Dinamika pemenuhan kebutuhan pada anak dengan orangtua bercerai dilihat dengan tes proyektif Children Apperception Test (CAT).

(1)

TUA BERCERAI DILIHAT DENGAN TES PROYEKTIF : CHILDREN

APPERCEPTION TEST (CAT)

Mandana Bintang Rahasti

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dinamika pemenuhan kebutuhan pada anak yang berasal dari keluarga bercerai. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan analisis tematik. Dalam analisis data, peneliti berada di bawah supervisi ahli untuk menjaga kredibilitas hasil tes. CAT dipilih karena dapat mengungkap dinamika internal seseorang. Penelitian ini melibatkan tiga orang subjek yang berusia 7 hingga 10 tahun dan orang tuanya bercerai. Pengambilan data diawali dengan wawancara tidak terstruktur, kemudian melakukan pengetesan CAT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek memiliki kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan untuk mendapatkan rasa aman, dan kebutuhan untuk mendapat perhatian dan pertolongan namun terhambat oleh keadaan orang tua yang berpisah, kondisi ibu yang bekerja, dan ancaman dari lingkungan sekitar sehingga menimbulkan konflik dalam diri subjek akibat adanya hambatan dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga menimbulkan perasaan ditinggalkan dan kurang dicintai oleh orang tua yang membuat upaya pemenuhan kebutuhan yang dilakukan cenderung tidak mengungkapkan keinginan secara langsung tetapi terwujud dalam perilaku tantrum, dan menggunakan mekanisme pertahanan diri yaitu proyeksi, represi.


(2)

THE DINAMIC OF BROKEN HOME’S CHILD NEEDS WHICH IS VIEWED

BY PROJECTIVE TEST: CHILDREN APPERCEPTION TEST (CAT) Mandana Bintang Rahasti

ABSTRACT

The reaserch is conducted to find the dynamic of broken home’s child needs. This research is using

kualitatif method with systematic analysis. In the data analysis the resercher is under the supervision of the experts to maintain the credibility of the test result. The CAT is being chosen for this research

because it could reveal someone’s internal dynamic. This research took three broken home children,

aged 7 to 10. The data collection is started with unstructured interview and then continued with the CAT. The result shows that broken home children needs are need the affection, the feeling of security, and the feeling of being attention and helped, however this is hampered by the condition of the parents who are divorced, the condition which the mother is working, and the threating from the society that rise the intern conflict of brokenhome children, as the effect of the barries to meet broken home children needs, which is causing the feeling of be abandoned and unloved by their parents that make

the needs fulfillment tends not reveal their need directly, yet it shows in their tantrum’s attitude, and the

using of self defense mekanism whis is known as projection, repression.


(3)

DINAMIKA PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA ANAK DENGAN ORANGTUA BERCERAI DILIHAT DENGAN TES PROYEKTIF :

CHILDREN APPERCEPTION TEST(CAT)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh : Mandana Bintang Rahasti

NIM : 119114079

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

i

DINAMIKA PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA ANAK DENGAN ORANGTUA BERCERAI DILIHAT DENGAN TES PROYEKTIF :

CHILDREN APPERCEPTION TEST(CAT)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh : Mandana Bintang Rahasti

NIM : 119114079

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN MOTTO

Happiness isn’t about getting what you want all of

the time


(8)

v

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

Empunya kehidupan Tuhan Yesus Kristus yang penuh kasih dan senantiasa mencurahkan segala cinta dan kasih dalam hidup ini. Jadilah padaku seperti yang

Kau ingini

Untuk keluargaku tercinta, Ayah, Ibu, Kak Bagas dan Adik bunga. Kalian adalah rasa syukur terbesar dalam hidup ini

Untuk teman-teman seperjuangan, calon psikolog hebat tetaplah berjuang mencapai apa yang kita inginkan. Perjuangan meraih gelar S.Psi yang penuh liku-liku dan kita


(9)

(10)

vii

DINAMIKA PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA ANAK DENGAN ORANGTUA BERCERAI DILIHAT DENGAN TES PROYEKTIF :

CHILDREN APPERCEPTION TEST(CAT)

Mandana Bintang Rahasti

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dinamika pemenuhan kebutuhan pada anak yang berasal dari keluarga bercerai. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan analisis tematik. Dalam analisis data, peneliti berada di bawah supervisi ahli untuk menjaga kredibilitas hasil tes. CAT dipilih karena dapat mengungkap dinamika internal seseorang. Penelitian ini melibatkan tiga orang subjek yang berusia 7 hingga 10 tahun dan orangtuanya bercerai. Pengambilan data diawali dengan wawancara tidak terstruktur, kemudian melakukan pengetesan CAT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek memiliki kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan untuk mendapatkan rasa aman, dan kebutuhan untuk mendapat perhatian dan pertolongan namun terhambat oleh keadaan orangtua yang berpisah, kondisi ibu yang bekerja, dan ancaman dari lingkungan sekitar sehingga menimbulkan konflik dalam diri subjek akibat adanya hambatan dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga menimbulkan perasaan ditinggalkan dan kurang dicintai oleh orangtua yang membuat upaya pemenuhan kebutuhan yang dilakukan cenderung tidak mengungkapkan keinginan secara langsung tetapi terwujud dalam perilaku tantrum, dan menggunakan mekanisme pertahanan diri yaitu proyeksi, represi.


(11)

viii

THE DINAMIC OF BROKEN HOME’S CHILD NEEDS WHICH IS VIEWED BY PROJECTIVE TEST:CHILDREN APPERCEPTION TEST (CAT)

Mandana Bintang Rahasti

ABSTRACT .

The reaserch is conducted to find the dynamic of broken home’s child needs. This research is using kualitatif method with systematic analysis. In the data analysis the resercher is under the supervision of the experts to maintain the credibility of the test result. The CAT is being chosen for this research because it could reveal someone’s internal dynamic. This research took three broken home children, aged 7 to 10. The data collection is started with unstructured interview and then continued with the CAT. The result shows that broken home children needs are need the affection, the feeling of security, and the feeling of being attention and helped, however this is hampered by the condition of the parents who are divorced, the condition which the mother is working, and the threating from the society that rise the intern conflict of brokenhome children, as the effect of the barries to meet broken home children needs, which is causing the feeling of be abandoned and unloved by their parents that make the needs fulfillment tends not reveal their need directly, yet it shows in their tantrum’s attitude, and the using of self defense mekanism whis is known as projection, repression.


(12)

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan curahan Roh Kudus sehingga memberi kemampuan pada penulis untuk menyelesaikan tulisan ini baik secara fisik, psikologis, maupun akal budi. Melalui tulisan ini penulis berharap kepada masyarakat, terutama pelaku dunia psikologi agar dapat memahami dinamika pemenuhan kebutuhan anak yang orangtuanya bercerai, sehingga nantinya dapat diperoleh langkah-langkah preventive untuk lebih memperhatikan keadaan psikologis anak. Juga bagi masyarakat dan orangtua untuk memahami berbagai kebutuhan anak, agar dapat mendukung kesejahteraan hidup anak.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada pribadi-pribadi yang luar biasa memberi dukungan, kritik, dan saran dan selalu sabar mendampingi penulis dalam menyelesaikan karya ini :

1. Bapak Carolus Wijoyo Adhinugroho ,M.Psi selaku dosen pembimbing yang senantiasa sabar dan setia membimbing penulis dari awal sampai selesainya karya ini. Tanpa bimbingan dan pertanyaan-pertanyaan dari bapak, mungkin tulisan ini tidak terarah.

2. Ibu Maria Herlina, M.Psi yang telah membimbing dan membantu saya dalam menganalisis data.

3. Bapak T.Priyo Widiatmo,.M.Psi selaku dekan Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma.


(14)

xi

4. Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi selaku dosen pembimbing akademik. Terimakasih banyak atas bantuan dan kesetiaan ibu dalam membimbing saya dari, dan setia mendengar cerita dan keluh kesah saya. Terimakasih bunda 5. Ibu Agnes Indar Etikawati, M.Psi, terimakasih banyak untuk waktu dan

bimbingan yang ibu berikan. Berbagi pengalaman dan memberikan masukkan dalam proses menyelesaikan karya ini.

6. Bapak Heri Widodo, M.Psi dan Ibu Titik, M.Psi terimakasih untuk segala bimbingan dan dukungan yang senantiasa Bapak Ibu berikan, terimakasih atas kesempatan yang Bapak Ibu berikan dengan mempercayakan saya untuk bergabung dan belajar memahami dan lebih mengenal dunia anak-anak di Kerang Mutiara.

7. Anugerah terindah Tuhan Yesus dalam hidup saya dengan mengirimkan saya ke keluarga Endi Haryono yang luar biasa nyaman. Terimakasih sudah memberi saya orangtua yang seperti malaikat. Ayah dan Ibu , terimakasih atas segala doa, dukungan dan bimbingan yang ayah dan ibu berikan untuk anakmu yang selalu ngeyel setiap disuruh makan dan minum air putih ini. Terimakasih untuk kesabaran dan segala pengertiannya, terlebih untuk kekhawatiran dan pertanyaan “jadinya lulus kapan?” yang selalu membuat anakmu ini merasa bersalah sekaligus termotivasi untuk berjuang lebih dan lebih lagi. Untuk dua saudaraku tersayang, kakak Bagas dan adik Bunga terimakasih pereda stress paling manjur, dengan tingkah-tingkah unik kalian,


(15)

xii

terimakasih untuk segala dukungan, pertengkaran, kasih sayang yang tiada habisnya. Sayang sekali sama kalian !

8. Untuk sahabat-sahabatku Lala, Lusi, Rani & Nedta terimakasih untuk persahabatan yang tak lekang oleh waktu ini. Terimakasih untuk kesetiaannya mendengar keluh kesah ku dalam berbagai hal

9. Untuk sahabat terkasih yang dipertemukan di Fakultas Psikologi tercinta ini. Endah Febiana Gunawan, Raysa Bestari Siniwi, Albertus Hari Novianto, Bayu Mahendra, Rhisang Sadewa, Nidia Gabriella, Adhimulya. Kehidupan perkuliahan terasa lebih indah berkat adanya kalian yang senantiasa berbagi keceriaan, cerita, dukungan, dan semua cerita yang membuat aku sangat bersyukur memiliki makhluk Tuhan seperti kalian.

10. Untuk teman-teman psikologi 2011 kelas B yang selalu aku rindukan walaupun kita dipisahkan saat semester 4. Kelas yang membuat aku nyaman dan berkembang. Teman-teman psikologi kelas D yang dipertemukan sejak semester 4 hingga semester akhir. Terimakasih

11. Adik-adik yang lucu dan baik hati, yang telah bersedia berbagi kepada kakak. Tanpa kalian kakak tidak bisa mengetahui lebih dalam mengenai sesuatu yang tidak seharusnya kalian alami di usia yang sangat dini ini. Juga kepada para orangtua adik-adik yang telah bersedia berbagi cerita.

12. Teman-teman bimbingan, Kartika Perwara, Agnes Wijaya, Emilia Pudar, Olivia Indah, bersama kalian semakin meyakinkan aku bahwa kita tidak


(16)

xiii

sedang berjuang sendirian. Selalu nyaman kalau cerita sama kalian terlebih tentang skripsi.

13. Untuk semua pihak yang senantiasa memberikan dukungan bagi penulis, anpa kalian penulis bukan siapa-siapa hihiterimakasih

Penulis menyadari bahwa peneliian ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran bagi penelitian ini.

