokus dan tetap dalam jalurnya. Dari pendapat ahli di tersebut, dapat disimpulkan bahwa komik adalah suatu cerita yang digambarkan dalam bentuk kartun yang memiliki sifat sederhana dalam penyajiannya dan memuat pesan untuk pembacanya.

c. Kelebihan Gambar sebagai Visualisasi Seni Rupa dalam Komik

Gambar menjadi alat visual penting dan mudah sekali didapatkan. Gambar membuat orang dapat menangkap ide atau informasi yang terkandung di dalamnya dengan jelas daripada hanya sekedar diungkapkan dengan kata-kata yang ditulis ataupun diucapkan. Gambar menjadi media untuk belajar yang dapat digunakan dalam jangka panjang dengan efektif. Kelebihan gambar yang dikemukakan oleh Suleiman 1981: 29 mengungkapkan bahwa: 1. Gambar mudah diperoleh dan mudah digunakan. 2. Penggunaan gambar merupakan hal yang wajar dalam proses belajar tanpa memberi kesan “show” seperti penggunaan slaid atau film. 3. Koleksi gambar dapat terus diperbesar. 4. Gambar mudah diatur dan dapat disesuaikan dengan pelajaran atau ukuran yang diinginkan. Karena kemudahannya, gambar dijadikan sebagai media yang sampai sekarang masih sering digunakan sebagai media pendidikan. Pengajar bisa membuatnya secara manual, menemukan di internet, atau menggunting dari majalah, koran dan lain sebagainya. Selain itu, gambar juga merupakan curahan hari dan pikiran manusia yang diungkapkan melalui gambar. Gambar yang indah serta warna yang menarik menjadi perhatian tersendiri bagi penikmat seni atau bahkan orang biasa yang melihatnya. Sandiman 1986: 29 mengungkapkan pendapat mengenai kelebihan gambat yaitu: 1. Sifatnya konkret karena gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata. 2. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. 3. Media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. 4. Dapat memperjelas suatu masalah. 5. Murah, mudah didapat dan digunakan. Hamalik 1982: 81 juga mengungkapkan kelebihan yaitu: 1. Gambar memiliki sifat konkret. 2. Gambar mengatasi batas waktu dan ruang. 3. Gambar mengatasi kekurangan daya mampu panca indera manusia. 4. Dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang salah. 5. Gambar mudah didapat dan murah. 6. Mudah digunakan oleh individu maupun kelompok. Penggunaan gambar dapat mengolah panca indera penglihatan untuk memahami suatu gambar dan mampu diterjemahkan oleh otak menjadi sebuah ungkapan. Pada umumnya peserta didik lebih mudah memahami gambar dari pada kalimat atau ucapan yang panjang dan peserta didik menyukai keindahan dan senang membuat bentuk-bentuk yang merupakan unsur dalam sebuah gambar. Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa kelebihan gambar sebagai media adalah gambar memiliki sifat konkret yang mudah didapat, mudah digunakan dan dapat memperjelas suatu kondisi berdasar pada sebuah gambar.

4. Minat Belajar

Slameto 2010: 180 menyatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Slameto juga menjelaskan bahwa suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tertentu. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian, minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyongkong belajar selanjutnya. Djamarah 2011: 166 mengungkapkan pengertian minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Djamarah beranggapan bahwa suatu minat dibawa sejak lahir adalah sesuatu yang keliru. Minat merupakan perasaan yang didapat karena berhubungan dengan sesuatu. Minat terhadap sesuatu itu dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan cenderung mendukung aktivitas belajar berikutnya. Secara sederhana minat menurut Baharuddin dan Esa 2015:29 adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi, disebabkan ketergantungan terhadap berbagai faktor internal lainnya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya. Menurut pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu rasa ketertarikan dan kecenderungan yang tinggi terhadap suatu hal atau aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat seseorang dapat ditandai dengan adanya unsur senang, perhatian, ketertarikan dan motivasi. Berdasarkan pada unsur minat yang telah dikemukakan oleh para ahli, peneliti mengambil indikator minat yang akan diteliti adalah rasa senang yaitu ditandai dengan adanya semangat atau tidak mengeluh saat belajar dan perhatian yang ditandai dengan menyimak atau memperhatikan penjelasan guru.

