5 Membuat kisi-kisi soal
Soal yang dibuat disesuaikan dengan kisi-kisi soal. Hal ini bertujuan untuk melihat hasil belajar untuk masing-masing indikator.
3.3.4 Validitas Instrumen
Menurut Gronlund, sebagaimana dikutip oleh Ayunanda 2012: 55, “validitas berkaitan dengan hasil suatu alat ukur, menunjukkan tingkatan, dan
bersifat khusus sesuai dengan tujuan pengukuran yang akan dilakukan. Oleh karena itu, validitas dapat digunakan dalam memeriksa secara langsung seberapa
jauh suatu tes telah berfungsi.” Validasi instrumen dalam penelitian ini meliputi:
3.3.4.1 Validitas Logis
Menurut Arikunto 2007: 65, validitas logis terpenuhi jika instrumen tersebut sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada.
Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu validitas isi dan validitas konstruksi. Menurut Arikunto 2007: 66, validitas isi
bagi sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi, sedangkan validitas konstruksi
menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan konstruksi, aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi. Validitas pada aspek ini
dilaksanakan dengan membuat instrumen berdasarkan kisi-kisi soal yang telah disusun kemudian mengajukan instrumen tersebut untuk dinilai kevalidannya
kepada dua orang validator ahli. Validator dalam penelitian ini adalah kedua dosen pembimbing. Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, baik untuk
soal tipe A maupun soal tipe B, maka dapat diketahui validitas dari masing-
masing soal. Untuk soal tipe A, setelah semua hasil indeks untuk masing-
masing soal diperoleh, lalu dibandingkan dengan indeks dengan taraf
signifikan 5 sebesar 0,355, diperoleh bahwa semua soal dapat dikatakan valid, karena indeks
untuk masing-masing soal melebihi indeks . Sedangkan
untuk soal tipe B, setelah semua hasil indeks untuk masing-masing soal
diperoleh, lalu dibandingkan dengan indeks dengan taraf signifikan 5
sebesar 0,339, diperoleh bahwa semua soal dapat dikatakan valid, karena indeks untuk masing-masing soal melebihi indeks
. Sehingga disimpulkan bahwa kedua tipe soal dapat dikatakan valid.
3.3.4.2 Validitas Empiris
Instrumen yang telah disusun dan divalidasi oleh ahli kemudian divalidasi empiris melalui uji coba instrumen. Dari hasil uji coba tersebut kemudian
dianalisis untuk menentukan soal mana saja yang termasuk dalam kategori baik yang layak dipakai untuk instrumen penelitian.
3.3.4.3 Analisis Perangkat Tes
Menurut Arikunto 2007: 206, analisis perangkat tes bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek,
sehingga dapat diperoleh informasi yang akan digunakan untuk menyempurnakan soal-soal untuk kepentingan lebih lanjut. Analisis perangkat tes dilakukan
terhadap hasil uji coba instrumen. Adapun analisis perangkat tes meliputi validitas butir soal, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan analisis daya pembeda.
3.3.4.3.1 Validitas Butir Soal
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suau instrumen tes. Menurut Arikunto 2010: 211, “sebuah instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.” Menurut Rudyatmi Rusilowati 2010: 69-70, rumus yang digunakan adalah rumus
korelasi product moment yaitu: . ∑
∑ ∑ . ∑
∑ . ∑
∑
Keterangan : koefisien korelasi tiap-tiap butir
: banyaknya siswa ∑
: jumlah skor item ∑
: jumlah skor total Perhitungan dilakukan dengan program Microsoft Excel untuk
memperoleh nilai . Setelah diperoleh nilai
, lalu dibandingkan dengan hasil r product moment dengan taraf signifikan 5. Butir soal dikatakan valid jika r
hitung
r
tabel
. Setelah dilakukan perhitungan untuk masing-masing tipe soal, maka diperoleh bahwa semua tipe soal valid. Karena
masing-masing butir soal melebihi
dengan taraf signifikan 5. Untuk soal tipe A, setelah semua hasil indeks
untuk tiap soal diperoleh, lalu dibandingkan dengan indeks dengan taraf signifikan 5 sebesar 0,355, diperoleh bahwa semua soal dikatakan
valid, karena indeks tiap soal tipe A melebihi indeks
. Sedangkan
untuk soal tipe B, setelah semua hasil indeks untuk tiap soal diperoleh,
lalu dibandingkan dengan indeks dengan taraf signifikan 5 sebesar 0,339,
diperoleh bahwa semua soal dikatakan valid, karena indeks tiap soal
melebihi indeks . Contoh perhitungan validitas soal uji coba ada pada
Lampiran 11. Tabel 3.2 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba Tipe A
Butir Keputusan
1 0,585
0,355 Valid
2 0,795 Valid
3 0,793 Valid
4 0,788 Valid
5 0,718 Valid
6 0,799 Valid
Tabel 3.3 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba Tipe B Butir
Keputusan 1 0,651
0,339 Valid
2 0,609 Valid
3 0,846 Valid
4 0,860 Valid
5 0,809 Valid
6 0,823 Valid
3.3.4.3.2 Reliabilitas
Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Artinya apabila tes tersebut dikenakan pada sejumlah subjek
yang sama pada lain waktu, maka hasilnya akan tetap sama atau relatif sama.
