Persiapan Lahan Model Perkebunan Melon Aplikasi Perlakuan Lahan Model Perkebunan Melon

perangkat lunak Powerfit v.6.05, sarung tangan, masker, tangki semprot 6 liter sprayer dan alat-alat gelas yang lazim digunakan di laboratorium analisis.

E. Tata Cara Penelitian

Tata cara penelitian yang digunakan pada penelitian ini dijelaskan pada keterangan dibawah:

1. Persiapan Lahan Model Perkebunan Melon

Penelitian ini dimulai dengan menyiapkan model perlakuan untuk penetapan kadar residu fungisida azoxystrobin pada buah melon. Model perkebunan melon dipilih dari 3 perkebunan melon di Daerah Istimewa Yogyakarta. Model perkebunan melon yang dipilih harus memiliki kriteria inklusi sebagai berikut : a. Lahan menggunakan melon dengan bibit merk Action sp. b. Lahan tidak menggunakan fungisida atau pestisida yang lain dengan zat aktif azoxystrobin c. Perbedaan setiap lahan pada sistem tanam, kondisi geografis, dan tekstur tanah. Pengecekan kondisi geografis lahan seperti curah hujan, kelembapan dan suhu. Pengecekan dilakukan oleh BMKG Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Daerah Istimewa Yogyakarta selama proses perlakuan lahan berlangsung. Pengecekan karakteristik tanah. Pengecekan karakteristik tanah dilakukan oleh Fakultas Pertanian Jurusan Tanah Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Determinasi tanaman buah melon yang digunakan adalah Cucumis melo L. dilakukan oleh Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

2. Aplikasi Perlakuan Lahan Model Perkebunan Melon

a. Perlakuan tanaman. Sampel melon ditanam dengan bibit merk Action® pada 3 lahan yang digunakan sebagai model penelitian. Perlakuan terhadap tanaman sesuai dengan kebiasaan petani menanam melon dari penyemaian bibit, pengolahan tanah, pemupukan, penyemprotan obat-obat, dan pengairan. Jumlah sampel yang digunakan setiap lahannya adalah 100 tanaman melon, dan larutan fungisida azoxystrobin yang digunakan didapat dari donasi PT. Syngenta. Kelompok kontrol menggunakan tanaman melon pada lahan yang sama diluar sampel 100 tanaman melon perlakuan. b. Kalibrasi penyemprotan. Kalibrasi penyemprotan dimulai dengan mengukur luas lahan. Pengukuran luas lahan dilakukan dengan pengukuran manual menggunakan meteran dan didapat hasil jarak antar tanaman melon dan jarak antar baris masing-masing secara berturut-turut adalah 40 cm dan 2 meter lokasi Siliran, Kulonprogo, 40 cm dan 30 cm lokasi Ngemplak, Sleman, 40 cm dan 40 cm lokasi Panggungharjo, Bantul. Luas tanaman melon bagian kelompok perlakuan berbeda-beda setiap lahan yaitu masing-masing 20 meter x 30 meter lokasi Siliran, Kulonprogo, 22,75 meter x 1 meter lokasi Panggungharjo, Bantul dan 14,0 meter x 1,9 meter lokasi Ngemplak, Sleman. Kalibrasi penyemprotan dilakukan sebelum aplikasi fungisida azoxystrobin menggunakan air yang dimasukkan ke dalam tangki penyemprot pestisida dengan volume yang diketahui. Tangki yang sudah diisi air diaplikasikan dengan berjalan seperti biasa hingga seluruh tanaman diaplikasi sama rata. Mencatat waktu saat mulai menyemprot sampai selesai. Air yang masih tersisa di dalam tangki dikeluarkan lalu menghitung volumenya. Selisih volume awal air dengan volume air sisa penyemprotan adalah volume larutan semprot yang akan diaplikasikan. c. Aplikasi lahan. Perlakuan penyemprotan fungisida azoxystrobin dilakukan sebanyak 3 kali dengan cara penyemprotan sesuai dengan Indonesian Good Agrycultural Practice IndoGAP. Dimulai dari munculnya bakal buah dengan kondisi sempurna bunga pada ujung bakal buah sudah mulai rontok, 10 hari setelah perlakuan pertama, dan ketika buah melon sudah mencapai kematangan 75 sebagai tanda panen. Kadar larutan azoxystrobin 200 mgL dengan aturan pakai 1 mlL larutan semprot untuk 600 Lha. Perhitungan kadar ditentungan dengan luas lahan dan hasil kalibrasi yang telah dilakukan. Penyemprotan fungisida dilakukan pada pagi hari maksimal pukul 08.00 WIB ketika lokasi lahan tidak berangin.

3. Pengambilan Sampel Buah dari Lahan Model Perkebunan Melon