Merindukan kedamaian Citra Diri Wanita Tokoh K’tut Tantri dalam Aspek Psikis

Kutipan di atas mendeskripsikan citra diri wanita tokoh K’tut Tantri dalam aspek psikis tentang kekaguman yang bercampur perasaan heran. Ia sangat terpukau dengan rancana yang disusun oleh para pejuang Indonesia, hal ini terlihat jelas pada kutipan di atas. K’tut Tantri terkejut ketika mengetahui bahwa yang didatanginya adalah sebuah Istana raja Bali, bukan sebuah pura. Hal ini terdeskripsikan dalam kutipan berikut: 52 Istana? Kataku kaget. Ini kan pura? Saya tadi masuk karena mendengar bunyi genta pura dan melihat sedang ada upacara agama disini. Saya dengar, orang Bali tidak merasa berkeberatan apabila pura mereka dimasuki orang asing. Saya tadi masuk karena ingin mendengar musik yang indah, serta mengagumi sesajen yang bagus- bagus. Rasanya seperti memasuki alam dongeng atau kayangan hlm. 37. Kutipan yang terdeskripsi diatas menunjukkan rasa keingintahuan tokoh utama, yaitu K’tut Tantri dan pengetahuan yang belum cukup banyak tentang Pulau Bali. Citra wanita dalam aspek psikis yang tergambar di sini adalah citra seorang wanita pendatang yang takjub dalam melihat keunikan budaya di Pulau Bali. K’tut Tantri merasa jika bangunan dan kebudayaan di Bali tampak seperti kehidupan di alam dongeng. Citra diri w anita dalam aspek psikis tokoh K’tut Tantri kembali terlihat ketika zaman pergerakan kemerdekaan. Perjuangan K’tut Tantri di Surabaya harus berakhir, karena ia harus pindah ke Yogya. Sebenarnya, K’tut Tantri lebih memilih di Surabaya di bawah pimpinan Bung Tomo, ia kagum dengan sosok Bung Tomo. Hal ini terdeskripsikan dalam kutipan berikut: 53 Aku tidak ingin pindah ke Yogya. Aku sudah merasa akrab dengan teman-temanku para geriliawan. Aku lebih senang tetap berada bersama kelompok kecil di bawah pimpinan langsung Bung Tomo, yang dikuasai dan kukagumi. Dengan semangatnya yang menyala-nyala, kebersihan tujuannya, ketabahannya yang luar biasa, dan terutama sikapnya yang manusiawi terhadap para pengikutnya, ia merupakan tokoh yang paling gilang-gemilang, sema cam “Scarlet Pimperner” Jawa, Robi Hood daerah pegunungann. Kalangan yang percaya mistik menganggapnya semacam dewa yang selalu bernasib baik. Menurut desas-desus, guna membingungkan Belanda yang menyebarkan mata-mata untuk memburunya. Kalau ada yang tertangkap, selalu kemudian ternyata bahwa itu Bung Tomo yang palsu. Seperti para gerilyawan pada umumnya, Bung Tomo bersumpah takkan memotong rambutnya sebelum kemerdekaan dicapai hlm. 243. Kutipan di atas mendeskripsikan keinginan K’tut Tantri yang sebenarnya tidak ingin pindah ke Yogya. Ia lebih nyaman berada di Surabaya dan di bawah pimpinan Bung Tomo. Kutipan di atas juga mendeskripsikan mengenai kekaguman K’tut Tantri terhadap sosok Bung Tomo. Ia menganggap Bung Tomo adalah sosok yang patut dibanggakan dan sangat dikaguminya. Hal ini terdeskripsi dalam kutipan di atas sanggat jelas. K’tut Tantri sanggat mengagumi Bung Tomo, sehingga ia dapat menceritakan segalanya tentang Bung Tomo. Selain kekaguman, K’tut Tantri telah menemukan sedikit ketenangan dan berharap akan mendapatkan ketenangan selamanya. Hal ini terdeskripsikan dalam kutipan berikut: 54 Sudah berbagai negara kucari bintang lembayung itu. Tetapi aku belum juga menemukannya. Kini, di sela dingin dan cemerlang di atas kota New York, adakah bintang lembayung yang kucari itu? Dan akan bisakah aku melihatnya? Sementara hatiku penuh harap, kutelusuri cakrawala malam dengan mataku hlm. 363. Kutipan di atas mendeskripsikan keinginan K’tut Tantri yang berharap akan mendapatkan ketenangan di negara asalnya. Telah lama ia mencari ketenangan itu, namun belum juga ditemukannya. Sejak lama ia mendapatkan kesengsaraan dalam membantu kemerdekaan Indonesia. Kini, K’tut Tantri berharap akan mendapatkan ketenangan di negaranya sendiri. Citra diri wanita toko h K’tut Tantri dalam aspek psikis terdeskripsi yang sedang merindukan kedamaian dan ketenangan.

