Memiliki percaya diri karena prinsip dan semangat yang besar
diperiksa. Hal ini menunjukkan bahwa, K’tut Tantri adalah orang yang tidak suka ingkar janji. Hal ini terdeskripsikan dalam kutipan berikut:
59 Agen rahasia Amerika Aku hampir tertawa, kalau tidak sedang setengah mati ketakutan saat itu. Itu kan tidak masuk akal, sama sekali tidak benar. Jawabku. Frisco
Flip pernah beberapa kali mengatakan padaku bahwa kami beraksi atas tanggung jawab sendiri, tanpa pertalian sedikit pun dengan dinas rahasia Amerika. Flip selalu
mengatakan, ia hanya melakukan kewajibannya selaku warga Negara Amerika, seperti halnya sang professor yang melakukan kewajibannya untuk Cina, sekutu
Amerika Serikat. Tetapi tentu saja itu tidak kukatakan pada para pemeriksa hlm. 161.
Disaat K’tut Tantri merasa ketakutan, ia tetap tidak mau mengatakan yang sebenarnya kepada pemeriksa Jepang. Hal ini terlihat jelas pada kutipan di atas. Apa
saja yang diketahu oleh K’tut Tantri, ia tetap tidak memberitahukan kepada para p
emeriksa Jepang. Citra diri wanita tokoh K’tut Tantri dalam aspek psikis terdeskripsikan dalam kutipan di atas sebagai orang yang selalu dalam pendirian dan
tidak suka ingkar janji. Setelah ditawan di penjara selama tiga minggu tanpa alasan yang jelas, ia
dibebaskan. Namun, sebelum dibebaskan K’tut Tantri ditawari rumah dan segala kemewahan jika mau menjadi penyiar radio Jepang. K’tut Tantri sama sekali tidak
menyetujui permintaan kerjasama itu. Hal ini terdeskripsikan dalam kutipan berikut:
60 Mempertimbangkannya saja aku tidak mau. Saat itu tubuhku sudah lemah sekali karena perlakuan kasar yang kualami. Tetapi aku masih cukup memiliki kekuatan
untuk bersikap tegar mengenai persoalan itu. Bagaimana pendapat Anda tentang wanita Nippon yang menjadi penyiar radio untuk Amerika dalam perang sekarang
ini? Tanyaku hlm. 166.
Keteguhan hati yang tidak mudah tergoda membuat K’tut Tantri tidak menerima permintaan kerjasama yang ditawarkan oleh Jepang. Hal ini
terdeskripsikan sangat jelas dalam kutipan di atas. K’tut Tantri ditawari menjadi penyiar radio Jepang yang ditujukan untuk Amerika, ia saat itu sama sekali tidak
tertarik. K’tut Tantri sama sekali tidak memikirkan permintaan itu, permintaan itu langsung ditolak.
Selain keteguhan hati, K’tut Tantri merasa semangatnya mulai tumbuh lagi
ketika dijenguk oleh Pito dan kawan-kawannya. Ia menawarkan diri untuk bergabung dan membaur dengan rakyat Indonesia. K’tut Tantri menegaskan bahwa dirinya akan
menjadi mata dan lidah untuk Pito. Hal ini terdeskripsi dalam kutipan berikut:
61 Apa pun yang akan terjadi kemudian hari, aku hendak membaurkan nasibku dengan rakyat kalian, kataku pada para pemuda yang masih berdiri sambil menunggu
dihadapanku. Tidak ada pilihan lain bagiku, kecuali mendampingi Indonesia yang sedang menghadapi saat-saat menentukan ini. Pada Pito kutambahkan, ajaklah aku,
Pito manis, karena kini akulah yang akan menjadi mata dan lidahmu. Aku akan menolongmu memperoleh penukaran yang benar, dan akan kutunjukan jalan padamu.
Aku akan melakukannya, atau mati dalam usahaku itu hlm. 213.
Kutipan di atas mendeskripsikan bahwa, citra diri wanita tokoh K’tut Tantri dalam aspek psikis memiliki semangat lagi dan bersedia membantu Indonesia. Ia
merasa bersemangat lagi karena didatangi Pito dan kawan-kawannya. Kecintaan K’tut Tantri pada Indonesia tidak pernah luntur, itu terbukti dalam kutipan di atas. Ia
sama sekali tidak memperdulikan apa yang akan terjadi nanti, penyiksaan Jepang tidak mempengaruhinya.
Selain semangat, K’tut Tantri memiliki keteguhan hati. Hal ini terbukti ketika ia mendapat tawaran uang jika mau untuk tidak mencampuri urusan Indonesia lagi.
Namun, dengan sikap tegas dan sangat mencintai Indonesia, K’tut Tantri menolak tawaran itu. Hal ini terdeskripsikan dalam kutipan berikut:
62 Rupanya besar sekali kepentingan kalian di Indonesia, sehingga mau mencoba taktik seperti ini, kataku mencemooh. Rakyat Indonesia berjumlah tujuh puluh juta jiwa.
Biarpun Anda serta konco-konco Anda bersedia menawarkan sejuta gulden untuk setiap orang Indonesia, aku masih tetap takkan bisa dibujuk untuk menghianati tanah
air pilihanku itu. Mungkin saja orang Indonesia akan melupakan diriku apabila Negara itu sudah benar-benar merdeka. Kenapa tidak? Aku kan hanya ombak kecil
ditengan alun banjir semangat kemerdekaan. Bertahun-tahun lamanya aku hidup di bawah kekuasan penjajahan Belanda. Sedikit sekali kebajikan yang kualami waktu
itu, sedang keburukan bertumpuk-tumpuk. Apa sebabnya orang Belanda di Holland berteriak marah ketika Nazi melanda negeri itu dan merampasnya habis-habisan,
tetapi kini setelah Sekutu membebaskan Holland mereka hendak melakukan tindakan serupa terhadap Indonesia? Tiga abad lamanya kekaraan Indonesia mengalir ke
Negeri Belanda. Tidakkah kini sudah waktunya arus itu harus dikembalikan ke Indonesia, setidak-tidaknya sebagian daripadanya hlm. 355.
63 Aku sudah tidak bisa mengendalikan diriku lagi. Begitu ia keluar, kubanting pintu keras-keras. Air mataku berlinang-linang. Terbayang dimataku wajah-wajah ramah
Bung Karno, serta kawan-kawanku Bung Amir, Pito dan para pejuang di Jawa Timur. Terngiang ditelingaku suara mereka yang hangat, penuh kasih sayang, serta
rasa percaya pada diriku. Itulah hartaku yang sejati. Dibandingkan dengannya, seratus ribu perak uang Belanda sama sekali tak ada artinya hlm. 355-356.
Kedua kutipan di atas mendeskripsikan citra diri wanita dalam aspek psikis tentang keteguhan hati K’tut Tantri yang tidak tergoda akan tawaran uang. Ia juga
tidak akan merasa marah jika Indonesia melupakannya ketika nanti telah merdeka. Sikap rendah hati K’tut Tantri membuatnya tabah menghadapi semua peristiwa yang
dihadapinya. Ia berpendapat bahwa sudah saatnya kekayaan Indonesia yang dulu dirampas Belanda dikembalikan lagi ke Indonesia.