Menurut Arikunto 2010: 239, untuk mencari reliabilitas soal bentuk uraian digunakan rumus Alpha sebagai berikut.
∑
Keterangan : reliabilitas instrumen tes
k : banyaknya butir soal
∑ : jumlah varians butir soal
: varians
total Kriteria pengujian reliabilitas tes yaitu setelah didapat harga
kemudian dikonsultasikan dengan harga r product moment pada tabel, jika r
hitung
r
tabel
maka item tes yang diujicobakan reliabel. Dari hasil perhitungan analisis data pada soal tipe A yang telah diujicobakan, diperoleh
, . Sedangkan pada
soal tipe B diperoleh ,
. Setelah dibandingkan dengan tabel r
dengan taraf signifikasi 5 diperoleh kesimpulan bahwa soal uji coba baik tipe A maupun tipe B merupakan soal yang reliabel. Contoh
perhitungan reliabilitas soal uji coba ada pada Lampiran 12. Tabel 3.4 Hasil Analisis Reliabilitas Soal Uji Coba
Soal Tipe Keputusan
A 0,834 0,355 Reliabel
B 0,795 0,339 Reliabel
3.3.4.3.3 Tingkat Kesukaran
Menurut Rudyatmi Rusilowati 2010: 82, tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan
tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00-1,00.
Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu.
Menurut Rudyatmi Rusilowati 2010: 83, untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian digunakan rumus berikut.
Mean Jumlah skor peserta tes pada suatu soal
Jumlah peserta tes tingkat kesukaran
M
dengan kriteria tingkat kesukaran sebagai berikut. TK 0,3
: sukar ,
, : sedang
Tk 0,7 : mudah
Dari hasil perhitungan analisis soal yang telah diujicobakan diperoleh data bahwa soal pada tipe A yang termasuk dalam kategori mudah adalah soal nomor 2
dan 4. Sedangkan soal yang termasuk dalam kategori sedang adalah soal nomor 1, 3, 5 dan 6. Lalu untuk soal pada tipe B yang termasuk dalam kategori mudah
adalah soal nomor 1 dan 2. Sedangkan soal yang termasuk dalam kategori sedang adalah soal nomor 3, 4, 5, dan 6. Jadi, kedua tipe soal yang diujicobakan tidak ada
yang termasuk dalam kategori sukar. Contoh perhitungan tingkat kesukaran soal uji coba ada pada Lampiran 13.
Tabel 3.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Tipe A
Butir Indeks TK
Keputusan 1 0,67
Sedang 2 0,77
Mudah 3 0,52
Sedang 4 0,73
Mudah 5 0,64
Sedang 6 0,49
Sedang
Tabel 3.6 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Tipe B
Butir Indeks TK
Keputusan 1 0,77
Mudah 2 0,73
Mudah 3 0,55
Sedang 4 0,52
Sedang 5 0,62
Sedang 6 0,49
Sedang 3.3.4.3.4
Daya Pembeda Daya beda suatu butir soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk
dapat membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes berkemampuan rendah sedemikian hingga untuk peserta tes yang memiliki
kemampuan tinggi lebih banyak yang menjawab dengan jawaban benar dibanding dengan peserta tes dengan kemampuan rendah. Langkah-langkah menghitung
daya pembeda soal menurut Arikunto 2007: 211 adalah sebagai berikut. 1
Mengurutkan hasil uji coba dari skor tertinggi sampai terendah.
2 Menentukan kelompok atas dan bawah, yaitu kelompok atas sebanyak 50
dari jumlah peserta tes dan begitu juga dengan kelompok bawah. Menurut Zulaiha 2007: 25, rumus yang digunakan untuk menentukan
daya pembeda soal bentuk uraian yaitu: DP
Mean Mean
skor maksimun Keterangan
: daya pembeda soal Mean
: rata-rata skor siswa pada kelompok atas Mean
: rata-rata skor siswa pada kelompok bawah Skor maksimum
: skor maksimum yang ditetapkan Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut.
, :
diterima , :
diperbaiki :
ditolak Dari hasil perhitungan analisis soal yang telah diujicobakan diperoleh data
bahwa semua butir soal pada soal tipe A mempunyai indeks daya pembeda , . Hal yang sama juga terjadi pada semua butir soal tipe B, yaitu memiliki
indeks daya beda , . Contoh perhitungan daya pembeda soal ada pada
Lampiran 14.
Tabel 3.7 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba Tipe A
Butir Indeks DP
Keputusan 1 0,26
Diterima 2 0,34
Diterima 3 0,27
Diterima 4 0,26
Diterima 5 0,26
Diterima 6 0,28
Diterima
Tabel 3.8 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba Tipe B
Butir Indeks DP
Keputusan 1 0,28
Diterima 2 0,32
Diterima 3 0,29
Diterima 4 0,36
Diterima 5 0,33
Diterima 6 0,32
Diterima
3.3.5 Kriteria Pemilihan Soal