3.1.2.2 Memiliki percaya diri karena prinsip dan semangat yang besar

Citra diri wanita K’tut Tantri dalam aspek psikis terlihat ketika ia memberikan penjelasan supaya tidak dituduh sebagai orang yang lancang karena memasuki istana Raja Bali yang ia anggap sebagai pura. K’tut Tantri memberikan alasan yang sejujurnya dan tidak berbohong mengenai alasannya memasuki istana Raja Bali. Rasa keingintahuan yang sangat besar mendorongnya untuk lebih mengetahui segala sesuatu yang ada di Pulau Bali. K’tut Tantri dianggap sebagai turis yang akan menikmati segala sesuatu yang ada di Pulau Bali. Namun, anggapan Anak Agung Nura sebagai putera Raja Bali salah. K’tut Tantri bukan seorang turis, ia adalah seniman yang berharap akan dapat tinggal di Pulau Bali selamanya dan dapat melukis. Ia merasa tidak tahan tinggal di hotel orang Belanda dan ingin segera meninggalkan hotel itu. Hal ini terdeskripsikan dalam kutipan berikut: 55 Tidak, Anak Agung Nura. Saya bukan turis. Saya datang ke pulau Anda ini dengan maksud untuk menetap selama-lamanya di sini. Saya berharap akan bisa melukis di sini dan mengikuti gaya hidup rakyat di sini yang damai dan tenteram. 56 Kujelaskan bahwa aku sudah tidak tahan lagi tinggal dalam hotel Belanda yang penuh dengan turis, dan karenanya berangkat ke pedalaman dengan ikrar bahwa aku akan tinggal di mana mobilku berhenti karena kehabisan bensin hlm. 38. Kutipan di atas mendeskripsikan bahwa, K’tut Tantri adalah orang yang sangat penuh dengan kepercayaan diri dan memiliki prinsip hidup yang kuat serta yakin dengan apa yang dijalaninya. Ia menjelaskan mengenai maksud dan tujuan datang ke Pulau Bali. Dengan rasa percaya diri, ia menjelaskan segala sesuatunya tanpa rasa takut. Hal seperti ini menggambarkan citra diri wanita dalam aspek psikis seorang tokoh utama yang memegang teguh perinsip hidupnya. Sikap percaya diri dan tetap dalam pendirian terdeskripsi ketika K’tut Tantri mendapat surat pengusiran dari pihak Belanda. Tetapi, K’tut Tantri yang memiliki sifat percaya diri dan tetap dalam pendirian menolak surat pengusiran itu, penolakan itu langsung di hadapan kontrolir Denpasar. Hal ini terdeskripsikan dalam kutipan berikut: 57 Silahkan mencobanya, tukasku. Sama-sama sekali tidak berniat pergi, kalau tidak ada alasan sama sekali. Ini namanya tindakan sewenang-wenang. Coba saja menaikkan diri saya ke kapal dengan jalan paksa. Anda pasti menyesal Lihat saja nanti hlm. 107. Citra diri wanita tokoh K’tut Tantri yang terdeskripsi pada kutipan di atas adalah seorang yang keras kepala terhadap hal yang bertentangan dengan penjajahan. K’tut Tantri tetap dalam pendirian dan percaya diri saat menghadapi kontrolir. Sikap yang seperti ini yang digambarkan pengarang untuk karakter tokoh utama dalam novel Revolusi di Nusa Damai. K’tut Tantri sangat menyadari tindakannya yang sangat berbahaya dan akan menimbulkan masalah bagi dirinya. Hal ini terdeskripsikan dalam kutipan berikut: 58 Aku sebenarnya