Yogyakarta, 21 Maret 2016

Penulis,


(17)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiv

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR BAGAN... xvii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 10

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan ... 10

D. Manfaat ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 12

A. Kebutuhan ... 12

1. Pengertian Kebutuhan ... 12

2. Teori Kebutuhan Murray... 14

B. Anak ... 19

1. Pengertian Anak ... 19

2. Pengaruh Keluarga pada Anak... 20

3. Peran Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak ... 21


(18)

xv

C. Keluarga ... 23

1. Pengertian Keluarga ... 23

2. Keluarga Dalam Berbagai Setting... 24

a. KeluargaBroken Home... 24

b. Keluarga Bercerai... 24

D. Perceraian Orang Tua... 25

1. Pengertian Perceraian... 25

2. Situasi Keluarga Setelah Perceraian... 26

3. Dampak Perceraian Bagi Anak ... 27

E. Tes Proyektif ... 28

1. Pengertian Tes Proyektif ... 28

2. Children Apperception Test (CAT) ... 29

F. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan Pada Anak Dengan Orangtua Bercerai Dilihat Dengan Tes ProyektifChildren Apperception Test(CAT) ... 35

BAB III. METODELOGI PENELITIAN... 39

A. Jenis Penelitian... 39

B. Fokus Penelitian ... 40

C. Subjek Penelitian... 40

D. Metode Pengumpulan Data ... 41

E. Analisis Data ... 44

F. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 49

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 50

A. Pelaksanaan Penelitian ... 50

1. Proses Pengumpulan Data... 50

2. Proses Analisis Data... 52

B. Profil Subjek Penelitian ... 53

1. Subjek 1... 53

2. Subjek 2... 56


(19)

xvi

4. Kesimpulan Wawancara... 64

C. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan... 66

1. Subjek 1... 67

2. Subjek 2... 75

3. Subjek3... 80

D. Kesimpulan Dinamika Pemenuhan Kebutuhan ... 85

E. Pembahasan... 90

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran... 97

1. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 97

2. Bagi Orangtua ... 97

3. Bagi Psikolog dan Praktisi Anak... 97

DAFTAR PUSTAKA... 94


(20)

xvii

DAFTAR TABEL

TABEL 1. Jenis Kebutuhan Murray ... 15

TABEL 2. Deskripsi Respon Kartu CAT ... 31

TABEL 3. Hasil Tryout Pemilihan Kartu ... 43


(21)

xviii

DAFTAR BAGAN

BAGAN 1. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan Anak... 37

BAGAN 2. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan Subjek 1 ... 74

BAGAN 3. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan Subjek 2 ... 79

BAGAN 4. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan Subjek 3 ... 84


(22)

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keluarga adalah dua individu atau lebih yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain memiliki peran masing-masing untuk menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Salvicion & Celis, 1989). Keutuhan orang tua yaitu ayah dan ibu dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk mengembangkan diri (Schultz, Op.cit h.39).

Dalam sebuah keluarga, untuk mencapai perkembangan anak, mereka membutuhkan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman untuk berlindung pada orang tuanya. Bagi seorang anak, keluarga memiliki fungsi penting bagi kelangsungan hidup maupun dalam menemukan makna dan tujuan hidup (Mulyono, 1995), selain kebutuhan fisiologis, anak juga memiliki kebutuhan psikologis yang harus dipenuhi, kebutuhan tersebut antara lain adalah kebutuhan akan rasa cinta dan kasih sayang (Hurlock, 1976). Dengan adanya kasih sayang dari kedua orang tua akan menjadikan anak mempunyai rasa aman yang kemudian akan membuat anak merasa bahagia.


(24)

Anak juga memiliki kebutuhan mendapat pengakuan atas keberhasilan, apabila keberhasilan diberi pujian maka akan menambah motivasi anak untuk berbuat lebih baik lagi (Stevenson & Black, 1995).

Kebutuhan akan rasa aman juga sangat penting untuk dipenuhi. Anak yang mempunyai rasa aman akan melakukan berbagai aktivitas yang dapat menambah lajunya perkembangan fisik dan psikisnya. Hurlock (1976) mengatakan bahwa rasa aman yang utama adalah di rumah dan orang-orang di sekelilingnya. Dengan adanya rasa aman dari lingkungannya, maka anak akan melangkah keluar dengan rasa percaya diri. Studi terbaru mengatakan bahwa mengalami perceraian di masa kanak-kanak terkait dengan keterikatan tidak aman di masa dewasa awal (Brockmayer, Treboux, & Crowell, 2005). Di sisi lain, anak juga memiliki kebutuhan untuk mandiri, kebutuhan untuk mendapat kesempatan, kebutuhan untuk bermain, dan kebutuhan untuk bertanggungjawab (Hurlock, 1976).

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa keluarga memiliki fungsi sebagai tempat penyediaan kebutuhan dasar anak (Riddell, 1987: Andayani, 1998: Garbarino,1992; Zeitlin,1995) Seorang anak memiliki kebutuhan – kebutuhan tersebut dan mereka menjadikan ayah dan ibu sebagai figur untuk memenuhi kebutuhan mereka. Namun, tidak semua anak memiliki keluarga seperti harapannya yaitu keluarga yang utuh dan memberinya kebutuhan-kebutuhan dasar anak. Banyak bersoalan keluarga yang muncul dan memiliki dampak bagi anak dalam masa perkembangannya, contohnya


(25)

anak yatim piatu, anak yang tinggal bersama orang tua tiri, anak yang tinggal dengan keluarga dalam kondisi broken home, orang tua bercerai dan kondisi keluarga lainnya. Masalah-masalah dalam keluarga tersebut dapat menimbulkan masalah perilaku pada anak seperti masalah akademik, emosi, dan perilaku. Pada penelitian ini berfokus pada anak dengan orang tua bercerai, mereka dihadapkan pada situasi dimana keadaan orang tua terpisah dengan ketidakhadiran salah satu orang tua baik ayah maupun ibu. Ketika anak memiliki suatu kebutuhan namun tidak ada figur yang menjadi sumber pemenuhan kebutuhannya maka dapat menimbulkan suatu konflik pada diri anak, karena hidup dengan satu orang tua tentu membawa perubahan yang cukup berat bagi anak, ketidakhadiran figur ayah dapat membuat anak kehilangan sosok figur identifikasi dan otoritas, lain hal nya dengan ketikdakhadiran ibu membuat anak kehilangan figure afeksi (Colleta, 1987; Hetherington et al.,1978).

Murray mengatakan pemenuhan kebutuhan akan dihadapkan pada situasi press, ketika press itu berat maka anak cenderung merepres kebutuhan tersebut karena kapanpun ego merasa terancam oleh tekanan-tekanan yang tidak diinginkan, ia akan melindungi diri dengan cara merepres keinginan yang dimiliki oleh seorang anak untuk memenuhi kebutuhannya dan akan tersubtitusi sehingga membuat anak mencari sesuatu untuk menggantikan figur yang menjadi objek pemenuhan kebutuhan. Terdapat berbagai macam cara anak dalam pemenuhan kebutuhannya, anak dapat merepres dan


(26)

menekan sesuatu yang menjadi keinginannya, namun bisa saja anak melakukan agresi.

Menurut Murray (Hall&Lindzey, 2000) kebutuhan merupakan dorongan untuk mewujudkan tindakan tertentu. Setiap kebutuhan pada dasarnya menuntut suatu pemenuhan dan tingkah laku individu mengarah pada usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang muncul. Kebutuhan yang tidak dapat terpenuhi akan membuat individu merasa kecewa atau sakit hingga mengalami tekanan (Hall&Lindzey, 2000). Untuk itulah mengapa sangat penting memenuhi kebutuhan dasar yang dimiliki setiap individu pada setiap jenjangnya.

Maslow mengatakan (dalam Feist & Feist,2009), anak-anak lebih sering termotivasi oleh kebutuhan akan rasa aman karena mereka hidup dengan ketakutan akan gelap, binatang, orang asing dan hukuman dari orang tua. Menurut Lindgren (1980) kebutuhan pokok anak yaitu kebutuhan jasmaniah atau kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan untuk dimiliki dan kebutuhan untuk aktualisasi diri. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa setiap anak mempunyai kebutuhan untuk mendapatkan kasih sayang dari orang tua mereka dalam bentuk belaian, hadiah, perhatian, dan lain sebagainya. Seorang anak juga memiliki kebutuhan untuk mendapatkan rasa aman dan kebutuhan psikologis yang lainnya dari kedua orang tua mereka, tetapi karena ada hambatan yaitu perceraian orang tua maka akan terjadi interaksi yang berbeda dalam pemenuhan kebutuhan psikologis


(27)

akan kasih sayang, rasa aman, dan kebutuhan lain seperti kebutuhan akan pengakuan atas keberhasilan.

Anak tidak seperti orang dewasa yang dapat berpaling pada teman, penasehat, atau kerabat untuk mendapat dukungan atau saran, sedangkan anak tidak mendapat dukungan dari siapapun (Colle, 2004). Anak-anak seringkali terjebak dalam kesulitan, mereka tidak memiliki siapapun untuk menolong dan mendukung mereka, sepertinya tak seorang pun memahami tekanan yang mereka rasakan. Hal ini karena anak memerlukan dukungan dan kasih sayang dari orang tua, selain itu karena anak lebih tergantung pada orang tua dalam hal perasaan aman dan bahagia (Hurllock, 1999). Namun pada kenyataannya, perceraian membuat anak berada dalam posisi orang tua yang berpisah, anak mengalami perubahan dalam pola pemenuhan kebutuhan yang seharusnya ia dapatkan dari kedua orang tuanya. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik dalam diri anak. Horney (1939) berhipotesis bahwa masa kanak-kanak yang sulit bertanggung jawab penuh bagi kebutuhan-kebutuhan akan menghasilkan struktur karakter tertentu dalam perkembangannya. Dalam DSM IV (1994) edisi revisi, diungkapkan bahwa perceraian dapat menjadi fokus klinis yang perlu ditangani, yaitu sebagai masalah yang berkaitan dengan masalah perkembangan atau masalah yang berkaitan dengan lingkungan kehidupan seseorang. Peristiwa perceraian menimbulkan anak-anak merasa tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya (Dagun 2002).


(28)

Perceraian bukanlah suatu fenomena tunggal melainkan serangkaian proses yang dimulai sebelum perpisahan fisik dan berpotensial menjadi pengalaman stress dan menimbulkan efek psikologis yang buruk bagi anak (Papila, dkk 2008). Perceraian menimbulkan kurangnya kehangatan dan perhatian yang diberikan orang tua kepada anaknya sehingga menyebabkan anak tidak memiliki rasa aman dalam dirinya, hal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya konflik psikologis pada diri anak sehingga menyebabkan mereka menjadi depresi, cemas, putus asa, rendah diri karena harus kehilangan orang tua yang mereka cintai, anak dituntut untuk menghadapi situasi sulit tersebut (Papila, dkk, 2008).

Di Indonesia angka perceraian mencapai 10% dari jumlah perkawinan (Badan Pusat Statistik 2013) dan Media Online Indonesia tahun 2013 menyebutkan bahwa perceraian yang terjadi di Indonesia, yang paling banyak adalah gugatan dari pihak istri. Kasus perceraian di Kota Yogyakarta dalam kurun waktu 2 tahun terakhir mengalami peningkatan. Menurut data dari Kantor Pengadilan Agama Kota Yogyakarta, pada tahun 2012 tercatat 593 kasus percerian dan 652 kasus perceraian ditahun 2013.

Perceraian akan membawa resiko yang besar pada anak, baik dari sisi psikologis, kesehatan, maupun akademis (Rice & Dolgin, 2002). Banyak anak yang secara klinis dinyatakan mengalami depresi seiring dengan perceraian orang tua mereka (Stevenson & Black, 1995). Menurut Leslie (1967), reaksi anak terhadap perceraian orang tua sangat tergantung pada penilaian mereka


(29)

sebelumnya terhadap perkawinan orang tua mereka serta rasa aman di dalam keluarga.

Berdasarkan fenomena tersebut, penulis memiliki asumsi bahwa masalah perkembangan psikologis yang dialami anak pada orang tua yang bercerai dipicu karena adanya konflik dalam pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman sehingga membuat anak memiliki masalah dalam perilaku sosial. Asusmi tersebut berangkat dari penelitian Hetherington (2003) yang menyatakan bahwa hasil-hasil penelitian tentang perceraian banyak yang mengungkapkan bahwa anak ada keluarga yang bercerai beresiko tinggi mengalami masalah-masalah perkembangan psikologis, tingkah laku, sosial dan akademik, dibandingkan dengan keluarga dengan sepasang orang tua yang tidak bercerai.

Masalah dalam perilaku sosial, tingkah laku, akademik, dan masalah perkembangan psikologis terjadi karena terdapat kebutuhan psikologis yang tidak terpenuhi pada anak yang orang tuanya bercerai, umumnya anak menjadikan orang tua sebagai figur pemenuhan kebutuhan mereka, ketika figure tersebut hilang maka anak akan melakukan suatu tindakan sebagai wujud pemenuhan kebutuhan,dengan demikian anak merasa akan mendapatkan perhatian dari figure yang ia harapkan karena kebutuhan yang tidak terpenuhi akan membuat seseorang merasa kecewa dan sakit sehingga menimbulkan konflik dalam diri anak (Hall&Lindzey, 2000).


(30)

Berangkat dari hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dinamika dalam memenuhi kebutuhan psikologis yang dihadapi anak yang orang tuanya bercerai sehingga kita dapat mengetahui dinamika pemenuhan kebutuhan anak yang mengalami perceraian orang tua.

Dengan adanya dinamika internal yang terjadi dalam diri anak pasca perceraian orang tua maka untuk melihat dinamika reaksi anak dalam memenuhi kebutuhannya diperlukan sebuah tes proyektif, untuk itu penulis memilih tes proyektif Children Apperception Test (CAT). CAT dipahami dapat mengungkap mengenai dorongan-dorongan, emosi-emosi, dan konflik-konflik yang mendominasi kepribadian subyek standar (Abrams, 1993, 1995; Bellak & Siegel, 1989; Boekholt, 1993) sehingga CAT dipilih sebagai sarana untuk mengungkap dinamika konflik anak dalam usaha memenuhi kebutuhan mereka pasca parceraian orang tua karena tidak mudah mengungkap dinamika konflik dalam memenuhi kebutuhan anak hanya dengan wawancara.

Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa umumnya perceraian akan membawa resiko yang besar pada anak, baik dari sisi psikologis, kesehatan, maupun akademis (Rice & Dolgin, 2002). Penelitian yang dilakukan Amato dan Keith (dalam Stevenson & Black, 1995) yang mengungkapkan bahwa individu yang mempunyai pengalaman perceraian orang tua di masa kecilnya, memiliki kualitas hidup yang lebih rendah di masa dewasanya dibanding individu yang tidak memiliki pengalaman perceraian orang tua.


(31)

Berdasarkan jurnal-jurnal penelitian tentang perceraian yang berdampak pada anak, lebih banyak meneliti pada area remaja dan penelitian mengenai dampak kongkret perceraian pada anak belum cukup banyak dilteliti khususnya penelitian tentang dinamika pemenuhan kebutuhan anak dalam memenuhi kebutuhan pasca perceraian orang tua. Oleh sebab itu, penulis ingin mengetahui bagaimana dinamika anak dalam memenuhi kebutuhan mereka pasca perceraian orang tua ?


(32)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan paparan latar belakang permasalahan, maka dapat ditarik suatu pertanyaan yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

Bagaimana dinamika pemenuhan kebutuhan anak dalam memenuhi kebutuhan psikologis pasca perceraian orang tua?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika reaksi anak dalam memenuhi kebutuhan psikologis pasca perceraian orang tua.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat bagi orang tua

- Dapat mengetahui kondisi psikologis anak bila terjadi perceraian. Sehingga diharapkan orang tua lebih memahami dan senantiasa memenuhi kebutuhan anak baik secara fisik dan psikologis.

2. Manfaat bagi masyarakat umum

- Dapat mengetahui dinamika pemenuhan kebutuhan psikologis anak yang mengalami perceraian orang tua sehingga diharapkan masyarakat dapat menemukan langkah-langkah preventif untuk meminimalisir terjadinya konflik pada anak kendati orang tua bercerai.

3. Manfaat bagi bidang keilmuan


(33)

- Dapat menambah informasi mengenai hambatan-hambatan anak dalam memenuhi kebutuhan setelah orang tua bercerai


(34)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebutuhan (Needs) 1. Pengertian

Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau tindakan (Murray, 1996).

Setiap individu selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan tertentu untuk mempertahankan hidupnya. Kebutuhan tersebut menuntut adanya suatu pemenuhan agar tidak terjadi ketengangan batin dan konflik, sehubungan dengan hal tersebut setiap individu berusaha menyingkirkan semua rintangan yang menghambat proses pemenuhan kebutuhan. Seorang anak, memiliki macam-macam kebutuhan antara lain :

1. Cinta dan Kasih Sayang

Banyak cara untuk menyatakan cinta, dengan cara memberikan hadiah berupa materi maupun dengan belaian, ciuman atau kata-kata yang bersifat menghargai dan menyenangkan. Semua cara dapat ditempuh asalkan terdapat keseimbangan antara yang diucapkan dan yang diberikan baik materi maupun non materi. Pemberian kasih sayang


(35)

tentunya disesuaikan dengan perkembangan anak. Bila cara pemberian kasih sayang tidak diubah sesuai dengan perkembangan anak, maka hubungan antara orang tua dengan anak dapat melemah. Kasih sayang akan menjadikan anak mempunyai rasa aman yang kemudian akan mendatangkan kebahagiaan. John Bowbly (1907-1990) menjelaskan bahwa kekurangan kasih sayang ibu dapat menyebabkan kemarahan, penyimpangan perilaku, dan depresi.

2. Rasa aman

Kebutuhan rasa aman sangat penting untuk dipenuhi. Rasa aman ada bila terjadi hubungan yang menyenangkan dengan orang-orang di sekitarnya terlebih dengan orang tua. Rasa aman akan membawa anak kearah kebahagiaan dan menjadikan mereka memiliki penyesuaian diri yang baik terhadap orang-orang sekitar dan lingkungannya.

3. Pengakuan atas keberhasilan

Seorang anak membutuhkan perhatian dan pengakuan atas suatu keberhasilan yang telah ia raih untuk menambah motivasi anak dalam berbuat sesuatu yang lebih baik lagi.

4. Dorongan

Anak membutuhkan dorongan dari orang-orang disekelilinganya apabila ia tak mampu mengahadapi situasi atau masalah yang sedang ia alami.


(36)

Seorang anak seringkali merasa cemas dan takut jika ia kehilangan kasih sayang, perhatian, dan dukungan dari orang tuanya. Untuk mengatasi rasa takut pada anak, orang tua diharapkan mampu memenuhi kebutuhan kasih sayang sehingga hal tersebut dapat menguatkan unsur kepercayaan pada anak. Kepercayaan akan menumbuhkan rasa aman dan harga diri pada anak (Psikologi Anak h.140).

2. Teori Kebutuhan Murray

Henry Alexander Murray dapat dipandang sebagai salah satu tokoh psikologi yang paling bertumpu pada dinamika kebutuhan untuk menerangkan kepribadian. Menurut Murray, hakikat eksistensi manusia adalah memperoleh kesenangan dan menghindari kesakitan. Murray yakin bahwa setiap manusia didorong oleh upaya untuk mencapai equilibrium

atau keseimbangan keadaan tubuh (Bellak & Abrams). Adanya kebutuhan-kebutuhan menimbulkan kekuatan yang ada di dalam wilayah otak yang mengorganisasi tindakan, dan mengarahkan tindakan tersebut ke suatu arah tertentu.

Murray mengemukakan 5 kriteria untuk mengidentifikasi kebutuhan, yaitu :

1. Merupakan respons terhadap suatu objek atau sekelompok objek yang berfungsi sebagai stimulus.

2. Menyebabkan munculnya suatu perilaku


(37)

4. Adanya suatu respons emosional tertentu dalam perilaku tersebut 5. Ada tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu setelah seluruh

respons dilakukan

Kebutuhan sebagian besar dirangsang oleh kekuatan-kekuatan dari luar atau lingkungan (Thematic Apperception Test, 1993).

Murray mengatakan bahwa kebutuhan saling berhubungan satu dengan lainnya dalam berbagai cara, ada kebutuhan tertentu yang membutuhkan kepuasan sebelum kebutuhan lainnya. Ada kebutuhan yang berlawanan atau konflik dengan kebutuhan lainnya, ada kebutuhan yang menjadi bagian dari kebutuhan lainnya (Alwisol, 2007). Setiap kebutuhan pada dasarnya menuntut suatu pemenuhan. Murray mengatakan bahwa tingkah laku individu mengarah pada usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang muncul. Kebutuhan yang tidak dapat terpenuhi akan membuat individu merasa kecewa atau sakit hingga mengalami tekanan (Hall&Lindzey, 2000)

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Murray (Hall & Lindzey) menggolongkan kebutuhan psikologi menjadi 20 jenis, sebagai berikut: Tabel 1.Jenis Kebutuhan Murray

No Jenis Kebutuhan Pengertian 1. Need of Abasement

(sikap merendah atau tunduk)

Tunduk secara pasif terhadap kekuatan luar. Menerima perlakuan yang tidak adil, kritik, hukuman. Menyerah, sabar, menerima nasib. Menyalahkan dan meremehkan diri sendiri.


(38)

2. Need of Achievement (prestasi)

Menyelesaikan sesuatu yang sulit, mengatasi rintangan-rintangan dan mencapai standar yang tinggi, mengunggulkan diri, meningkatkan harga diri dengan menyalurkan bakat secara berhasil.

3. Need of Affiliation (kebutuhan untuk menjalin relasi dengan orang lain)

Kebutuhan untuk mendekatkan diri, bekerja sama dengan orang lain, membentuk persahabatan, ikut dalam kelompok-kelompok, serta pada orang lain.

4. Need of Aggresion (kebutuhan akan kekerasan atau menyerang)

Kebutuhan untuk mengatasi oposisi dengan kekerasan, berkelahi, membalas penghinaan, menghukum, melukai, membunuh, meremehkan, mengutuk, dan memfitnah. Menyerang pendapat orang lain, mempermainkan orang lain.

5. Need of Autonomy (kebutuhan untuk mandiri)

Kebutuhan untuk menjadi bebas, melawan paksaan atau hambatan, menghindari kekuasaan orang lain, mandiri, tidak terikat, menolak kelaziman. Berdiri sendiri dalam membuat keputusan, menghindari urusan, dan campur tangan orang lain.

6. Need of counteraction (kebutuhan untuk mengimbangi)

Kebutuhan untuk mempertahankan diri terhadap serangan, kritik, dan celaan. Menyembunyikan atau membenarkan perbuatan tercela, menyembunyikan kegagalan dan penghinaan.

