serta kematangan cara berpikir dan bersikap. Husdarta dan Kusmaedi 2010: 52 mengatakan bahwa pada tahap anak besar Fase Late Chilhood atau pada masa
Sekolah Dasar, terjadi perkembangan koordinasi tangan dan mata lebih baik. Hal ini menyebabkan anak umur 8-9 tahun yang setara dengan anak SD kelas 3-4 SD
akan mudah belajar dengan benda konkret yang mudah ditangkap oleh panca indera mata dan peraba. Dengan begitu, anak mampu membuat konsep lebih
konkret daripada hanya sekedar membayangkan. Piaget dalam Dahar, 1989: 152 juga mengemukakan pendapatnya
mengenai perkembangan intelektual pada anak Sekolah Dasar yang dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu tahap sensori motor 0-2 tahun, pra-operasional 2-7
tahun, operasional konkret 7-11 tahun dan operasi formal 11 tahun ke atas. Anak usia kelas tiga SD termasuk ke dalam tahap operasional konkret dan sudah
mampu mengembangkan pikiran secara rasional. Artinya bahwa anak sudah mampu memiliki operasi-operasi logis dalam mengambil keputusan. Salah satu
faktor yang menunjang pekermbangan intelektual ini adalah kedewasaan yaitu perkembangan sistem saraf sentral, otak perkembangan kognitif serta koordinasi
motorik. Pengalaman fisik yang diterima anak sewaktu duduk di bangku Sekolah Dasar juga mempengaruhi perkembangan anak. Melalui pengalaman fisik secara
konkret, anak mampu mengembangkan pikirannya sehingga kemampuan berpikir menjadi lebih kompleks.
Kesimpulan mengenai karakteristik anak didik Sekolah Dasar kelas bawah menurut para ahli adalah bahwa anak Sekolah Dasar tingkat rendah yaitu kelas 1,
2 dan 3 koordinasi panca indera mata dan tangan meningkat lebih baik, sehingga mampu mengembangkan pikiran lebih rasional melalui pengamatan sesuatu yang
konkret sehingga ia akan mampu berpikir secara logis.
7. Tugas Perkembangan Masa Anak
a. Tugas Perkembangan Pribadi-Sosial
Salah satu tugas perkembangan masa anak yang penting adalah memperoleh latihan dan pengalaman pendahuluan yang dibutuhkan untuk menjadi
seorang yang lebih matang kedepannya Husdarta dan Kusmaedi, 2010: 118.
Dasar untuk sosialisasi diletakkan dengan meningkatkan hubungan antara anak dengan teman sebayanya. Manfaat yang diperoleh peserta didik dengan
diberikannya kesempatan untuk berhubungan sosial akan sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan hubungan sosial sebelumnya. Pola sosial yang terbentuk
adalah meniru, kerja sama, simpati, empati, dukungan sosial, berbagi pengalaman dan perilaku yang akrab suatu benda atau orang lain.
b. Tugas Perkembangan Belajar
Pada masa peserta didik yang berusia 6-12 tahun, dunianya lebih banyak dihabiskan sekolah atau lingkungan sekitar. Dengan begitu, peserta didik akan
lebih belajar dari luar. Beberapa tugas perkembangan belajar yang harus dikuasai oleh peserta didik adalah belajar keterampilan fisik, belajar pengembangan sikap,
belajar berkawan dengan teman sebaya, belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki atau perempuan, belajar menguasai intelektual dasar, pengembangan
konsep-konsep untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, pengembangan moral, pengembangan sikap terhadap lembaga atau kelompok sosial lainnya dan
memiliki kemerdekaan pribadi yaitu dengan memilih ataupun merencanakan kegiatan yang baik dilakukan Hartinah, 2011: 46.
B. Penelitian yang Relevan
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dan relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Penelitian yang pertama berjudul “Peningkatan Minat Belajar
Matematika Materi Perkalian dan Pembagian Metode Dictate DMP Siswa Kelas III SDN Banjarsari 01” yang ditulis oleh Roh Herni 2015. Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan minat belajar Matematika materi perkalian dan pembagian melalui metode dictate DMP pada siswa kelas III SDN Banjarsari 01
Tahun 20142015. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian menggunakan subjek siswa kelas III di SDN Banjarsari 01. Metode pembelajaran
yang digunakan adalah metode dictate DMP. Dictate merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telah dipelajari