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat peserta didik dalam belajar, menurut Suyono dan Hariyanto 2015: 180, ada faktor internal maupun faktor eksternal yang berpengaruh terhadap peserta didik. Faktor internal meliputi kesehatan, bakat dan inteligensia, peserta didik yang sehat jasmani dan rohaninya akan terdorong untuk belajar dengan baik. Kesehatan jasmani yang terganggu, misalnya karena flu yang menyebabkan demam akan berpengaruh terhadap daya tahan dan konsntrasi belajar atau mengganggu minat dan perhatian terhadap pembelajaran. Dalam hubungan ini peserta didik yang kecewa terhadap orang tuanya, gagal dalam pertemanan atau bahkan hubungan asmara akan cenderung menurun semangat dan gairah belajarnya, minat dan perhatiannya terhadap pembelajaran juga jauh berkurang Suyono dan Hariyanto, 2015: 180. Faktor eksternal yang paling berpengaruh adalah lngkungan keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak. Faktor eksternal lain adalah sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan alami disekitar anak Suyono dan Hariyanto, 2015: 180. Media komik dalam penelitian merupakan faktor eksternal karena membantu peserta didik untuk tertarik belajar sehingga dapat memudahkan dalam memahami pembelajaran.

b. Indikator Minat Belajar

Pada dasarnya minat seseorang terhadap sesuatu akan diekspresikan melalui aktivitas atau kegiatan yang berhubungan dengan minatnya. Slameto 2010: 180 suatu minat diekspresikan melalui kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan terus-menerus disertai rasa senang, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas. Sependapat dengan Slameto, Susanto 2013: 66 mengungkapkan bahwa minat merupakan sesuatu yang sangat penting, karena dengan adanya minat seseorang dapat memusatkan perhatian pada seseorang, benda dan lain-lain. Sedangkan menurut Rohani 2014: 170 minat ditunjukkan melalui kemauan dan usaha peserta didik dalam mencapai kebutuhan belajarnya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator minat terdiri dari: 1 rasa senang, 2 perhatian atau memusatkan perhatian, 3 kemauan untuk berkembang, dan 4 partisipasi. Penelitian yang dilakukan menggunakan dua indikator dari empat indikator sebagai acuan untuk mengetahui minat peserta didik yaitu rasa senang dan perhatian. 1 Rasa Senang Minat dapat diartikan sebagai rasa lebih suka atau senang dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh Slameto, 2010: 180. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka diketahui bahwa rasa senang menjadi salah satu indikator terbentuknya minat. Rasa lebih suka atau senang dapat timbul akibat adanya rangsangan. Rangsangan inilah yang dapat diperoleh melalui sesuatu yang menjadi kesukaan atau ketertarikan peserta didik. Menurut Djamarah 2011: 166, seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan minat tersebut secara konsisten dengan rasa senang. Rasa senang dapat datang karena suatu kegemaran yang dimiliki oleh seseorang. Hal itu muncul dari dalam diri peserta didik dan memberikan dorongan untuk melakukan sessuatu Baharuddin dan Esa, 2015: 28. Berdasarkan pernyataan para ahli, dapat disimpulkan bahwa rasa senang merupakan salah satu faktor timbulnya minat. Rasa senang muncul akibat adanya ketertarikan atau kegemaran terhadap sesuatu.

2. Perhatian

Slameto 2010: 105 menyatakan bahwa perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang dapat dari lingkungannya yaitu dengan mengarahkan indera atau sistem persepsinya untuk menerima informasi tentang sesuatu. Perhatian seseorang akan tertuju atau mengarah pada hal-hal yang sifatnya baru, hal yang berlawanan dengan pengalaman yang baru saja diperolehnya atau pengalaman yang didapat selama hidupnya. Dalam Slameto juga mengungkapkan bahwa salah satu menarik perhatian peserta didik adalah dengan memberikan warna dan bentuk. Warna dan bentuk yang setara dengan gambar akan memberi ingatan yang kuat pada peserta didik dan menarik perhatian karena gambar lebih indah untuk dipandang daripada hanya sekedar untaian kata. Perhatian mempunyai peran penting dalam kegiatan belajar mengajar. Tanpa adanya perhatian terutama dari peserta didik, tidak akan mungkin terjadi proses belajar Dimyati dan Mudjiono, 2006: 42. Dari pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa perhatian adalah salah satu faktor terbentuknya minat yang dapat timbul akibat adanya rangsangan dan berpengaruh terhadap keberhasilan suatu proses pembelajaran.

