BAB II ANALISIS STRUKTUR ALUR NOVEL REVOLUSI DI NUSA DAMAI
KARYA K’TUT TANTRI
Untuk dapat mengetahui citra diri wanita, penulis terlebih dahulu menganalisis struktur dari novel Revolusi di Nusa Damai. Karya sastra terbagi
dalam berbagai macam unsur yang terkandung dalam sebuah struktur novel. Pada bab ini penulis hanya akan memaparkan analisis unsur alur dalam novel Revolusi
di Nusa Damai karya K’tut Tantri. Analisis unsur alur dilakukan agar dapat
mendeskripsikan citra diri wanita yang terdapat dalam novel Revolusi di Nusa damai. Alur merupakan kerangka dari karya sastra. Di dalam alur terkandung
semua unsur yang membentuk karya sastra. Misalnya, tokoh, alur, tema, latar, dan sebagainya. Oleh karena itu, penulis menganalisis unsure alur dalam novel
Revolusi di Nuda Dalai karya K’tut Tantri.
2.1 Alur
Analisis unsur alur dibagi menjadi beberapa tahap. Menurut Nurgiyantoro 2007:149, tahap analisis alur dibagi menjadi lima tahap, yaitu 1 tahap situation
atau tahap penyituasian, 2 tahap generating circumstances atau tahap pemunculan konflik, 3 tahap rising action atau tahap peningkatan konflik, 4
tahap climax atau tahap klimaks, 5 tahap denouement atau tahap penyelesaian.
2.1.1 Tahap Situation tahap penyituasian
Novel Revolusi di Nusa Damai menggunakan sudut pandang orang pertama atau “Aku-an”, dengan “aku” sebagai tokoh utama, yaitu K’tut Tantri.
Tahap situation berisi gambaran mengenai keluarga dan nenek moyangnya K’tut
Tantri. Ia menceritakan perihal nenek moyangnya, perempuan yang dimasukkan ke dalam tong dan digulingkan ke dalam lereng Snaefell. Nenek moyangnya
dituduh atau diduga sebagai seorang penyihir. Hal ini terdeskripsikan dalam kutipan berikut:
6 Salah satu kisah yang pertama-tama kudengar dari ibuku semasa aku masih kanak- kanak, ialah tentang tong yang jatuh berguling-guling sampai ke dasar lereng
Snaefell. Sisi dalam lorong itu penuh paku yang tertancap mengarah ke dalam. Tong itu tidak kosong. Moyangku yang perempuan meringkuk di dalamnya. Ia
dimasukkan ke situ hidup-hidup, karena didakwa bahwa ia penyihir. Menurut kisah orang Man, di tempat tong itu berhenti berguling, dimana tanah gersang tak berair,
tiba-tiba terjelma sebatang pohon yang indah sekali. Ketika masih kanak-kanak, aku merasa bisa melihat pohon itu. hlm. 9.
Dalam kutipan di atas terdeskripsikan jika nenek moyang K’tut Tantri
diduga sebagai seorang penyihir. Dalam kutipan di atas, terdeskripsikan juga peristiwa dimasukkannya si nenek ke dalam tong. Dalam bercerita, penulis tidak
memaparkan nama asli tokoh utama. Setelah bercerita tentang keluarga dan nenek moyangnya, K’tut Tantri bercerita tentang bagaimana ia bisa tertarik dengan
Bali. Dalam novel, dideskripsikan jika suatu sore saat hujan pada tahun 1932, K
’tut Tantri berjalan di depan sebuah gedung bioskop kecil yang saat itu sedang memutar sebuah film luar negeri yang berjudul Bali, Surga Terakhir. Ia tertegun
dan tertarik untuk menonton. Setela h menonton, K’tut Tantri memberikan suatu
komentar. Hal ini terdeskripsikan dalam kutipan berikut: