Ulat Daun Kutu Thirps Antraknosa

tinggi, adapun arti penting yang lain adalah sebagai perbaikan gizi masyarakat dan perluasan kesempatan kerja Kristianingsih, 2010. Perkembangan agrobisnis melon di Indonesia belakangan ini menunjukan prospek usaha yang sangat menjanjikan. Bila dulunya usaha budidaya melon hanya berpusat di Cisarua Bogor dan Kalianda Lampung, sekarang ini persebarannya semakin meluas ke berbagai wilayah di Indonesia. Misalnya saja seperti di Daerah Grobogan, Malang, Ngawi, Pacitan, Madiun, Blitar, Sukoharjo, Surakarta, Karang Anyar, Klaten, Kulon Progo Yogyakarta, Banten, dan lain sebagainya Maimun, 2014.

D. Hama pada Perkebunan Melon

Budidaya melon di daerah tropis seperti Indonesia cukup rentan dengan serangan hama dan penyakit. Hama yang biasa menyerang budidaya melon antara lain kutu daun, lalat buah, ulat daun, thrips, tungau. Sedangkan penyakit yang menyerang antara lain antraknosa, busuk buah, busuk batang dan mosaik Sobir dan Firmansyah, 2014.

1. Ulat Daun

Ulat daun dikenal juga dengan ulat jengkal atau ulat grayuk. Daun tanaman yang terserang tanaman ini tampak menggulung dan berlubang-lubang, akhirnya meranggas hingga tinggal daunnya. Penanggulangan ulat daun dapat dilakukan dengan cara teknis dan mekanis Sobir dan Firmansyah, 2014.

2. Kutu

Aphids Hama ini mempunyai getah cairan yang mengandung madu dan di lihat dari kejauhan mengkilap. Hama ini menyerang tanaman melon yang ada di lahan penanaman. Aphids muda yang menyerang melon berwarna kuning, sedangkan yang dewasa mempunyai sayap dan berwarna agak kehitaman. Gejala yang ditimbulkan dari daun tanaman menggulung dan pucuk tanaman menjadi kering akibat cairan daun yang dihisap hama Sobir dan Firmansyah, 2014.

3. Thirps

Hama ini menyerang saat fase pembibitan sampai tanaman dewasa. Nimfa thirps berwarna kekuning-kuningan dan thirps dewasa berwarna coklat kehitaman. Thirps berkembang biak sangat cepat secara partenogenesis mampu melahirkan keturunan meskipun tidak kawin. Serangan dilakukan di musim kemarau. Gejala: daun-daun muda atau tunas-tunas baru menjadi keriting, dan bercaknya kekuningan; tanaman keriting dan kerdil serta tidak dapat membentuk buah secara normal. Kalau gejala ini timbul harus diwaspadai karena telah tertular virus yang dibawa hama thirps Sobir dan Firmansyah, 2014.

4. Antraknosa

Antraknosa merupakan penyakit disebabkan oleh cendawan Colletotrichum sp Suryanto, 2010. Cendawan termasuk dalam Thallophita. Makhluk hidup ini tidak mempunyai pigmen klorofil sehingga hidup sebagai saprofit maupun parasite Pracaya, 2007. Gejala serangan cendawan Collectotrichum sp adalah adanya bercak berwarna hitam dibagian kulit buah dan bercak tersebut sedikit demi sedikit bersatu, kemudian daging buah membususk. Daun yang terserang cendawan ini akan timbul bercak tidak teratur dengan ukuran kuran lebih 5 mm. pusat bercak akan pecah sehingga menyebablan daun berlubang. Pada tangkai daun, serangan menyebabkan daun layu dan rontok. Serangan pada batang muda menyebabkan bercak berwarna kelabu dan dapat berkembang. Serangan pada bagian bunga menyebabkan bintik-bintik kecil berwarna hitam, terutama pada keadaan cuaca lembab Suryanto, 2010. Penyakit antraknosa menyerang berbagai jenis tanaman. Penyakit ini sangat sulit dikendalikan, terutama jika kelembaban areal pertanaman sangat tinggi. Bagian tanaman yang terserang penyakit patek atau antraknosa pada umumnya adalah buah atau daun. Penyakit patek atau antraknosa menyerang pada bagian daun terutama pada tanaman sansevieria, anggrek, bromelia, miracle, seledri, dan melon. Penyakit ini juga sering menyerang buah, terutama pada tanaman melon, apel, cabai, tomat, mangga, kopi, pepaya, alpukat, dan sebagainya Kurniati, 2013. Cara menghindari serangan hama dan penyakit dengan dilakukan kultur teknis seperti rotasi tanaman, pemupukan berimbang dan menjaga sanitasi kebun. Bila hama dan penyakit telah menyerang semprot dengan pestisida yang cocok. Bisa pestisida organik atau pestisida sintetis. Lakukan penyemprotan sesuai dengan dosis anjuran Sobir dan Firmansyah, 2014.

E. Fungisida