5. Kecerdasan Majemuk

Teori kecerdasan majemuk atau dalam bahasa Inggris adalah Multiple Intelegences pertama kali digagas oleh seorang pakar psikologi dan profesor pendidikan di Hardvard University yaitu Howard Garner. Awalnya pada tahun 1983, Gardner mengemukakan bahwa ada tujuh kecerdasan majemuk yang dimiliki setiap anak yaitu, kecerdasan linguistik berkaitan dengan bahasa, kecerdasan logis-matematis berkaitan dengan nalar logika dan Matematika, kecerdasan spasial berkaitan dengan ruang dan gambar, kecerdasan musikal berkaitan dengan musik, irama dan bunyisuara, kecerdasan badani-kinestetik berkaitan dengan badan dan gerak tubuh, kecerdasan interpersonal berkaitan dengan hubungan antarpribadi, sosial dan terakhir kecerdasan intrapersonal berkaitan dengan hal-hal yang sangat mempribadi Jasmine, 2012: 14. Intelegensi dipandang sebagai suatu kemampuan. Sebuah kemampuan dapat disebut intelegensi jika menunjukkan kemahiran dan keterampilan seseorang untuk menyelesaikan permasalahan dan kesulitan yang ditemukan dan dapat menciptakan produk atau pengembangan pengetahuan lain Ula, 2013: 83. Berbagai macam jenis kecerdasan majemuk tersebut diketahui berdasarkan adanya sebuah penelitian, penelitian tersebut meneliti tentang intelegensi yang dimiliki dan dapat dikembangkan pada setiap manusia. Penelitian yang dilakukan terus menerus tersebut telah menghasilkan penemuan bahwa setiap manusia memiliki intelegensi atau kecerdasan. Kecerdasan yang dimiliki tidak hanya satu tetapi beberapa jenis kecerdasan yang dapat tumbuh dan dikembangkan Yaumi dan Nurdin, 2013: 11-23. Berdasar perkembangan pada penelitian yang dilakukan oleh Howard Gardner dalam Yaumi dan Nurdin, 2013, dijelaskan bahwa tujuh kecerdasan majemuk tersebut bertambah dua menjadi sembilan yaitu, kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan logis-matematik, kecerdasan visual- spasial, kecerdasan jasmaniah-kinestetik, kecerdasan berirama-musik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalistik dan kecerdasan ekstensial-spiritual. Kecerdasan majemuk saat ini telah banyak sekali dikembangkan diberbagai lembaga pendidikan untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang mampu mengasah dan mengembangkan segala kemampuan yang dimiliki siswa. Dapat disimpulkan dari pendapat para ahli bahwa kecerdasan majemuk adalah sebuah kecerdasan akan kemampuan yang dimiliki siswa sebelum dan sesudah ia belajar tentang suatu pengetahuan yang berdasar pada masing-masing karakteristik dan minat siswa.

