Subjek 3 Profil Subjek Penelitian 1. Subjek 1
61
Subjek memandang keluarga adalah tempat yang baik untuk dirinya. Saat ini subjek tinggal bersama ibu dan ketiga kakaknya. Ayah dan ibu
subjek sudah lama bercerai sejak subjek berusia 1 tahun. Subjek memandang ibunya adalah orang yang baik, lembut, dan suka mengajak
anak-anaknya jalan-jalan ketika ada waktu luang dan ketika ada anggota keluarga yang sedang berulang tahun, sehari-hari ibu subjek bekerja
sebagai agen kacamata, subjek kerap menemani ibunya pergi ke rumah- rumah pelanggan yang membeli kacamata milik ibu subjek. Tetapi subjek
juga menganggap ibunya kerap memarahi dirinya, terlebih ketika subjek tidak mau belajar. Subjek mengaku bahwa ia sangat sayang pada ibunya.
Di sisi lain, subjek memandang ayahnya adalah orang yang jahat karena tidak pernah mengurus anak-anaknya dan orang tidak peduli dengan
keluarganya. Subjek mengaku tidak terlalu sering bertemu dengan ayahnya, ayah subjek hanya datang sesekali untuk meminta uang pada ibu
subjek. Subjek mengaku dirinya dilarang untuk bertemu ayahnya oleh ibu subjek, hal tersebut dikarenakan ayah subjek ingin membawa subjek pergi
ke Purwokerto rumah nenek dan kakek subjek. Selain relasi subjek dengan ayah dan ibunya, subjek juga memiliki
relasi yang dekat dengan ketiga kakaknya. Subjek merasa dirinya lebih dekat dengan kakak kedua, dibanding dengan kakak pertama dan ketiga.
Subjek merasa kakak keduanya lebih perhatian terhadap dirinya, hal tersebut terlihat dari sikap kakak subjek yang sering membawakan
62
makanan untuk subjek ketika ia pulang dari sekolah. Selain itu, ia juga sering membantu subjek ketika subjek mengalami kesusahan ketika
belajar dan melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu, menurut kakak pertama subjek kurang memperhatikan subjek karena kakak pertama
subjek disibukkan oleh kegiatan kuliah dan bekerja untuk membantu ibu subjek. Subjek sering merasa kesal dengan kakak ketiganya, kakak ketiga
subjek sering menganggu subjek dan sering membuat subjek menangis. Subjek menganggap kakak ketiganya adalah anak yang nakal.
Relasi subjek dengan teman-teman sekolahnya dapat dikatakan dekat, subjek mengatakan bahwa teman-teman perempuannya adalah teman-
teman yang baik dan suka menemani subjek. Namun, subjek memandang teman laki-laki adalah teman yang jahat, licik dan tidak bisa menjadi
panutan bagi teman-teman yang lain, subjek bercerita bahwa ketika di sekolah, teman laki-laki subjek banyak yang nakal dan sering membuat
teman yang lain menangis sehingga subjek tidak terlalu suka dengan teman-temannya yang berjenis kelamin laki-laki.
Dalam hal akademik, subjek merasa kesulitan mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh gurunya, menurut subjek pelajaran yang ia rasa berat
adalah Bahasa Jawa. Ibu subjek mengatakan bahwa subjek sangat susah bila diminta untuk belajar ataupun mengerjakan tugas. Subjek selalu
mencari alasan ketika ibunya meminta subjek belajar, seperti menangis atau mengeluh sudah merasa ngantuk. Ibu subjek mengatakan bahwa
63
dirinya sering diminta datang ke sekolah bertemu dengan wali kelas subjek karena prestasi akademik subjek yang terus menurun dan hampir
tidak naik kelas. Untuk mengatasi hal tersebut, ibu subjek memberikan les di luar jam sekolah subjek. Menanggapi hal demikian, ibu subjek
menyadari bahwa
dirinya tidak
dapat sepenuhnya
memantau perkembangan anak-anaknya karena kesibukan pekerjaan yang harus ia
jalani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam waktu dekat ini, ibu subjek berencana membuka warung makan di depan rumahnya untuk
menambah pendapatan keluarga. Kondisi keluarga subjek saat ini dapat dikatakan sudah lebih baik
menurut ibu subjek, terlebih secara ekonomi, saat ini ibu subjek dan keempat anaknya sudah menempati rumah sendiri. Sebelumnya mereka
tinggal di rumah kontrakan. Kedua kakak subjek yang sudah beranjak dewasa kian dapat membantu ibu subjek dalam hal mengurus rumah,
sebagai tempat berkeluh kesah ibu subjek, karena mereka sudah mulai mengerti kondisi keluarganya. Menurut ibu subjek, subjek sudah mulai
memahami kondisi keluarganya, tidak adanya kehadiran sosok ayah di rumah membuat subjek mengerti bahwa ia hanya tinggal bersama ibunya.
Pada saat subjek mulai bersekolah hingga ia duduk di kelas 1 SD, subjek sering menanyakan tetang ayahnya yang tidak pernah tinggal satu rumah
dengan mereka. Subjek mengaku sering merasa iri pada teman-teman subjek yang sering dijemput oleh ayahnya ketika pulang sekolah, jalan-
64
jalan dengan ayah, dan dibantu mengerjakan PR oleh ayahnya. Hal tersebut sering subek tanyakan kepada ibunya, terkadang subjek marah
dan meminta ibu subjek untuk mencari ayahnya agar ia dapat seperti teman-teman lainnya.
Bagi ibu subjek, menjelaskan tentang perceraian yang terjadi dalam rumah tangganya merupakan hal yang tidak mudah ia lakukan. Ibu subjek
berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan anak-anaknya baik secara fisik dan psikologis, tetapi ibu subjek mengaku hal tersebut susah dilakukan
karena ia terlalu sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga ketika ia tiba dirumah, waktu yang ada ia gunakan untuk
beristirahat.