39 “Izinkan saya membelikan karcis Anda,” katanya. “Saya kesepian, karena baru
sekali ini ke Amerika. Saya akan senang sekali apabila Anda mau menemani saya.” Aku dipandangnya sambil tersenyum lebar. “Kita orang Asia harus
bersatu” hlm. 362.
Lewat tenggah malam kereta yang mereka tumpangi memasuki Stasiun Grand Central. Orang Cina itu mendatangi sebuah hotel, namun ia mendapat
keterangan bahwa tidak ada kamar kosong. Hotel yang berikutnya sama saja. Saat itu, K
’tut menduga bahwa penolakan itu karena ada hubungannya dengan warna kulit orang Cina itu. Setelah K’tut yang bertanya, akhirnya dengan mudah
mendapatkan dua kamar. Bagi K’tut, natal bersama orang Cina itu merupakan pengalaman yang
membangkitkan semangat. Hari natal ke dua, K’tut berhasil mengusahakan uang
untuk menukar orang Cina itu karena telah membelikan karcis. K’tut juga membelikan sebuah tas kerja, itu sebagai hadiah natal untuk orang Cina yang
menolong. Setelah memberikan uang dan tas hadiah natal, K’tut langsung pergi.
Ia merasa rindu pada Indonesia, merasa kehilangan hangatnya sinar matahari dan warna-warna yang serba manyala.
Bintang berkelip jauh di atas gemerlap lampu- lampu kota. K’tut terkenang
pada suatu dongeng Cina yang pernag didengarnya semasa kanak-kanak. Menurut dongeng itu, barang siapa yang ingin mencari kedamaian, sebelumnya harus
berani meninggalkan segala kenikmatan dan harta milik duniawi. Setelah itu pergi mencarinya di negeri bintang lembayung. Pencarian itu akan berakhir ketika
bintang lembayung muncul di atas kepala. Namun, hanya yang sudah berkorban
saja yang bisa melihatnya. K’tut mengatakan sesuatu seperti yang tergambar berikut:
40 Sudah di berbagai Negara kucari bintang lembayung itu. Tetapi belum juga menemukannya. Kini, di sela dingin dan cemerlang di atas kota New York,
adakah bintang lembayung yang kucari itu? Dan akan bisakah aku melihatnya? Sementara hatiku penuh harap, kuselusuri cakrawala malam dengan mataku hlm.
363.
Sekian banyak bintang yang bersinar, harapan K’tut untuk mendapat
kedamaian perlahan muncul. Natal di rumah sendiri, di negara asal Amerika. Saat itu, ia merasakan kedamaian yang selama di Indonesia belum dirasakannya. Ia
bangga menjadi orang Indonesia yang bukan Indonesia. Pada tahap penyelesaian, penulis mengisahkan tentang tokoh utama yang
pergi ke Australia untuk menyuarakan tentang Indonesia.di Australia, tokoh utama mendapatkan respon yang baik. Namun, ada seorang Belanda yang tidak suka
dengan kedatangannya ke Australia. Penulis juga mengisahkan tentang perjalanannya kembali ke negara asalnya dan di negara asalnya tokoh utama
mendapat ketenangan.
2.2 Rangkuman
Pada tahap penyituasian ini, pengarang mengisahkan tentang nenek moyang tokoh utama. Selain itu, penulis mengisahkan tentang tokoh utama yang
tertarik dengan Pulau Bali. Ketertarikan tokoh utama dengan Pulau Bali mengakibatkan keinginan tokoh utama pergi dan melakukan perjalanan menuju
Pulau Bali. Penulis memaparkan dengan jelas mengenai perjalanan tokoh utama saat tiba di Pulau Bali dan tinggal di puri raja Bali.