7. Need of Defendance (kebutuhan untuk membela diri)

Kebutuhan untuk mempertahankan diri terhadap serangan, kritik, dan celaan. Menyembunyikan atau membenarkan perbuatan tercela, menyembunyikan kegagalan dan penghinaan.

8. Need of Deference (kebutuhan akan sikap hormat)

Kebutuhan untuk mengagumi dan menyongkong atasan. Memuji, menyanjung. Menyuruh orang lain memutuskan sesuatu mengenai dirinya, tunduk, menyesuaikan diri dengan harapan orang lain

9. Need of Dominance (kebutuhan untuk menguasai)

Kebutuhan untuk mengontrol orang lain, mempengaruhi dengan sugesti atau persuasi atau perintah, membuat orang lain mengerjakan apa yang


(39)

disuruhnya 10. Need of Exhibition

(kebutuhan untuk menonjolkan diri)

Kebutuhan untuk mengesankan, dilihat, dan didengar. Menjadi pusat perhatian, menonjolkan prestasi, menyatakan keberhasilanya.

11. Need of Harm Avoidance (kebutuhan akan menghindari bahaya)

Kebutuhan untuk menghindari rasa sakit, luka, penyakit, dan kematian. Melarikan diri dari situasi bahaya dengan melakukan tindakan pencegahan untuk melindungi diri.

12. Need of Inavoidance (kebutuhan akan menghindari rasa hina)

Kebutuhan untuk menghindari penghinaan, keluar dari situasi yang memalukan, kondisi yang bisa menimbulkan pelecehan.

13. Need of Nurturance (kebutuhan untuk merawat atau memelihara)

Kebutuhan untuk memberi simpati, membantu, melindungi, menyenangkan orang lain yang tidak berdaya, membantu orang dalam bahaya, untuk mengampuni, dan berlaku dermawan untuk orang lain. 14. Need of Order

(kebutuhan keteraturan)

Kebutuhan untuk berbuat secara teratur dengan perencanaan yang cermat sebelumnya.

15. Need of Playmirth (kebutuhan akan kesenangan)

Kebutuhan untuk bersenang-senang tanpa tujuan lain, tertawa.

16. Need of Rejection (kebutuhan penolakan)

Kebutuhan untuk melepaskan diri dari orang yang tidak disenangi. Mengucilkan, melepaskan, mengusir, tidak mempedulikan, menghina, atau memutus hubungan dengan obyek yang tidak dikehendaki.

17. Need of Sentience (kebutuhan akan rasa yang menyentuh)

Kebutuhan untuk mencari dan menikmati kesan yang menyentuh perasaan untuk memiliki dan menikmati keindahan, serta kesempurnaan abadi.


(40)

akan seks) melakukan hubungan seksual, memperoleh rangsangan fisik dan psikologis serta memuaskan libido.

19. Need of Succorance (Kebutuhan akan pertolongan dalam kesusahan)

Kebutuhan untuk mendapat kepuasan dengan memperoleh simpati dari orang lain, mendekat kepada pelindungnya untuk dinasihati, dan dimaafkan, membuat orang lain mengerti dan membantu dirinya. 20. Need of Understanding

(Kebutuhan akan pemahaman)

Kebutuhan untuk

menanyakan atau menjawab pertanyaan umum, tertarik pada teori, memikirkan merumuskan, menganalisis, dan menggenalisir untuk memahami apa saja fenomena yang merangsang dirinya.

Selain kebutuhan (need) aspek lain dalam teori Murray adalah press. Press adalah faktor-faktor eksternal dalam kehidupan seorang manusia yang berupa situasi, objek dan/atau orang. Jika kebutuhan berasal dari dalam diri individu, maka press berasal dari luar diri individu. Setiap

press mempuyai potensi tertentu. Potensi press adalah apa yang dapat dilakukan/berpengaruh pada individu (Thematic Apperception Test, 1993). Kebutuhan manusia berasal dari kesadarannya namun sebagian berasal dari ketidaksadarannya. Upaya pemenuhan kebutuhan akan membentuk suatu kepribadian karena adanya bantuan atau hambatan dari lingkungan. Terdapat beberapa kebutuhan yang terpenuhi, namun terdapat pula kebutuhan yang terhambat oleh press.


(41)

B. Anak

1. Pengertian Anak

Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan yakni kira-kira usia 2 tahun sampai anak matang secara seksual kira-kira 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria (Hurllock, 1999).

Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang terjadi pada masa kanak-kanak seperti perkembangan emosi, bahasa, dan sosial, anak juga memiliki pemahaman dan persepsi yang terbatas mengenai dunia (Aziz, 2005).

Anak adalah individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan, anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain, sesuai dengan usia tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual ( Hurlock, 1999).

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa masa kanak-kanak adalah peralihan dari masa bayi ke masa remaja, dimana didalamnya penuh ketergantungan pada orang lain terutama ketergantungan dengan orang tua. Anak juga memiliki kebutuhan yang berbeda pada setiap tahap perkembangannya.


(42)

Penelitian ini berfokus pada anak yang berada pada rentang usia 7-10 tahun, menurut perkembangan anak pada usia ini termasuk dalam masa pertengahan dan akhir anak-anak (Hurlock, 1999).

2. Pengaruh Keluarga pada Anak

Betapa luasnya pengaruh keluarga pada anak dan perkembangannya (Hurlock, 1978). Sumbangan keluarga terhadap perkembangan anak antara lain :

a. Perasaan aman karena menjadi anggota kelompok yang stabil b. Orang-orang yang dapat diandalkannya dalam memenuhi

kebutuhan fisik maupun psikologis

c. Sumber kasih sayang dan penerimaan, yang tidak terpengaruh oleh apa yang mereka lakukan

d. Bimbingan dalam pengembangan pola perilaku yang disetujui secara sosial

e. Orang-orang yang dapat diharapkan bantuannya dalam memecahkan masalah yang anak hadapi

f. Perangsang kemampuan untuk mencapai keberhasilan di sekolah dan kehidupan sosial

Tidak setiap jenis keluarga memberi semua sumbangan tersebut, demikian pula tidak semua anggota keluarga sama sumbangannya. Pada


(43)

anak yang kedua orang tuanya bercerai tentu ia tidak mendapatkan sembangan itu sepenuhnya dari kedua orang tua.

3. Peran Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak

Keutuhan orang tua yaitu ayah dan ibu dalam satu keluarga sangat dibutuhkan agar pengaruh arahan, bimbingan, dan system nilai yang direalisasikan orang tua senantiasa tetap dihormati dan mewarnai pola perilaku anak (Shochib, 1998).

Orang tua mempunyai fungsi dan peranan besar dalam perkembangan seorang anak. Melalui keluarga anak memperoleh bimbingan, pendidikan, dan pengarahan untuk mengembangkan dirinya sendiri (Gunarsa, 1993).

Hurlock (1999) mengatakan bahwa anak lebih tergantung pada orang tua dalam hal perasaan aman dan bahagia, maka hubungan buruk dengan orang tua akan berakibat sangat buruk. Hubungan buruk dengan orangtua merupakan hal yang serius karena dapat mengurangi perasaan aman, tetapi akan lebih parah apabila hubungan itu putus karena perceraian, karena akan mempengaruhi perubahan dalam hidup mereka.


(44)

4. Kebutuhan dasar anak

Menurut Lindgren (1980) kebutuhan anak dibedakan menjadi 4 aspek, yaitu :

a. Kebutuhan jasmaniah

Kebutuhan yang berkaitan dengan perkembangan fisik yang bersifat individual, seperti, kebutuhan makan dan minum. Maslow menyebut kebutuhan ini sebagai kebutuhan fisiologis.

b. Kebutuhan untuk mendapat perhatian dan kasih sayang.

Kebutuhan ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memiliki. Pada umumnya kasih sayang didapatkan dari orang tua melalui pujian, belaian, dan ekspresi lain yang menunjukkan rasa cinta, bila anak mendapatkan kasih sayang yang cukup maka anak dapat merasa aman dan mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

c. Kebutuhan untuk memiliki

kebutuhan untuk memiliki seperti mencari teman, atau memiliki pengangan pada orang lain.

d. Kebutuhan untuk aktualisasi diri


(45)

C. Keluarga 1. Pengertian

Keluarga adalah dua individu atau lebih yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain memiliki peran masing-masing untuk menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Salvicion & Celis, 1989).

Menurut Koener dan Filtzpatrick (2004), definisi tetang keluarga setidaknya dapat ditinjau berdasarkan tiga sudut pandang yaitu :

a. Definisi Struktural

Definisi ini memfokuskan pada siapa yang menjadi bagian dari keluarga. Dari perspektif ini dapat muncul pengertian tentang keluarga sebagai asal usul, keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan.

b. Definisi Fungsional

Keluarga didefinisikan dengan penekanan pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial yaitu mencakup perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan materi, dan pemenuhan peran-peran tertentu

c. Definisi Transaksional

Keluarga didefinisikan sebagai kelompok yang mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang memunculkan rasa


(46)

identitas sebagai keluarga berupa ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan. Berfokus pada bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya.

Keluarga merupakan sebuah kelompok yang terjadi karena hubungan perkawinan, dan hidup bersama menjalani peran masing-masing. Dalam sebuah keluarga, interaksi antar anggota keluarga terutama ayah dan ibu sangat mempengaruhi perkembangan anak.

2. Keluarga Dalam Berbagai Setting a. KeluargaBroken Home

Ulwan (2000) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan keluarga broken home adalah keluarga yang mengalami disharmonis antara ayah dan ibu.

Atriel (2008) mengatakan bahwa keluarga broken home

merupakan suatu kondisi keluarga yang tidak harmonis dan orang tua tidak lagi dapat menjadi teladan yang baik bagi anak-analnya. Terjadi keributan yang terus menerus dalam keluarga. Kondisi keluarga yang tidak harmonis ini akan memberikan dampak terhadap perilaku anak.

b. Keluarga Bercerai

Menurut Hurllock (1993) perceraian merupakan kulminasi dari penyesuaian perkawinan yang buruk dan terjadi bila antara suami istri


(47)

sudah tidak mampu lagi mencari penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak.

Lebih lanjut William (1985) berpendapat bahwa perceraian merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan, dengan demikian berhenti melaksanakan kewajiban perannya sebagai suami istri.

D. Perceraian Orang Tua 1. Pengertian

Perceraian merupakan suatu peristiwa perpisahan secara resmi antara pasangan suami istri dan mereka berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami istri. Mereka tidak lagi hidup dan tinggal bersama, karena tidak ada ikatan yang resmi. Mereka yang telah bercerai tetapi belum memiliki anak, maka perpisahan tidak menimbulkan dampak traumatis psikologis bagi anak-anak. Namun, mereka yang telah memiliki keturunan, tentu saja perceraian menimbulkan masalah psiko-emosional bagi anak-anak karena pada umunya perceraian merupakan hal yang menyakitkan bagi anak (Amato, 2000; Olson & DeFrain,2003).

Menurut Dariyo (2003:160), perceraian merupakan titik puncak dari pengumpulan berbagai permasalahan yang menumpuk beberapa waktu sebelumnya dan jalan terakhir yang harus ditempuh ketika hubungan perkawinan itu sudah tidak dapat dipertahankan lagi.


(48)

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perceraian merupakan perpisahan antara suami dan istri yang telah resmi secara hukum, terjadi karena adanya suatu masalah yang membuat sebuah pernikahan tidak dapat dipertahankan lagi. Perceraian membawa dampak tersendiri bagi anak dalam keluarga yang bercerai, pada umunya anak menilai bahwa perceraian kedua orang tua mereka adalah hal yang menyakitkan. Perceraian juga dapat menimbulkan masalah psiko-sosial pada anak.