b. Kecerdasan Logis Matematik

Kecerdasan logis matematik adalah kemampuan yang berkenaan dengan rangkaian alasan, mengenal pola-pola dan aturan. Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan untuk mengeksplorasi pola-pola, kategori-kategori dan hubungan dengan memanipulasi objek atau simbol untuk melakukan percobaan dengan cara yang terkontrol dan teratur Kezar dalam Yaumi dan Nurdin, 2013: 14. Kecerdasan Matematika disebut juga kecerdasan logis dan penalaran karena merupakan dasar dalam memecahkan masalah dengan memahami prinsip-prinsip yang mendasari sistem kausal atau dapat dimanipulasi bilangan, kuantitas, dan operasi. Kecerdasan logis matematik meliputi keterampilan berhitung dan berpikir logis serta keterampilan pemecahan masalah. Di samping itu, yang termasuk dalam kecerdasan logis matematik adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, prinsip sebab akibat, kategorisasi dan perhitungan, manipulasi angka, kuantitas, dan operasi Matematika Ula, 2013: 89. Gardner dalam Ula, 2013: 90 mengemukakan pendapat bahwa kecerdasan logis matematik adalah kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif. Ciri- ciri orang yang kecerdasan logis matematiknya menonjol antara lain memiliki kemampuan yang mumpuni dalam penalaran, mengurutkan, berfikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numerik dan bahkan biasanya, pandangan hidupnya bersifat rasional. Jasmine 2007: 19 berpendapat bahwa kecerdasan logis matematis berhubungan dengan kemampuan ilmiah. Inilah kecerdasan yang dikaji dan didokumentasikan oleh Piaget, yakni jenis kecerdasan yang sering dicirikan sebagai pemikiran kritis dan digunakan sebagai bagian dari metode ilmiah. Dari ketiga pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa kecerdasan logis matematis adalah kecerdasan yang melibatkan keterampilan mengolah angka dengan baik dan atau kemahiran dalam menggunakan penalaran atau logika dengan benar. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada hubungan logis, hubungan sebab akibat, dan logika-logika lainnya.

c. Verbal-Linguistik

Kecerdasan verbal-linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa, termasuk bahasa ibu dan bahasa-bahasa asing, untuk mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran dan memahami orang lain Baum dalam Yaumi dan Nurdin, 2013: 13. Kecerdasan lingustik disebut juga kecerdasan verbal karena mencakup kemampuan untuk mengekspresikan diri secara lisan dan tertulis, serta kemampuan untuk menguasai bahasa asing Mc Kenzie dalam Yaumi dan Nurdin, 2013: 13. Seorang anak yang memliliki kecerdasan bahasa yang tinggi akan mampu menceritakan cerita dan adegan lelucon, menulis lebih baik dari rata-rata anak yang lain yang memiliki usia yang sama, menyukai baca buku, menghargai sajak, dan permainan kata-kata, suka mendengar cerita tanpa membaca buku, mengomunikasikan, pikiran, perasaan, dan ide-ide dengan baik, mendengarkan dan merespon bunyi-bunyi, irama, warna, berbagai kata lisan Lane dalam Yaumi dan Nurdin, 2013: 13. Gardner dalam Ula, 2013: 88 menyatakan bahwa kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata dengan efektif, baik secara oral maupun tertulis. Kecerdasan linguistik berhubungan erat dengan keterampilan orang dalam menguasai bahasa tulisan dan lisan. Komponen lain dari kecerdasan linguistik adalah memori lisan verbal memory. Gardner menjelaskan bahwa, “kemampuan untuk mengngat informasi seperti daftar-daftar lisan yang panjang merupakan bentuk lain dari kecerdasan bahasa”. Oleh karena kekuatan memori lisan maka mengingat dan mengulangi kata-kata yang panjang menjadi mudah bagi orang dengan kecerdasan bahasa yang menonjol. Maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan linguistik adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa dengan baik dan mengolah kata secara efektif.