sudah sejak awal menyadari bahwa kegiatanku mendukung gerakan kemerdekaan Indonesia, suatu saat akan menimbulkan kesulitan besar bagi diriku. Namun seperti sekian banyak pejuang, aku hanya memikirkan bahaya yang mungkin mengancam teman-teman seperjuangan. Saat itu aku masih tetap merasa aman. Padalah ada desas-desus kuat yang berasal dari sumber yang bisa dipercaya, yaitu para pelawan perwira Jepang yang tinggalnya di blog yang bersebelahan, bahwa di daerah situ sering diadakan pemeriksaan dari rumah ke rumah hlm. 158. Kutipan di atas mendeskripsikan mengenai citra diri wanita tokoh K’tut Tantri dalam aspek psikis yang menyadari atas tindakannya untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. Namun, ia masih tetap merasa aman karena belum ada tindakan yang cukup berarti dari Jepang kepadanya. K’tut Tantri juga terlihat sangat tenang, walau saat itu terdengar kabar bahwa di daerah tempat tinggalnya sering diadakan pemeriksaan oleh Jepang. Hal ini menunjukkan ketenangan hati seorang K’tut Tantri. Ketabahan dan keteguhan hati K’tut Tantri terlihat jelas pada saat ia ditahan dan diperiksa oleh Jepang. Ia tidak melibatkan siapa saja dalam pengakuannya saat diperiksa. Hal ini menunjukkan bahwa, K’tut Tantri adalah orang yang tidak suka ingkar janji. Hal ini terdeskripsikan dalam kutipan berikut: 59 Agen rahasia Amerika Aku hampir tertawa, kalau tidak sedang setengah mati ketakutan saat itu. Itu kan tidak masuk akal, sama sekali tidak benar. Jawabku. Frisco Flip pernah beberapa kali mengatakan padaku bahwa kami beraksi atas tanggung jawab sendiri, tanpa pertalian sedikit pun dengan dinas rahasia Amerika. Flip selalu mengatakan, ia hanya melakukan kewajibannya selaku warga Negara Amerika, seperti halnya sang professor yang melakukan kewajibannya untuk Cina, sekutu Amerika Serikat. Tetapi tentu saja itu tidak kukatakan pada para pemeriksa hlm. 161. Disaat K’tut Tantri merasa ketakutan, ia tetap tidak mau mengatakan yang sebenarnya kepada pemeriksa Jepang. Hal ini terlihat jelas pada kutipan di atas. Apa saja yang diketahu oleh K’tut Tantri, ia tetap tidak memberitahukan kepada para p emeriksa Jepang. Citra diri wanita tokoh K’tut Tantri dalam aspek psikis terdeskripsikan dalam kutipan di atas sebagai orang yang selalu dalam pendirian dan tidak suka ingkar janji. Setelah ditawan di penjara selama tiga minggu tanpa alasan yang jelas, ia dibebaskan. Namun, sebelum dibebaskan K’tut Tantri ditawari rumah dan segala kemewahan jika mau menjadi penyiar radio Jepang. K’tut Tantri sama sekali tidak menyetujui permintaan kerjasama itu. Hal ini terdeskripsikan dalam kutipan berikut: 60 Mempertimbangkannya saja aku tidak mau. Saat itu tubuhku sudah lemah sekali karena perlakuan kasar yang kualami. Tetapi aku masih cukup memiliki kekuatan untuk bersikap tegar mengenai persoalan itu. Bagaimana pendapat Anda tentang wanita Nippon yang menjadi penyiar radio untuk Amerika dalam perang sekarang ini? Tanyaku hlm. 166.