2. Situasi Keluarga Setelah Perceraian

Pengaruh rumah tangga yang pecah pada hubungan keluarga bergantung pada banyak faktor, faktor penting diantaranya adalah penyebab perpecahan tersebut. Rumah tangga yang pecah karena perceraian dapat lebih merusak anak dan hubungan keluarga. Terdapat dua alasan. Pertama, periode penyesuaian terhadap perceraian lebih lama dan sulit bagi anak. Hozman dan Froiland menemukan bahwa kebanyakan anak melalui lima tahap penyesuaian, yaitu : penolakan terhadap perceraian, kemarahan yang ditunjukkan pada mereka yang terlibat dalam situasi tersebut, tawar menawar dalam usaha mempersatukan orang tua, depresi, dan akhirnya penerimaan perceraian. Kedua, perpisahan yang disebabkan perceraian merupakan hal yang serius, sebab hal tersebut cenderung membuat anak “berbeda” dalam mata kelompok teman sebaya (Hurlock, 1978). Bila anak menyadari bahwa orang tua mereka tidak akan


(49)

bersatu kembali maka mereka akan bersedih hati dan mengalihkan kasih sayang mereka pada orang tua yang masih ada atau tinggal bersama mereka. Selain itu, peran ganda yang harus dijalankan salah satu orang tua pasca terjadinya perceraian juga merupakan hal berat bagi salah satu orang tua. Apabila yang terjadi adalah ketiadaan ayah, peran ibu menjadi bertambah yaitu sebagai pencari nafkah dan mengasuh anak, padahal keluarga memiliki banyak fungsi yang harus diemban (Hendi, dkk. 2001:45)

3. Dampak perceraian bagi anak

Pada umumnya, respon seorang anak pada perceraian adalah rasa marah, takut, depresi, dan merasa bersalah (Hetherington, 1978). Tanggapan anak kecil atas perceraian ditengahi oleh keterbatasan kompetensi kognitif dan sosial mereka, ketergantungan mereka terhadap orang tuanya (Hetherington,dkk, 1989). Proses perceraian bagi anak merupakan masa dimana anak mengalami pengalaman disakiti atau mendapat perlakuan tidak adil dari diri sendiri ataupun orang lain. Dalam DSM IV (1994) edisi revisi, jelas diungkapkan bahwa perceraian dapat menjadi fokus klinis yang perlu ditangani, yaitu sebagai masalah yang berkaitan dengan tahap perkembangan atau masalah yang berkaitan dengan fokus hidup seseorang.

Hetherington (2003) menyatakan bahwa hasil-hasil penelitian tentang perceraian banyak yang mengungkapkan bahwa anak pada


(50)

keluarga yang bercerai beresiko tinggi mengalami masalah-masalah perkembangan psikologis, tingkah laku, sosial, dan akademik, dibandingkan dengan keluarga dengan sepasang orang tua yang tidak bercerai.

Perceraian membawa dampak tersendiri bagi anak, anak merasa takut, depresi, marah, dan merasa bersalah. Disisi lain perceraian dapat juga melepaskan anak-anak dari konflik perkawinan. Banyak anak yang berasal dari keluarga bercerai menjadi individu-individu yang berkompeten. Pada umunya reaksi anak terhadap perceraian tergantung pada kondisi keluarga sebelum bercerai.

E. Tes Proyektif

1. Pengertian Tes Proyektif

Metode proyektif dikemukakan oleh Kurt Lawrence Frank pada tahun 1948, yang terdiri atas 5 kategori sebagai berikut :

a. Teknik Konstitutif (menyusun) : materi belum terstruktur, subyek diminta untuk memberi struktur. Contoh : tes wartegg, tes ro, tes finger print.

b. Teknik Konstruktif (membentuk) : materi belum berbentuk, subyek diminta untuk membentuk. Contoh : tes mozaik


(51)

c. Teknik Interpretative (menginterpretasi) : subyek diminta menginterpretasikan materi. Contoh : TAT, CAT, SAT d. Teknik Katartik : fungsinya saat subyek merespon terjadi

pengurangan-penerangan hambatan-hambatan psikis. Contoh : tes mozaik.

e. Teknik Refraktif/ekspresif : subyek diminta

mengekspresikan kebutuhan, sentiment, dan hal lain yang ada pada dirinya. Contoh : tes grafif, tes bender gestalt, grafologi.

Pengkategorian ini di dasarkan pada jenis respons yang ditimbulkan oleh metode masing-masing.

Tes proyektif adalah alat untuk mengungkap motif, nilai, keadaan emosi, need yang sukar diungkap dalam situasi wajar dengan cara individu memproyeksikan pribadinya melalui objek diluar individu.

2. Children Apperception Test (CAT)

Children Apperception Test dikembangkan oleh Bellak pada awal tahun 1950 (Bellak & Bellak, 1949; Bellak, 1954). Children Apperception Test (CAT) adalah metode proyektif atau yang sering kita sebut metode apersepsi tentang investigasi kepribadian melalui pembelajaran dinamika kebutuhan individu didalam persepsi melalui stimulus yang standar (Abrams, 1993a, 1995; Bellak & Siegel, 1989;


(52)

Boekholt, 1993). Apersepsi adalah interpretasi yang bermakna atau mempunyai nilai individual yang khas, sehingga apa yang ditangkap sudah merupakan sesuatu yang bermakna individual (meaningfulness) (Prihanto, 1993). CAT secara khusus dirancang untuk digunakan pada anak-anak usia 3 sampai 10 tahun (Bellak, 2003). CAT dirancang untuk memahami dinamika anak-anak dalam menghadapi masalah-masalah dalam perkembangannya, memfasilitasi pemahaman tentang hubungan anak dengan tokoh-tokoh penting bagi anak. Gambar CAT digunakan untuk membangkitkan fantasi yang berkaitan dengan masalah aktivitas oral, persaingan saudara, hubungan anak dan orang tua, aggresi, toilet training, dan berbagai pengalaman masa kecil lainnya yang berdasarkan pada teori psikoanalisis, namun, terdapat modifikasi manusia atas tes ini (CAT-H) untuk digunakan pada anak yang lebih tua, terutama anak-anak yang berada di atas usia 3 tahun. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara CAT dan CAT-H. Pada penelitian ini, subjek penelitian adalah anak yang berusia 7 sampai 10 tahun, maka kartu yang digunakan adalah CAT-H. CAT dianggap mampu mengungkap aspek-aspek kepribadian pada anak, terutama mengungkap kebutuhan anak.

Tidak mudah untuk mengungkap kebutuhan psikologis anak dengan cara wawancara, oleh sebab itu peneliti menggunakan alat tes psikologi untuk mengungkap kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan anak yang orang


(53)

tuanya bercerai. Mengingat banyaknya hasil-hasil penelitian yang menyebutkan bahwa anak yang orang tuanya bercerai memiliki masalah psikologis di tahapan perkembangannya (Astone & McLanahan, 1991). Deskripsi dan respon khas pada setiap gambar :

Tabel 2 Deskripsi Kartu CAT

Kartu 1 Beberapa anak duduk disekitar meja dimana terdapat banyak

makanan pada meja tersebut.

Respon yang biasa muncul adalah permasalahan tentang makan,

menjadi cukup atau tidak cukup diberi makan oleh salah satu

orang tua. Tema persaingan antar saudara juga kerap muncul

jika salah satu mendapat makanan yang lebih. Makanan dilihat

sebagai hadiah, pengurangan dilihat sebagai hukuman. Pada

kartu ini mengungkap masalah umum yang berkaitan dengan

oralitas.

Kebutuhan yang muncul pada kartu ini adalah kebutuhan oral,

kebutuhan untuk mendapatkan makanan (kebutuhan fisiologis).

Kartu 2 Terdapat seorang menarik tali dari satu sisi, di sisi yang lain

terdapat sosok dewasa dan seorang anak kecil manarik tali

tersebut.

Kartu ini mengungkap tentang identifikasi anak terhadap figure

yang dapat diajak bekerja sama di antara ayah atau ibu, masalah

yang berkaitan dengan ketakutan akan agresi, sikap agresi anak


(54)

Kartu 3 Terdapat sosok lelaki duduk di kursi dengan tongkat dan pipa.

Pada sebelah kanan terdapat seorang anak kecil duduk dilantai.

Sosok lelaki yang duduk di kursi pada umumnya dipandang

sebagai figure ayah yang dilengkapi symbol pipa dan tongkat.

Anak yang duduk dilantai dipandang sebagai anak-anak. Kartu

ini mengungkap mengenai konflik antara pemenuhan kebutuhan

dan otonomi. Selain itu, pada kartu ini dapat mengungkap

pandangan seseorang terhadap figure ayah. Kebutuhan yang

sering muncul pada kartu ini adalah kebutuhan agresi,

kebutuhan untuk merasa bebas.

Kartu 4 Seorang wanita dewasa menggendong bayi dengan membawa

keranjang berisi botol susu. Dibelakang wanita yang sedang

menggendong bayi tersebut, terdapat seorang anak sedang naik

sepeda.

Kartu ini mengungkap tentang “sibling rivalry”, hubungan

antara ibu-anak, dan keinginan untuk mandiri dan berkuasa.

Kebutuhan yang terungkap adalah kebutuhan untuk merasa

bebas (autonomy), kebutuhan untuk agresi.

Kartu 5 Ruangan gelap dengan tempat tidur besar di latar belakang,

sedangkan di latar depan terdapat dua bayi didalam tempat tidur

box.

Kartu ini mengungkap tentang pengalaman dirumah, hal yang


(55)

keterlibatan emosi pada anak.

Kartu 6 Gua gelap dengan dua orang dewasa diuraikan di latar belakang,

sedangkan terdapat seorang anak berbaring di latar depan.

Kartu ini mengungkap tentang perasaan cemburu dengan orang

tua

Kartu 7 Terdapat seorang bertubuh besar dan kekar hendak menangkap

seorang anak kecil.

Kartu ini mengungkap hal yang berkaitan dengan tingkat

kecemasan anak yang berkaitan dengan adanya agresi.

Kartu 8 Dua orang wanita dewasa duduk di sofa sambil memegang

secangkir teh. Wanita dewasa satunya duduk di kaki bantal

sambil berbicara dengan seorang anak.

Kartu ini mengungkap hal yang berkaitan dengan tingkat

kecemasan anak yang berkaitan dengan adanya agresi.

Kartu 9 Ruangan gelap yang terlihat melalui pintu yang terbuka ruang

menyala. Di ruangan gelap tersebut terdapat seorang anak yang

berada ditempat tidur sedang duduk sambil melihat kearah

pintu.

Kartu ini mengungkap ketakutan akan kegelapan, ketakutan

akan kesendirian, dipisahkan oleh orang tua, rasa ingin tahu

yang besar mengenai sesuatu hal yang terjadi.

Kartu 10 Seorang anak kecil berada di atas kaki seorang wanita dewasa.


(56)

Kartu ini mengungkap tentang kedisiplinan dan hukuman.

Mengutamakan mengenai konsep moral pada anak.

