Masalah residu funngisida pada hasil pertanian mendapat perhatian yang serius bagi kepentingan nasional maupun internasional, hal ini disebabkan antara
lain: 1.
Makin meningkatnya kesadaran konsumen tentang pengaruh negative residu fungisida pada hasil pertanian terhadap kesehatan manusia. Konsumen akan
memilih hasil pertanian yang aman untuk dikonsumsi atau kalaupun ada residu, makan kadarnya masih di bawah batas toleransi.
2. Makin ketatnya persyaratan keamanan pangan yang berakibat pada
meningkatnya tuntutan terhadap mutu pangan kualitas produk. 3.
Terjadinya hambatan perdagangan hasil pertanian terutama dalam ekspor masalah residu fungisisda sudah menjadi persyaratan internasional yang
ditetapkan oleh Codex Alimentarius Commisison CAC. 4.
CAC telah menetapkan maximum residue limits MRLs pestisida. Indonesia juga telah mengatur batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian.
Untuk mengurangi dampak negatif residu fungisida, selain dengan aplikasi 6 tepat agar penggunaan yang efektif, pestisida yang dipilih hendaknya
mempunyai DT
50
kecil mudah terdegradasi di alam. Namun, informasi tentang DT
50
tidak mudah diperoleh karena tidak tercantum dalam label fungisida Kamali, 2008.
K. Landasan Teori
Indonesia terletak di dekat khatulistiwa dan memiliki iklim tropis. Salah satu tanaman yang sedang digalakan di Indonesia adalah tanaman buah melon.
Tanaman buah melon mengandung banyak gizi namun dalam penanamannya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
banyak pula faktor yang mempengaruhi, antara lain iklim, tanah dan ketinggian tempat. Kondisi iklim dari Daerah Istimewa Yogyakarta dengan curah hujan dan
suhu yang cocok untuk lahan pertanian buah melon menjadikan daerah ini salah satu penghasil buah melon yang banyak di pasaran. Pada dasarnya tanaman buah
melon juga rentan terhadap serangan penyakit, terutama penyakit antraknosa. Penyakit ini sangat sulit dikendalikan, terutama jika kelembaban areal pertanaman
sangat tinggi. Untuk menanggulangi penyakit antraknosa, digunakan fungisida terutama azoxystrobin.
Azoxystrobin memiliki kemampuan untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit jamur yang disebabkan oleh kelompok Ascomycota,
Deuteromycota, Basidiomycota dan Oomycota. Senyawa Azoxystrobin
mempunyai efek berbahaya bagi mamalia karena paling banyak distribusinya terdapat pada ginjal dan hati. Azoxystrobin juga bersifat karsinogenik dan
genotoksik. Azoxystrobin yang diaplikasikan dapat meninggalkan residu yang menempel pada kulit buah melon yang seperti jala pada waktu yang lama
kemudian terpenetrasi ke dalam daging buah. Aplikasi fungisida azoxystrobin harus memenuhi kriteria aplikasi agar meminimalisir dampak negatif fungisida.
Kadar residu fungisida azoxystrobin yang sangat kecil dapat ditetapkan dengan metode trace analysis.
Hilangnya residu fungisida azoxystrobin pada buah melon dapat digambarkan dengan laju disipasi yaitu nilai slope dari kurva ln kadar vs hari
setelah aplikasi terakhir dengan sistem study decline. Setelah diketahui laju disipasi maka dapat ditentukan waktu degradasi 50 DT
50
dalam hari dan PHI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang baik untuk panen pre harvest interval untuk mendapatkan hasil panen buah melon yang aman untuk dikonsumsi sesuai dengan CAC.
L. Hipotesis