Haru dan tabah Citra Diri Wanita Tokoh K’tut Tantri dalam Aspek Psikis

Kutipan di atas mendeskripsikan tantang K’tut Tantri yang berusaha untuk membuat wanita ningrat itu percaya. Ia berusaha untuk meyakinkan dengan cara yang dimilikinya. Membuat cerita yang seolah-olah benar adanya. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan di atas yang menjelaskan bahwa, kartunya hanya dapat meramal jika orang lain merasa simpatik. Selain meyakinkan tentang ramalan kartu, K’tut Tantri juga berusaha meyakinkan tentang rencana mereka yang tidak akan berhasil jika tidak ada nama-nama yang terlibat di dalam rencana itu. Hal ini terdeskripsikan dalam kutipan berikut: 95 Kalau begini saja, rasanya tidak bisa, kataku. Ini takkan meyakinkan bagi pemerintah Amerika. Tak ada artinya sama sekali, kalau tidak disertakan dengan jelas siapa saja yang ikut didalamnya. Supaya rencana ini mengandung bobot yang bisa diterima, perlu ditulis nama para perwira tentara yang bisa diandalkan, begitu pula susunan pasukan-pasukan yang mereka bawahi. Hanya dengan cara begitu pihak Amerika nanti bisa menentukan apakah ini merupakan gerakan serius yang patut didukung, atau hanya akksi kecil-kecilan saja yang tidak punya harapan bisa berhasil. Mereka menginginkan fakta-fakta hlm. 263. Kutipan di atas mendeskripsikan K’tut Tantri yang dengan tegas berusaha meyakinkan mereka. Ia begitu keras berusaha agar perkataanya dipercaya tanpa menumbulkan curiga. Kutipan di atas juga mendeskripsikan mengenai K’tut Tantri yang berusaha mendapatkan informasi lebih banyak dari mereka. Untuk menutupi kesedihan K’tut Tantri, ia mengelilingi daerah-daerah untuk menghilangkan rasa sedih sekaligus belajar tawakal pada rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan K’tut Tantri untuk menghilangkan rasa sedih yang menyelimuti hatinya saat itu. Hal ini terdeskripsikan dalam kutipan berikut: 96 Sejak menerima kabar tentang meninggalnya Agung Nura, aku menyibukkan diri dengan berkelana mengelilingi daerah yang dikuasai republik. Aku sering kepingin menjadi orang Indonesia asli, supaya bisa memandang kematian denagn cara mereka yang penuh dengan ketawakalan, tanpa lama-lama berkabung hlm. 290. K’tut Tantri terdeskripsikan dalam kutipan di atas mencoba untuk belajar tawakal dan untuk tidak bersedih terlalu lama. Ia menghindari kesedihan dengan cara berkelana ke daerah yang dikuasai Republik. Selain itu, K’tut Tantri juga menyanjung rakyat Indonesia yang selalu tawakal dalam menghadapi kematian. Karena itulah, ia ingin menjadi orang Indonesia asli. Sikap seperti ini menunjukkan bahwa, citra diri wanita tokoh K’tut Tantri dalam aspek psikis selalu ingin memcoba bersikap tegar dalam menghadapi segala sesuatu. Perjalanan yang membuat K’tut Tantri tegang, telah berhasil. Ia berada di Singapura dan sangat terkejut ketika mengetahui bahwa namanya diganti oleh seorang wartawan. K’tut Tantri kaget dan sangat marah mengetahui hal itu. Hal ini terdeskripsikan dalam kutipan berikut: 97 Aku kaget dan tersinggung. Nama konyol itu, cap yang diciptakan seorang wartawan surat kabar, jelas dengan menirukan julukan Shanghai Lin atau Tokyo Roes, dua wanita barat yang ikut mengadakan siaran propaganda semasa perang. Kepingin rasanya memborong semua surat kabar yang memuat berita mengenai diriku itu, lalu membakarnya. Tetapi kemudian aku mengambil langkah yang lebih praktis. Kucari sopir yang mengantarku, lalu kami pulang. Maksudku hendak melaporkan kejadian itu pada tuan rumahku. Tetapi seisi rumah ternyata sedang pergi, menghadiri pernikahan orang Cina kenalan mereka hlm. 322. Dalam kutipan di atas mendeskripsikan tentang kekagetan K’tut Tantri dan kemarahan karena merasa tersinggung karena ulah sebuah surat kabar. K’tut Tantri merasakan itu sebagai penghinaan dan ingin membeli semua surat kabar itu. Namun, pikiran jernih K’tut Tantri membuatnya berpikir untuk segera pergi dan kembali ke rumah orang Cina itu. Ia ingin meloporkan kejadian yang menyinggungnya di sebuah surat kabar. Kemarahan itu tertutupi oleh pikiran jernih K’tut Tantri. Citra diri wanita tokoh K’tut Tantri dalam aspek psikis terdeskripsikan sebagai wanita yang tenang dalam menghadapi masalah, walau diselimuti kemarahan.

3.2 Rangkuman

Dalam bab III ini mendeskripsikan tentang citra diri wanita tokoh K’tut Tantri dalam aspek fisik dan aspek psikis. Citra diri wanita dalam aspek fisik yang tergambar dalam tokoh K’tut Tantri adalah bersuku ManAmerika, berambut pirang, dan berkulit putih. Ia memakai pakaian adat Bali dan merubah warna rambutnya dengan mengecatnya menjadi warna hitam, karena rambut pirang di Bali identik dengan setan dan penyihir. Hal ini menunjukkan citra diri wanita dalam aspek fisik bahwa, K’tut Tantri berkeinginan untuk menjadi wanita Bali yang sesungguhnya Citra diri wanita tokoh K’tut Tantri dalam aspek psikis adalah seorang wanita asing yang memiliki kedewasaan dalam menjalani setiap kehidupannya. Ia memiliki keinginan untuk mencari kedamaian dan ketenangan di Pulau Bali. Ketertarikan K’tut Tantri pada Pulau Bali diawali ketika melihat film yang mengisahkan tentang Pulau Bali, Bali, Surga Terakhir.