Administrasi CAT pada umumnya harus memperhitungkan masalah umum dari pengujian anak. Hubungan baik (rapport) perlu dibentuk sebelum dilaksanakannya tes. Bila memungkinkan, CAT harus disajikan sebagai permainan, bukan sebagai sebuah tes atau ujian. Untuk instruksi yang sebenarnya adalah memberitahu anak bahwa mereka dan administrator tes akan terlibat dalam sebuah permainan dimana anak harus memberitahu apa yang terjadi pada gambar yang diperlihatkan. Pada titik yang sesuai, anak akan diminta memberitahukan apa yang terjadi dalam cerita sebelumnya, dan apa yang akan terjadi selanjutnya. Setelah membuat cerita pada semua gambar yang disajikan, administrator tes menanyakan tetang poin spesifik mengenai nama tokoh pada cerita, tempat kejadian, umur, jenis kelamin dan sebagainya. Tujuan awal dari tes CAT adalah untuk melihat need dan press seseorang. Bellak memasukkan 10 kategori analisis untuk skoring alat tes ini, yaitu : tema utama, deskripsi tokoh utama, kebutuhan tokoh utama, konsepsi akan lingkungan, konsepsi akan orang sekitar, konflik utama, kecemasan, mekanisme pertahanan diri, manifestasi super ego, dan integrasi ego. Melalui 10 kategori ini, tester atau administrator tes dapat mengetahui pola pikir subjek, konflik yang dialami subjek, cara penyelesaian masalah, kecemasan, dan mekanisme pertahanan diri subjek (Bellak & Abrams, 1997).


(57)

F. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan Pada Anak Dengan Orang tua Bercerai Dilihat Dengan Tes ProyektifChildren Apperception Test(CAT)

Keluarga merupakan faktor utama yang dibutuhkan dalam membantu anak untuk mengembangkan diri. Untuk mencapai perkembangan dalam keluarga, anak membutuhkan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman untuk berlindung pada orang tuanya. Selain memiliki kebutuhan fisiologis, anak juga memiliki kebutuhan psikologis untuk dipenuhi dan anak menjadikan orang tua sebagai sumber pemenuhan kebutuhan mereka. Seorang anak yang tinggal bersama keluarga lengkap akan lebih mudah mengungkapkan keinginan mereka ketika mereka ingin dicintai dan diberi perlindungan oleh orang tua. Ketika anak memiliki kebutuhan unuk mendapatkan dukungan, maka orang tua akan memberikan motivasi pada anak untuk berbuat lebih baik lagi. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga memiliki fungsi sebagai tempat penyediaan kebutuhan dasar anak. Namun akhir-akhir ini kasus perceraian semakin banyak terjadi dalam kehidupan masyarakat, tidak jarang anak menjadi sosok yang tersakiti dari kasus perceraian orang tua.

Perceraian yang terjadi pada sebuah keluarga akan membawa dampak pada seluruh anggota keluarga, terlebih bagi anak dalam keluarga tersebut. Pada umumnya perceraian akan membawa resiko yang besar pada anak, baik dari sisi psikologis, kesehatan, maupun akademis. Banyak anak yang secara


(58)

klinis dinyatakan mengalami depresi seiring dengan perceraian orang tua mereka (Stevenson & Black, 1995). Seorang anak yang mengalami perceraian orang tua akan mengalami masalah perkembangan bila dibandingkan dengan anak yang memiliki orang tua lengkap (Angel & Worobey, 1988; Strohschei, 2005; Tucker et al.,1997) sama dengan itu, seorang anak yang mengalami perceraian orang tua juga mengalami penurunan prestasi akademik (Astone & McLanahan, 1991; Wolfinger, Kowaleski-Jones, & Smith, 2003). Anak-anak belum dapat memahami secara pasti kondisi keluarga yang berubah setelah terjadinya proses perceraian, dibutuhkan suatu penyesuaian terhadap kondisi keluarga pasca terjadinya perceraian. Hidup dengan satu orang tua tentu membuat kondisi keluarga tidak seimbang. Anak merasa kehilangan rasa aman dalam keluarga. Anak tidak dapat mengungkapkan perasaan yang ia rasakan kepada orang disekitarnya, tidak seperti orang dewasa yang mampu mencurahkan perasaan pada orang yang berada di dekatnya. Dalam perceraian, anak menjadi korban, sehingga kebutuhan-kebutuhan anak menjadi kurang atau bahkan tidak terpenuhi. Contohnya kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan kasih sayang, dan kebutuhan-kebutuhan lain. Kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi akan membuat individu mengalami kecemasan terlebih ketika individu tersebut mengalami suatu fase yang membuat ia tertekan. Berbagai reaksi anak untuk memenuhi kebutuhan pasca perceraian orang tua dapat di ungkap melalui tes proyektif yaitu tes Children Apperception Test(CAT).


(59)

Kebutuhan dasar anak : Kasih Sayang

Rasa Aman Dorongan

Orang tua Ayah dan Ibu

Kasih sayang Belaian,

pujian, materi, non

materi

Rasa aman Dilindungi, percaya diri

Motivasi, bantuan

Keluarga sebagai tempat pemenuhan kebutuhan dasar anak

Perceraian orang tua

Ayah dan Ibu hidup terpisah

Kebutuhan kasih sayang tidak optimal Rasa tidak aman

Dukungan minim

Bagaimana dinamika pemenuhan kebutuhan anak?

Children Apperception Test (CAT)


(60)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian Kualitatif

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Bodgan dan Taylor (Moelog, 2000) mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai suatu metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diminati.

Penelitian kualitatif berawal dari asumsi dan pandangan umum, kemudian dikembangkan kepada rasa ingin tahu terhadap pengertian individu atau sekelompok orang yang menggambarkan masalah kemanusiaan atau sosial (Creswell, 2007). Metode kualtitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode naratif karena berfokus pada cerita yang dituturkan oleh individu (Creswell, 2007).

Pada penelitian ini peneliti menggunakan tes proyektif CAT sebagai alat pengumpulan data. CAT merupakan salah satu jenis tes proyektif yang dapat mengungkap aspek-aspek kepribadian pada anak, terutama untuk mengungkap kebutuhan dan dinamika internal. Diharapkan dengan menggunakan alat tes ini, peneliti dapat mengetahui dinamika pemenuhan kebutuhan pada anak pasca perceraian orang tua. Setelah itu, peneliti mencoba


(61)

menganalisis data sehingga mampu menemukan dan menjelaskan fenomena tentang dinamika pemenuhan kebutuhan anak setelah orang tua bercerai.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat tentang bagaimana dinamika pemenuhan kebutuhan pada anak yang orang tuanya bercerai. Data yang akan diolah berdasarkan analisis tematik dari tes proyektif CAT. Sehingga nantinya dapat mengetahui tentang dinamika pemenuhan kebutuhan anak yang orang tuanya bercerai.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan faktor utama dari sebuah penelitian, penentuan subjek penelitian ini bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan data yang dapat berakibat kesalahan dalam pengambilan kesimpulan dan generalisasi hasil penelitian (Hadi, 1997, hal.72). Subjek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang. Adapun karakteristik subjek dalam penelitian ini, yaitu :

1. Anak yang orangtunya telah bercerai, dan hidup terpisah dengan salah satu orang tua baik ayah atau ibu.

2. Anak yang berusia 7 sampai 10 tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Menurut Hurlock (1999, hal 130) pada usia anak-anak


(62)

awal, anak masih sangat membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tuanya untuk menghadapi tahap perkembangan selanjutnya. Peneliti membatas jumlah subjek menjadi 3 orang dikarenakan terbatasnya subjek yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan tes proyektif yaitu CAT (Children Apperception Test). Wawancara dan observasi digunakan sebagai pendukung data utama yaitu data dari tes proyektif CAT.

Metode ini dipilih oleh penulis karena tes proyektif mampu mengungkap hal-hal yang dipendam oleh subjek melalui stimulus ambigu. Mengingat bahwa tidak mudah memperoleh gambaran pemenuhan kebutuhan psikologis pada anak hanya dengan wawancara. Dalam penelitian ini, respon CAT merupakan data utama. CAT terdiri dari 10 kartu bergambar yang bersifat ambigu, melalui gambar yang disajikan, anak dapat memproyeksikan, lebih mudah mengekspresikan kebutuhan, konflik, kecemasan, mekanisme pertahanan diri, dan dinamika hubungan interpersonal. Selain itu, melalui CAT anak akan mudah dalam mengeskpresikan ide-ide yang sulit dibicarakan secara langsung dengan metode wawancara (Wenar&Kerig, 2000). Maka tes


(63)

proyektif CAT diharapkan mampu mengungkap tentang dinamika pemenuhan kebutuhan pada anak yang orang tuanya bercerai.

Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan beberapa kartu dari 10 kartu. Peneliti menggunakan studi pendahuluan untuk memilih kartu-kartu pada tes proyektif CAT. Studi pendahuluan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik dokumen. Metode dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada. Dokumen yang dimaksud adalah segala catatan dalam kertas (hardcopy) maupun elektronik (softcopy) (Sarosa, 2012). Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data CAT yang tersimpan di Laboratorium Fakultas Psikologi Sanata Dharma.

Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah menggumpulkan data tes proyektif CAT dan memilih data anak yang orang tua nya berstatus cerai, peneliti mendapatkan 9 data laporan CAT. Setelah itu peneliti merangkum cerita-cerita yang dihasilkan dari 9 laporan tersebut. Setelah merangkum seluruh cerita, peneliti memilih kartu-kartu yang menghasilkan cerita tentang hubungan anak dengan orang tuanya, adanya cerita yang menunjukkan kebutuhan akan kasih sayang dan rasa aman. kemudian peneliti membuat kesimpulan. Selain itu, sebagai pendukung pemilihan kartu juga di sertai denganexpert judgement.

Berdasarkan hasil tryout, peneliti menemukan kartu yang akan digunakan untuk mengambil data adalah sebagai berikut :


(64)

Tabel 3 Hasil Tryout Pemilihan Kartu

Kartu 2 Hasil expert judgement menyatakan bahwa kartu ini

sesuai dengan situasi perceraian dan berkaitan

dengan rasa aman dan kasih sayang.

Kartu 9 Berdasarkan hasil tryout, semua subjek

menceritakan gambar pada kartu 9 tentang anak

yang ditinggalkan oleh orang tua dan merasa

ketakutan. Hal ini berkaitan dengan rasa aman dan

kasih sayang

Kartu 3 Pemilihan kartu ini didasarkan pada hasil tryout

pada kartu ini cerita yang muncul mengungkap

tentang seorang anak yang diabaikan oleh figure

otoritas. Hal ini sesuai dengan keadaan subjek

penelitian ini, dimana subjek tinggal bersama ibu

nya.

Dalam administrasi CAT, tester harus membangun rapport yang baik dengan anak (subjek), CAT harus dikemas menjadi sebuah permainan, bukan sebuah tes (Bellak, 2007). Saat tes berlangsung, anak akan diberi kartu bergambar, yaitu telah dipilih, kartu tersebut diberikan satu per satu dan anak diminta untuk menceritakan apa saja dengan objek yang ada dalam kartu tersebut. Cerita tersebut mengungkap apa yang sedang terjadi, apa yang sedang dilakukan oleh tokoh dalam kartu tersebut, siapa saja tokoh yang ada dalam kartu tersebut, mengapa hal itu


(65)

terjadi, apa yang terjadi sebelumnya, dan bagaimana akhirnya. Ketika anak telah selesai bercerita, selanjutnya tester akan menggali informasi lebih dalam lagi seperti tempat dan usia tokoh dalam kartu, jenis kelamin. Ketika melakukan penggalian informasi, tester juga memperhatikan aktivitas fisik yang menyertai subjek dalam bercerita, gerak tubuh, ekspresi wajah yang disebut dengan elaborasi respon (Blatt, dalam Bellak, 1997).

Penelitian ini dilengkapi dengan latar belakang subjek untuk mendapatkan informasi yang menyeluruh. Data latar belakang diperoleh melalui wawancara dan observasi yang dilakukan dengan subjek, dan orang tua subjek. Dalam latar belakang, hal-hal yang dibahas meliputi pandangan subjek terhadap diri sendiri dan kehidupan interpersonal subjek yang meliputi keluarga, pandangan subjek terhadap orang tua, relasi dengan keluarga dan teman sebaya.

E. Analisis Data

Bellak mengemukakan 10 variabel yang perlu diperhatikan dalam melakukan interpretasi, yaitu :

1. Tema Utama

a. Tema Deskriptif

Peneliti mencoba mengklasifikasikan cerita subjek berdasarkan urutan kejadian, tema deskriptif merupakan garis besar cerita subjek yang


(66)

mempunyai arti untuk menjelaskan psikodinamika subjek. Tema deskriptif pada dasarnya hanya dimaksudkan untuk meringkas cerita dengan membuang spesifikasi kejadian dan beberapa kata yang tidak relevan. Dalam membuat tema deskriptif sebisa mungkin menggunakan kata-kata subjek yang dipakai dalam ceritanya. Alur cerita dibuat runtut secara kronologis dari awal cerita, apa yang terjadi sebelumnya, apa yang terjadi sekarang dan apa hasilnya. Informasi yang relevan untuk dimasukkan dalam tema deskriptif terutama adalah yang mengandung perilaku kebutuhan, press, kecemasan, konflik, mekanisme pertahanan yang digunakan, sturktur-struktur kepribadian yang berperan, dan karakterisasi sosok-sosok dalam cerita, terutama tokoh utama.

b. Tema interpretif

Merupakan tema yang berisi penyelesaian masalah. Pada tahap ini peneliti merumuskan kalimat yang lebih umum yang mengandung sebab-akibat. c. Tema Diagnostik

Tema yang memberikan gambaran kebutuhan, mekanisme pertahanan diri, dan kecemasan yang dialami oleh subjek.

2. Tokoh Utama

Tokoh utama (the main hero) adalah orang yang paling banyak diceritakan yang perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran subjektif paling diuangkapkan, dan pada umumnya tokoh yang dijadikan acuan identifikasi oleh pembuat cerita. Untuk memastikan tokoh utama cerita,


(67)

maka sebaiknya dipilih sosok yang paling mirip dengan pembuat cerita (subjek), dalam hal umur, jenis kelamin, dan karakteristik lain.

3. Kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan pokok pada tokoh utama

a. Jenis kebutuhan

Behavioral needs & fantasy needs

Cotohnya : kebutuhan agresi merupakan kebutuhan behavioral, bisa juga merupakan kebutuhan fantasi.

Tekanan sosial : behavioral needs  fantasy needs

Overt needs & latent needs

Overt needs : diekspresikan dalam kenyataan

Latent needs : masih terpendam, hanya dimunculkan dalam tingkat fantasi.

b. Cara pemenuhan kebutuhan

Cara menyangkut keseluruhan proses pemenuhan kebutuhan

c. Sosok, Objek Atau Keadaan Lingkungan yang Dimasukkan/Ditambahkan

Hal-hal yang dimasukkan/ditambahkan mempunyai makna sesuai kegunaan, arti simbolik, atau keadaan perasaan.


(68)

d. Sosok, Objek Atau Keadaan Lingkungan yang Diabaikan/Dihilangkan

4. Konsepsi Tentang Lingkungan

Konsepsi tersebut merupakan percampuran kompleks antara 2 hal yaitu persepsi diri yang tidak disadari dan distorsi aperseptif terhadap stimuli karena adanya banyangan jejak-jejak ingatan masa lalu. Jadi lingkungan/dunia adalah keadaan umum yang ada di luar diri yang mewarnai inti cerita. Keadaan itu dapat berupa orang atau lingkungan fisik di luar Hero. Konsepsi lingkungan biasanya diwijudkan dengan beberapa penyebutan sifat seperti : penuh pertolongan, kejam, ramah, berbahaya, membosankan, kacau, kotor, membingungkan, penuntut, menekan.

5. Bagaimana Sosok-Sosok Dalam Cerita Dilihat

Gambar dalam kartu CAT oleh Bellak dipandang sebagai serangkaian situasi sosial dimana terjadi interaksi interpersonal, sehingga dimasing-masing kartu dilihat bagaimana Hero bersikap (mereaksi) orang-orang disekitarnya yang dibedakan menurut kelompok umur:

- Parental (lebih tua/superior) - Contemporary (sebaya)

- Younger/inferior (lebih muda/inferior)

Sikap terhadap orang lain menadi faktor dinamis yang mendasari lingkungan sosial dan digambarkan secara umum dengan sebutan seperti : suportif, kompetitif, agresif/pasif, memberi nasihat/perintah/hukuman, dll.


(69)

Berdasarkan sifat-sifat tersebut kemudian dicari reaksi Hero mencerminkan bentuk pertahanan-pertahanannya (defense), seperti : rasa bersalah, depresi, agresi, kemarahan, penarikan diri, pemberontakan, dll.

6. Konflik-Konflik yang Singnifikan

Dalam hal ini diketahui hakikat konflik dan pentuk-pentuk pertahanan diri yang dipakai untuk mengatasi kecemasan yang timbul akibat konflik. Murray mengatakan bahwa konflik timbul karena adanya need vs press. Setelah diketahui konflik yang ada kemudian diidentifikasi perilaku yang merupakan cerminan akibat konflik tersebut.

7. Hakikat Kecemasan

Kecemasan dapat disebabkan banyak hal. Dalam hal ini perlu diketahui pertahanan-pertahanan untuk mengatasi kecemasan.

8. Mekanisme Pertahanan Diri

Perilaku tampak (overt) seringkali tidak menunjukkan dorongan-dorongan/kebutuhan-kebutuhan yang ada, maka identifikasi struktur defensive (pertahanan) juga penting karena seringkali lebih erat hubungannya dengan perilaku nyata.

9. Ketepatan Superego 10. Integrasi Ego

Interpretasi tentang integrasi ego memberi pengertian tentang seberapa baik fungsi kepribadian individu dalam hal :


(70)

- Ketepatan tokoh dalam mengatasi masalah.

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, peneliti memeriksa keabsahan data menggunakan teknik diskursus, yaitu peneliti mendiskusikan temuan dan analisis dengan orang lain (Sarantakos dalam Poerwandari, 2005). Dalam penelitian ini, peneliti mendiskusikan hasil analisis dengan orang yang berkompeten di bidang tes proyektif CAT yaitu psikolog anak. Tahapan diskursus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Peneliti melakukan analisis tematik terhadap cerita dari setiap kartu CAT yaitu tema deskriptif, tema interpretif, dan tema diagnostik.

2. Peneliti dengan psikolog anak melakukan diskusi untuk memperoleh kesepakatan dalam interpretasi.


(71)

50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian 1. Proses Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal, peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui lebih dalam tentang latar belakang subjek yaitu pada November 2015. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tak terstruktur untuk mengali data tentang kehidupan subjek sehari-hari, relasi subjek dengan keluarga, keadaan sosial-ekonomi, pandangan subjek tentang dunianya dan lingkungan sekitar lebih lanjut adalah mengenai keadaan kebutuhan subjek baik kebutuhan fisiologis maupun kebutuhan psikologis. Wawancara dilakukan dengan subjek dan orang tua subjek. Pada subjek pertama, peneliti melakukan wawancara pada 9 Desember 2015 dirumah subjek. Wawancara dilakukan dengan subjek dan orang tua subjek. Pada hari berikutnya, yaitu pada 10 Desember 2015, peneliti melakukan assesmen psikologis yaitu pelaksanaan tes CAT yang di lakukan di Laboratorium Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Kegiatan pengambilan data dengan tes CAT pada subjek pertama membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Pada subjek kedua, wawancara


(72)

dilakukan pada 15 Desember 2015 di rumah subjek, wawancara dilakukan dengan subjek. Pada hari berikutnya, yaitu pada 16 Desember, peneliti melakukan wawancara dengan ibu subjek. Proses pelaksanaan tes CAT pada subjek kedua dilakukan pada 17 Desember 2015 di Laboratorium Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Proses pengambilan data pada subjek 2 kurang lebih adalah 45 menit. Selanjutnya, pada subjek 3, wawancara untuk memperoleh gambaran mengenai latar belakang subjek dilakukan pada 13 Januari 2016 di rumah subjek, wawancara dilakukan dengan subjek, kemudian dilanjutkan wawancara dengan ibu subjek. Pada hari berikutnya, yaitu pada 15 Januari 2016, peneliti melakukan pengambilan data dengan tes CAT di Laboratorium Psikologi, Fakultas Psikolgi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengetesan dilakukan kurang lebih selama 60 menit.

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang, 1 subjek perempuan dan 2 subjek laki-laki. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengambilan data pada penelitian ini menggunakan tes proyektif CAT-Human dengan 3 kartu yang telah dipilih berdasarkan studi pendahluan yang dilakukan oleh peneliti, yaitu kartu 2, kartu 3, dan kartu 9.


(73)

2. Proses Analisis Data

Analisis data diawali dengan melakukan analisis tematik pada setiap kartu yaitu menentukan tema deskriptif, interpretif, dan tema diagnostik. Selanjutnya analisis diperdalam melalui 10 variabel Bellak yaitu tema utama, tokoh utama, kebutuhan dan dorongan pokok pada tokoh utama, konsepsi tentang lingkungan, konsepsi tentang orang sekitar, konflik yang signifikan, hakikat kecemasan, mekanisme pertahanan diri, adekuasi ego, dan integrasi ego. Analisis tematik dilakukan untuk mengetahui kecenderungan kebutuhan yang dimiliki oleh subjek dalam penelitian ini. Kemudian, 10 variabel Bellak digunakan untuk melihat dinamika kebutuhan secara lebih mendalam yang meliputi integrasi ego, peranan super ego, mekanisme pertahanan diri, konflik-konflik yang dialami oleh subjek, hakikat kecemasan, cara penyelesaian masalah dan mengetahui pandangan subjek tentang lingkungan dan orang-orang disekitarnya. Dengan demikian, peneliti tidak hanya mengetahui tentang kebutuhan-kebutuhan apa saja yang muncul, tetapi dapat memperoleh gambaran lebih mendalam mengenai pola pemenuhan kebutuhan anak yang orang tuanya bercerai. Sementara itu, hasil wawancara yang dilakukan dengan subjek dan orang tua subjek, digunakan sebagai latar belakang yang dapat membantu dalam proses analisis data.


(74)

B. Profil Subjek Penelitian 1. Subjek 1

Subjek merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Saat ini subjek tinggal bersama ibu dan kakak perempuan subjek yang berusia 13 tahun. Subjek memiliki saudara kembar, tetapi ia tidak tinggal bersama karena saudara kembar subjek berada di Nabire, tinggal bersama orang tua dari ayah subjek. Mereka bertemu 1 kali dalam setahun.

Berdasarkan pengakuan ibu subjek, subjek tidak begitu menyukai saudara kembarnya karena subjek merasa orang tua ayahnya (kakek dan nenek subjek) selalu membandingkan dirinya dengan saudara kembarnya. Subjek seringkali disebut sebagai anak yang nakal oleh kakek dan neneknya ketika mereka bertemu, sedangkan suadara kembar subjek selalu dianggap sebagai anak yang manis. Ketika terjadi hal demikian, ibu subjek selalu membesarkan hati subjek dengan cara mengajak subjek jalan-jalan dan mengatakan bahwa subjek adalah anak yang manis, pintar dan cakap.

