Keluarga Bercerai Keluarga Dalam Berbagai Setting a. Keluarga Broken Home

25 sudah tidak mampu lagi mencari penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Lebih lanjut William 1985 berpendapat bahwa perceraian merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan, dengan demikian berhenti melaksanakan kewajiban perannya sebagai suami istri.

D. Perceraian Orang Tua 1. Pengertian

Perceraian merupakan suatu peristiwa perpisahan secara resmi antara pasangan suami istri dan mereka berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami istri. Mereka tidak lagi hidup dan tinggal bersama, karena tidak ada ikatan yang resmi. Mereka yang telah bercerai tetapi belum memiliki anak, maka perpisahan tidak menimbulkan dampak traumatis psikologis bagi anak-anak. Namun, mereka yang telah memiliki keturunan, tentu saja perceraian menimbulkan masalah psiko- emosional bagi anak-anak karena pada umunya perceraian merupakan hal yang menyakitkan bagi anak Amato, 2000; Olson DeFrain,2003. Menurut Dariyo 2003:160, perceraian merupakan titik puncak dari pengumpulan berbagai permasalahan yang menumpuk beberapa waktu sebelumnya dan jalan terakhir yang harus ditempuh ketika hubungan perkawinan itu sudah tidak dapat dipertahankan lagi. 26 Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perceraian merupakan perpisahan antara suami dan istri yang telah resmi secara hukum, terjadi karena adanya suatu masalah yang membuat sebuah pernikahan tidak dapat dipertahankan lagi. Perceraian membawa dampak tersendiri bagi anak dalam keluarga yang bercerai, pada umunya anak menilai bahwa perceraian kedua orang tua mereka adalah hal yang menyakitkan. Perceraian juga dapat menimbulkan masalah psiko-sosial pada anak.

2. Situasi Keluarga Setelah Perceraian

Pengaruh rumah tangga yang pecah pada hubungan keluarga bergantung pada banyak faktor, faktor penting diantaranya adalah penyebab perpecahan tersebut. Rumah tangga yang pecah karena perceraian dapat lebih merusak anak dan hubungan keluarga. Terdapat dua alasan. Pertama, periode penyesuaian terhadap perceraian lebih lama dan sulit bagi anak. Hozman dan Froiland menemukan bahwa kebanyakan anak melalui lima tahap penyesuaian, yaitu : penolakan terhadap perceraian, kemarahan yang ditunjukkan pada mereka yang terlibat dalam situasi tersebut, tawar menawar dalam usaha mempersatukan orang tua, depresi, dan akhirnya penerimaan perceraian. Kedua, perpisahan yang disebabkan perceraian merupakan hal yang serius, sebab hal tersebut cenderung membuat anak “berbeda” dalam mata kelompok teman sebaya Hurlock, 1978. Bila anak menyadari bahwa orang tua mereka tidak akan