Tahap pemunculan konflik diceritakan pengarang mengenai tokoh utama yang menghadapi kontrolir Belanda. Pengarang mengisahkan tentang pemerintah
Belanda yang tidak menyetujui tokoh utama berbaur dengan masyarakat pribumi. Selai itu, pengarang mengisahkan tokoh utama yang tetap ingin tinggal di puri raja
Bali. Pada tahap peningkatan konflik, pengarang mengawali dengan
mengisahkan tokoh utama memiliki hotel dengan nama Swara Segara. Pihak Belanda merasa tidak senang dan merasa sudah waktunya bertindak tegas. Penulis
juga mengisahkan tentang tokoh utama yang menghadapi pemerintah Belanda. Belanda memerintahkan supaya tokoh utama pergi dari Pulau Bali. Selain itu,
dikisahkan tentang Anak Agung Nura yang berniat menikahi tokoh utama dan kedatangan Duff Cooper beserta istri. Penulis mengisahkan tentang tokoh utama
pergi ke Pulau Jawa karena Jepang mendarat di Bali. Pada tahap ini, pengarang mengisahkan tentang kekejaman Jepang
terhadap masyarakat pribumi dan Jepang menyarankan supaya warga Eropa datang mendaftar. Penulis juga mengisahkan tentang bergabungnya tokoh utama
dengan gerakan bawah tanah dan tentang perjalanan tokoh utama menuju Bali dengan misi penyelundupan barang. Di Bali, tokoh utama diminta oleh komandan
Angkatan Laut Jepang untuk tetap tinggal bersamanya. Tokoh utama menolak permintaan itu dan mengakibatkan kemarahan komandan Angkatan Laut Jepang.
Selain itu, penulis mengisahkan tentang tokoh utama yang menghadapi penyiksaan Jepang saat dipenjara. Tokoh utama jatuh sakit karena penyiksaan dan
dianggap mati oleh seorang dokter Jepang. Mengetahui tokoh utama tidak mati, Jepang membawa tokoh utama ke rumah sakit Ambarawa.
Tahap klimaks diawali pengarang yang mengisahkan tentang menyerahnya Jepang dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus
1945. Penulis juga mengisahkan tentang Hubertus van Mook yang mengirim pesan rahasia kepada panglima sekutu. Surat rahasia itu ditanggapi dan pasukan
Inggris dikirim ke Jawa untuk melucuti Jepang. Sekutu tidak sadar bahwa Belanda menipu. Pasukan Inggris terkejut karena senjata Jepang telah dilucuti oleh pejuang
Indonesia. Tindakan itu dikecam dan mendapat banyak kritikan dari banyak pihak.
Pada tahap penyelesaian, pengarang mengisahkan tentang tokoh utama yang pergi ke Australia untuk menyuarakan tentang Indonesia.di Australia, tokoh
utama mendapatkan respon yang baik. Namun, ada seorang Belanda yang tidak suka dengan kedatangannya ke Australia. Penulis juga mengisahkan tentang
perjalanannya kembali ke negara asalnya dan di negara asalnya tokoh utama mendapat ketenangan.
Dari analisis unsur alur pada bab II ini, tergambar adanya citra diri wanita yang sangat kuat dari tokoh utama, yaitu K’tut Tantri. Secara rinci, citra diri
wanita itu akan dipaparkan pada bab III.
BAB III CITRA DIRI WANITA TOKOH UTAMA
DALAM NOVEL REVOLUSI DI NUSA DAMAI KARYA K’TUT TANTRI
Setelah melakukan analisis alur terhadap novel Revolusi di Nusa Damai karya K’tut Tantri, maka hasil analisis tersebut juga akan memberikan gambaran tentang
citra diri wanita dalam novel Revolusi di Nusa damai. Dari penggambaran alur yang ada, Novel ini juga memberikan ilustrasi citra wanita pada tokoh K’tut Tantri.
3.1 Citra Diri Wanita
Citra diri wanita terwujud sebagai sosok individu yang mempunyai pendirian dan pilihan sendiri atas berbagai aktivitasnya berdasarkan kebutuhan-kebutuhan
pribadi maupun sosialnya. Wanita mempunyai kemampuan untuk berkembang dan membangun dirinya. Berdasarkan pola pilihannya sendiri, wanita bertanggung jawab
atas potensi diri sendiri sebagai makhluk individu. Citra diri wanita memperlihatkan bahwa apa yang dipandang sebagai prilaku wanita bergantung pada bagaimana aspek
fisik dan psikis diasosiasikan dengan nilai yang berlaku dalam masyarakat Sugihastuti, 2000:112-113. Berikut akan dipaparkan citra diri wanita dari aspek
fisik dan psikis dalam novel Revolusi di Nusa Damai karya K’tut Tantri.