Sehari-hari subjek tinggal bersama ibu dan kakaknya, ayah dan ibu subjek sudah lama bercerai sejak subjek berusia 3 tahun. Kini ayah subjek tidak diketahui keberadaannya, sejak bercerai, orang tua subjek tidak berkomunikasi lagi, Ibu subjek membuka salon di rumah untuk bekerja dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Setiap hari subjek selalu meminta uang jajan ketika ibunya sedang bekerja, ketika ibunya tidak memberi


(75)

uang jajan maka subjek akan marah dan mengamuk. Ketika subjek marah, ia menangis sambil melempar barang yang berada di dekatnya, hal ini dilakukan subjek agar ia mendapatkan uang jajan seperti yang dia inginkan. Ketika subjek sudah berlaku demikian maka ibu subjek tidak bisa menolak untuk memberi uang jajan pada subjek. Ibu subjek bekerja dari pagi hingga sore, lalu menyelesaikan pekerjaan rumah seperti mencuci, memasak, menyapu, dan sebagainya.

Subjek memandang ibunya adalah orang yang baik, dan selalu menemani subjek ketika subjek belajar, subjek juga mengatakan bahwa ibunya selalu memberikan subjek uang ketika subjek ingin membeli makanan yang ia sukai. Di sisi lain, ketika ditanya tentang ayahnya, subjek diam sejenak kemudian mengatakan bahwa ayah adalah orang yang jahat, menakutkan dan senang berteriak. Sampai saat ini subjek tidak pernah mau bermain dirumah temannya karena ia takut bertemu dengan sosok ayah. Setiap akan bermain ke rumah temannya subjek selalu bertanya “ada ayah nya nggak?”. Ketika ditanya mengapa subjek selalu bertanya demikian, subjek hanya tersenyum dan mengatakan “takut”. Ibu subjek mengatakan bahwa subjek takut pada sosok laki-laki dewasa kecuali dengan kakeknya. Menurut ibu subjek, hal tersebut mungkin dikarenakan subjek sering melihat ibu dan ayahnya bertengkar sebelum mereka bercerai. Ibu subjek mengakui bahwa mantan suaminya adalah orang yang keras dan mudah marah, ia sering menghabiskan uang untuk


(1)

tidak lengkap stereotip, tepat, logis, tidak lengkap

G. Kesimpulan

Berdasarkan cerita subjek pada ketiga kartu, ditemukan bahwa tema-tema yang kerap muncul pada cerita subjek adalah tema-tema tentang seorang anak yang menjadi pemenang setelah bersaing dengan saudaranya. Hal ini didukung oleh latar belakang subjek yang menyebutkan bahwa subjek kerap kali bertengkar dengan saudara laki-lakinya karena masalah kecil, dan subjek selalu dibela oleh ibunya. Kemudian adalah tema mengenai seorang anak yang merasa senang karena dapat melakukan kegiatan bersama keluarga. Subjek menyebutkan bahwa dirinya kerap kali berpergian dengan keluarga, terlebih ketika terdapat anggota keluarga yang berulang tahun, keluarga subjek akan berpergian hanya untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Selain itu, tema yang muncul adalah tentang seorang anak yang ditinggalkan oleh orang tua ketika ia hendak beristirahat. Keadaan keluarga subjek setelah terjadinya perceraian memang cukup mengguncang bagi seluruh keluarga subjek, subjek kurang mendapat perhatian dari figure ibu karena ibu subjek bekerja hingga malam hari untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehngga subjek tidak memiliki banyak waktu untuk menghabiskan waktu bersama ibunya.

Tokoh utama yang sering diceritakan subjek adalah seorang anak perempuan, berusia 7 dan 8 tahun, memiliki minat ingin menjadi pemenang, ingin ditemani, dan ingin berkumpul bersama keluarga, dan selalu merasa kesepian.

Berkaitan dengan tokoh utama dalam cerita, kebutuhan subjek yang sering muncul adalah kebutuhan untuk bermain, kebutuhan berprestasi, kebutuhan untuk mendapat pertolongan, kebutuhan untuk berkupul bersama orang lain, kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan kasih sayang. Namun,


(2)

diantara kebutuhan-kebutuhan tersebut, kebutuhan yang paling menonjol adalah kebutuhan aka kasih sayang dan rasa aman.

Dalam melihat lingkungan sekitarnya, subjek cenderung melihat lingkungan sebagai lingkungan yang penuh persaingan. Hal ini terkait dengan relasi subjek dengan saudara-saudaranya, dimana dalam latar belakang tampak bahwa subjek kerap kali diganggu oleh kakak-kakaknya, dan subjek sering menangis bila dirinya diganggu oleh kakak-kakaknya. Selain itu, subjek melihat lingkungan sebagai tempat yang menyenangkan bila dirinya dapat berkumpul bersama keluarga. Disisi lain subjek juga memiliki pandangan bahwa lingkungan sebagai tempat yang menakutkan, berdasarkan cerita subjek yang menceritakan tentang seorang anak yang ditinggalkan oleh orang tua. Hal ini berkaitan dengan keadaan subjek yang mengalami peristiwa perceraian orang tua saat dirinya masih kecil.

Figure atau objek lain yang dilihat oleh subjek adalah figure sebaya yaitu kakak yang dilihat subjek sebagai sosok yang membantu subjek ketika subjek mengalami kesulitan. Selain itu subjek melihat figure orang tua yaitu paman, sebagai sebagai figure yang hangat dan membuat subjek dapat berkumpul dengan keluarga, reaksi yang ditunjukkan subjek terhadap figure paman adalah senang. Kemudian subjek memandang figure orang tua yaitu ayah dan ibu sebagai figure yang meninggalkan subjek sehingga subjek merasa sedih dan menangis karena ditinggalkan oleh orang tua.

Konflik-konflik yang menonjol dalam cerita subjek antara lain adalah keinginan dalam diri subjek untuk merasa unggul dan menang, namun bertentangan dengan adanya persaingan antara subjek dengan saudara subjek. Subjek mengatakan bahwa dirinya sering bertengkar dengan kakak laki-lakinya hanya karena masalah kecil, kakak subjek senang mengganggu subjek ketika subjek sedang belajar atau sedang melakukan kegiatan yang subjek senangi. Terdapat pula konflik dalam diri subjek yaitu adanya keinginan untuk dapat berkumpul bersama keluarga, konflik lain yang dialami oleh


(3)

subjek adalah adanya keinginan untuk mendapat perlindungan dari orang tua, namun ketidakhadiran orang tua membuat subjek tidak mendapatkan kebutuhan tersebut. Dalam latar belakang jelas terlihat bahwa subjek memiliki relasi yang sangat dekat dengan ibunya, semenjak orang tua subjek bercerai, sosok ibu sekaligus menjadi sosok seorang ayah bagi subjek. Ayah subjek meninggalkan keluarga sejak subjek berusia 1 tahun.

Berkaitan dengan kecemasan yang dialami subjek, sebagian besar kecemasan subjek berasal dari perasaan kurang/tidak dicintai, ditinggalkan dan ancaman dari lingkungan. Kecemasan yang dialami oleh subjek dipengaruhi oleh kondisi lingkungan subjek, lebih dekat lagi adalah kondisi keluarga subjek. Latar belakang subjek yang berpisah dengan figure ayah sejak kecil, dan kini tinggal bersama ibu yang bekerja membuat subjek sering merasa kesepian, seperti penuturan subjek dalam latar belakang.

Untuk mereduksi kecemasan yang dirasakan, mekanisme pertahanan diri yang digunakan oleh subjek ialah proyeksi. Hal ini terlihat berdasarkan cerita-cerita yang subjek ceritakan merupakan gambaran pengalaman dan perasaan subjek. Selain ini, subjek melakukan denial untuk menyangkal realitas. Dalam hal ini, pada cerita kartu 3 subjek menceritakan tentang seorang anak yang berkumpul dengan keluarga dan merasa senang. Hal tersebut bertolak belakang dengan keadaan subjek pada latar belakang yang mengatakan bahwa dirinya kerap merasa kesepian karena anggota keluarga sibuk dengan urusan pribadi masing-masing, hanya saat-saat tertentu subjek dapat berkumpul dengan keluarga.

Subjek memiliki penyesuaian diri yang tidak adekuat. Hal ini terlihat dari cerita-cerita subjek yang cenderung meminta bantuan dan mudah menyerah. Subjek merupakan anak yang mudah menangis, bila dirinya diganggu oleh kakak-kakaknya subjek selalu menangis dan meminta bantuan dari ibunya, selain itu subjek cederung membutuhkan bantuan dalam hal akademik, karena subjek merasa kesulitan bila dirinya harus belajar sendirian.


(4)

Sikap mudah menyerah subjek ditunjukkan dengan sifat subjek yang mudah menangis demi mendapatkan pertolongan, berhenti mencoba ketika dirinya belum mampu melakukan sesuatu. Dalam latar belakang, hal-hal tersebut diungkapkan oleh ibu subjek.

Berdasarkan hasil tes diketahui bahwa subjek memiliki intelegensi yang tergolong rata-rata. Hal ini didukung kualitas cerita subjek yang runtut, stereotip, tepat, namun tidak lengkap.


(5)

Kesimpulan subjek penelitian

Subjek I Subjek II Subjek III

Pola Tema Subjek cenderung mengharapkan adanya pertolongan yang figure lain berikan kepadanya, subjek cenderung diam dalam menghadapi masalah yang ia alami. Selain itu subjek takut bila dirinya ditinggalkan sendiri, reaksi yang subjek tunjukkan adalah menangis.

Subjek memiliki keinginan untuk diperhatikan, merasa aman dan penuh kasih dari orang tuanya, konflik yang terjadi pada orang tua membuat subjek tidak mendapatkan kebutuhan tersebut memiliki harapan agar orang tua berdamai. Subjek cenderung memiliki rasa kesepian. Jika keinginan subjek tidak terwujud, subjek cenderung diam dan menangis

Adanya keinginan untuk merasa unggul dan mendapatkan bantuan bila subjek mengalami suatu masalah.

Adanya keinginan untuk berkumpul bersama keluarga. Memiliki perasaan takut dan kesepian, bila kebutuhan tidak terpenuhi subjek akan bersedih dan menangis.

Kecemasan Perasaan tidak berdaya dan ditinggalkan

Perasaan kurang/tidak dicintai, ditinggalkan

Perasaan terancan, kurang/tidak dicintai

Konflik Kebutuhan untuk mendapat pertolongan dari figure terdekat karena merasa terancam oleh lingkungan.

Keinginan untuk

mendapatkan rasa aman dan perhatian, namun tidak mendapatkan karena ketidakpedulian dan konflik yang terjadi pada orang tua.

Keinginan untuk

mendapatkan perhatian, kasih sayang dan perlindungan orang tua, namun tidak didapatkan karena konflik yang terjadi pada orang tua. Keinginan untuk mendapat perhatian dari figure ayah, namun tidak didapatkan karena ditinggalkan.

Keinginan untuk

berkumpul bersama keluarga, namun tidak mampu karena keadaan keluarga yang terpisah. Keinginan untuk mendapat perlindungan dan kasih sayang, namun subjek merasa ditinggalkan oleh orang tua.

MPD Proyeksi, represi Proyeksi Proyeksi, denial

Ego Tidak bahagia, realistic, tidak adekuat

Tidak bahagia, realistic, tidak adekuat

Tidak bahagia, realistic, tidak adekuat


(6)