6. Karakteristik Anak Sekolah Dasar Kelas Bawah

Sekolah Dasar atau disingkat SD adalah jenjang pertama anak akan belajar bagaimana mengubah sikap dan perilakunya menjadi lebih matang dibandingkan sewaktu masih berada di Taman Kanak-kanak. Masa untuk menjalani sekolah di SD adalah selama enam tahun. Selama itu, seorang anak akan belajar bagaimana bersaing untuk mendapatkan pelatihan keterampilan, juga ilmu untuk masa depannya kelak. Masa usia Sekolah Dasar sebagai masa kanak-kanak akhir berlangsung dari usia sekitar enam tahun hingga kira-kira sebelas sampai tigabelas tahun. Pada masa ini, anak telah mengalami perkembangan-perkembangan yang membantu anak untuk dapat menerima bahan yang diajarkan oleh guru. Anak juga sudah siap untuk menjelajahi lingkungannya dan mencari tahu apa yang diinginkan untuk diketahui. Masa di Sekolah Dasar ini dibagi menjadi dua fase yaitu yang pertama masa kelas rendah bawah dengan rentang umur 6-10 tahun yang termasuk kelas 1,2 dan 3, kedua masa kelas tinggi atas berkisar anatara umur 10-13 tahun yang term asuk kelas 4,5 dan 6 Djamarah, 2011: 124. Djamarah 2011: 125 mengungkapkan beberapa sifat khas anak pada fase awal atau masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar mempunyai ciri-ciri: adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah, adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan- peraturan permainan yang tradisional, adanya kecenderungan memuji sendiri, suka membanding-bandingkan dirinya dengan yang lain, kalau tidak dapat menyelesaikan soal, maka soal dianggap tidak penting, terakhir pada masa ini, anak mengkehendaki nilai atau angka rapornya baik tanpa mengingat prestasinya. Ciri-ciri khas tersebut berdampak pada perkembangan intelektualnya. Dalam perkembangan intelektual ini, di awali ketika anak sudah mampu berpikir secara logis mengenai sebab akibat di lingkungan sekitarnya. Ketika anak sudah mampu berpikir, maka anak akan tahu dan mengingat jawaban atas pengalamannya tersebut mengenai hal-hal logis. Berkembangnya ingatan anak ini disebabkan oleh fungsi panca indera mata yaitu pengamatan yang sudah mampu menerima kesan- kesan dan dengan dibantu oleh perhatiannya mampu mengadakan pencaman terhadap kesan-kesan yang diterimanya berdasar pengamatan Dalyono dalam Djamarah, 2011: 126. Sutirna 2013: 31 mengungkapkan tahap perkembangan aspek didaktis anak Sekolah Dasar SD yang berada di usia 7-12 tahun adalah dimana anak memperoleh pendidikan dasar guna melanjutkan ke pendidikan menengah pertama. Itu sebabnya bahwa Sekolah Dasar menjadi tiang penting demi perkembangan anak yang diolah untuk mengembangkan kepribadian masing- masing individu. Perkembangan setiap individu tersebut akan membawa dampak terhadap kematangan individu itu sendiri dan setiap kematangan individu selalu berbeda waktunya. Kematangan tersebut dapat mencakup berbagai macam bentuk seperti kematangan jasmani atau fisik, kematangan sosial, kematangan emosional serta kematangan cara berpikir dan bersikap. Husdarta dan Kusmaedi 2010: 52 mengatakan bahwa pada tahap anak besar Fase Late Chilhood atau pada masa Sekolah Dasar, terjadi perkembangan koordinasi tangan dan mata lebih baik. Hal ini menyebabkan anak umur 8-9 tahun yang setara dengan anak SD kelas 3-4 SD akan mudah belajar dengan benda konkret yang mudah ditangkap oleh panca indera mata dan peraba. Dengan begitu, anak mampu membuat konsep lebih konkret daripada hanya sekedar membayangkan. Piaget dalam Dahar, 1989: 152 juga mengemukakan pendapatnya mengenai perkembangan intelektual pada anak Sekolah Dasar yang dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu tahap sensori motor 0-2 tahun, pra-operasional 2-7 tahun, operasional konkret 7-11 tahun dan operasi formal 11 tahun ke atas. Anak usia kelas tiga SD termasuk ke dalam tahap operasional konkret dan sudah mampu mengembangkan pikiran secara rasional. Artinya bahwa anak sudah mampu memiliki operasi-operasi logis dalam mengambil keputusan. Salah satu faktor yang menunjang pekermbangan intelektual ini adalah kedewasaan yaitu perkembangan sistem saraf sentral, otak perkembangan kognitif serta koordinasi motorik. Pengalaman fisik yang diterima anak sewaktu duduk di bangku Sekolah Dasar juga mempengaruhi perkembangan anak. Melalui pengalaman fisik secara konkret, anak mampu mengembangkan pikirannya sehingga kemampuan berpikir menjadi lebih kompleks. Kesimpulan mengenai karakteristik anak didik Sekolah Dasar kelas bawah menurut para ahli adalah bahwa anak Sekolah Dasar tingkat rendah yaitu kelas 1, 2 dan 3 koordinasi panca indera mata dan tangan meningkat lebih baik, sehingga mampu mengembangkan pikiran lebih rasional melalui pengamatan sesuatu yang konkret sehingga ia akan mampu berpikir secara logis.

7. Tugas Perkembangan Masa Anak

a. Tugas Perkembangan Pribadi-Sosial

Salah satu tugas perkembangan masa anak yang penting adalah memperoleh latihan dan pengalaman pendahuluan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang yang lebih matang kedepannya Husdarta dan Kusmaedi, 2010: 118. Dasar untuk sosialisasi diletakkan dengan meningkatkan hubungan antara anak dengan teman sebayanya. Manfaat yang diperoleh peserta didik dengan diberikannya kesempatan untuk berhubungan sosial akan sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan hubungan sosial sebelumnya. Pola sosial yang terbentuk adalah meniru, kerja sama, simpati, empati, dukungan sosial, berbagi pengalaman dan perilaku yang akrab suatu benda atau orang lain.

b. Tugas Perkembangan Belajar

Pada masa peserta didik yang berusia 6-12 tahun, dunianya lebih banyak dihabiskan sekolah atau lingkungan sekitar. Dengan begitu, peserta didik akan lebih belajar dari luar. Beberapa tugas perkembangan belajar yang harus dikuasai oleh peserta didik adalah belajar keterampilan fisik, belajar pengembangan sikap, belajar berkawan dengan teman sebaya, belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki atau perempuan, belajar menguasai intelektual dasar, pengembangan konsep-konsep untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, pengembangan moral, pengembangan sikap terhadap lembaga atau kelompok sosial lainnya dan memiliki kemerdekaan pribadi yaitu dengan memilih ataupun merencanakan kegiatan yang baik dilakukan Hartinah, 2011: 46.

B. Penelitian yang Relevan

Pada bagian ini peneliti akan memaparkan beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dan relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang pertama berjudul “Peningkatan Minat Belajar Matematika Materi Perkalian dan Pembagian Metode Dictate DMP Siswa Kelas III SDN Banjarsari 01” yang ditulis oleh Roh Herni 2015. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar Matematika materi perkalian dan pembagian melalui metode dictate DMP pada siswa kelas III SDN Banjarsari 01 Tahun 20142015. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian menggunakan subjek siswa kelas III di SDN Banjarsari 01. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode dictate DMP. Dictate merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Dengan metode dictate DMP, pembelajaran Matematika pada materi Perkalian dan Pembagian peserta didik dapat berlatih menghafal dan mengulang kembali proses perekalian dan pembagian. Yang nantinya dengan penerapan metode dictate DMP 1 siswa lebih paham melalui latihan berulang-ulang, 2 siswa siap menggunakan keterampilannya karena sudah dibiasakan. Sehingga minat belajar siswa dalam pembelajaran Matematika dapat termotivasi dengan baik. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Dalam interaksi tersebut guru sebagai pengajar, sedangkan siswa sebagai individu yang belajar. Hasil penelitian ini adalah meningkatkan minat belajar siswa pelajaran Matematika materi perkalian dan pembagian, yaitu dengan metode dictate proses pembelajaran akan semakin aktif dan termotivasi untuk mencapai tujuan belajar siswa yang akhirnya minat belajar dapat tercapai. Penelitian yang kedua berjudul “Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika untuk Siswa Kelas III SD Materi Perkalian Berbasis Metode Montessori” yang ditulis oleh Vincentia Orisa Ratih Prastiwi 2016. Penelitian ini berawal dari penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran belum dimanfaatkan secara maksimal dan sebagian besar guru Sekolah Dasar masih menggunakan metode ceramah sehingga peran guru lebih aktif daripada siswa. Pemilihan metode pembelajaran harus tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa dan salah satu metode yang sesuai adalah metode Montessori. Metode Montessori merupakan salah satu metode yang membuat siswa aktif, mandiri, dan reflektif dalam proses pembelajara. Penelitian ini bertujuan untuk 1 mengembangkan alat peraga papan perkalian dan 2 mengembangkan fungsi alat peraga papan perkalian yang berkualitas sesuai dengan metode Montessori. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan Research and Development. Penelitian ini menggunakan subjek peserta didik kelas III di SD Kanisius Kenalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga papan perkalian Montessori memiliki lima ciri yaitu: 1 menarik, 2 bergradasi, 3 dapat digunakan siswa secara mandiri, 4 memiliki pengendali kesalahan, dan 5 kontekstual. Kualitas alat peraga ditunjukkan dari hasil validasi oleh alat peraga yang memperoleh skor 3,74 dalam kategori “sangat baik”. Hasil dari uji coba terbatas skor pre-test memperoleh rata-rata 49, sedangkan post-test memperoleh rata-rata 91,3. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan alat peraga. Sehingga dapat dikatakan bahwa alat peraga papan perkalian Matematika Montessori layak digunakan untuk proses pembelajaran di kelas. Penelitian ketiga berjudul “Pengembangan Media Komik Untuk Pembelajaran Bahasa Jawa Di Kelas III SD Negeri Tegalpanggung ” yang ditulis oleh Sri Puji Mulyani 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media komik yang layak untuk pembelajaran Bahasa Jawa materi menulis karangan deskripsi di kelas III SD Negeri Tegalpanggung. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan Research and Development. Penelitian menggunakan subjek siswa kelas III di SD Negeri Tegalpanggung. Teknik yang digunakan dalam penelitian adalah penyebaran angket kuesioner prapenelitian. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa produk pengembangan media komik pembelajaran Bahasa Jawa mendapatkan rata-rata 3,72 yang berarti termasuk dalam kategori “baik” dan layak untuk uji coba di lapangan. Relevansi dari ketiga penelitian di atas adalah pada penelitian penelitian 1, penelitian 2 dan penelitian 3 yang berkaitan tentang siswa kelas III SD. Penelitian penelitian 1 melakukan penelitian yang sama dengan penelitian 2 berhubungan dengan mata pelajaran Matematika, namun yang membedakan adalah penelitian penelitian 1 mata pelajaran perkalian dan pembagian sedangkan penelitian penelitian 2 hanya mata pelajaran perkalian serta pada penelitian 1 menekankan minat belajar dan penggunaan metode dictate DMP sedangkan penelitian 2 menekankan pada alat peraga pembelajaran dan penggunaan metode Montessori. Relevansi antara penelitian 2 dan 3 adalah jenis penelitian yang sama yaitu RD. Penelitian 3 mengembangkan media komik untuk pembelajaran bahasa Jawa. Dari relevansi ketiga penelitian di atas, maka kebaruan dalam penelitian adalah Matematika materi perkalian dan pembagian bilangan bulat menggunakan media komik untuk kelas III SD dengan menggunakan prototipe rancangan pembelajaran. Peneliti berharap agar prototipe komik Matematika yang dikembangkan oleh peneliti dapat membantu mempermudah peserta didik dalam mempelajari Matematika terutama materi perkalian dan pembagian bilangan bulat. Ketiga penelitian yang relevan tersebut, dapat digambarkan ke dalam sebuah bagan atau skema. Skema tersebut dimaksudkan untuk memberi gambaran mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. P Penelitian yang dilakukan Bagan 2.1 Skema Penelitian yang Relevan Penelitian 3 Mulyani 2015 “Pengembangan Media Komik untuk Pembelajaran Bahasa Jawa di Kelas III SD Negeri Tegalpanggung” Penelitian 1 Herni 2015 Penelitian 2 Orisa 2016 “Peningkatan Minat Belajar Matematika Materi Perkalian dan Pembagian Metode Dictate DMP Siswa Kelas III SDN Banjarsari 01 Tahun 20142015” “Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika untuk Siswa Kelas III SD Materi Perkalian Berbasis Metode Montessori” ” “ ” Pengembangan Prototipe Rancangan Pembelajaran Matematika Materi Perkalian dan Pembagian Bilangan Bulat Melalui Media Komik untuk Kelas III SD Ayu Ratna Kumalasari 2017

C. Kerangka Berpikir