kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta siswa
dengan siswa dalam mempelajari matematika tersebut.
2.4 Hasil belajar
Menurut Anni 2007: 5, hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mereka mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-
aspek perubahan perilaku tersebut bergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa.
Menurut Hamalik 2006: 30, hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek dari tingkah laku manusia. Aspek-aspek tersebut
adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis dan budi pekerti, dan sikap.
Bloom sebagaimana dikutip oleh Anni 2007: 6, membagi hasil belajar menjadi 3 ranah, yaitu:
1 Ranah kognitif, berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2 Ranah afektif, berkaitan dengan sikap yang terdiri dari penerimaan, jawaban
atau reaksi, dan penilaian. 3
Ranah psikomotorik, berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Ketiga aspek hasil belajar diperoleh dengan cara yang berbeda. Aspek afektif dan psikomotor diperoleh dari sistem tagihan yang digunakan untuk mata
pelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Tidak semua mata pelajaran memiliki aspek psikomotor, hanya mata pelajaran tertentu saja yang dinilai aspek
psikomotornya, yaitu yang melakukan kegiatan praktik di laboratorium atau bengkel. Aspek afektif diperoleh melalui kuesioner atau pengamatan yang
sistematik. Sedangkan aspek kognitif diperoleh dari tes formatif. Meskipun demikian, dalam penelitian ini peneliti membatasi pembahasan
secara khusus hanya pada pada ranah kognitif saja dengan penekanan pada bentuk tes yang tertulis. Dengan demikian, istilah hasil belajar mengacu pada tes prestasi
belajar pada ranah ukur kognitif dalam bentuk tertulis.
2.5 Model Pembelajaran Kontekstual CTL
Contextual Teaching and Learning
Menurut Suyitno 2004: 32, model pembelajaran kontekstual merupakan model pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Menurut Sugiyanto 2009: 16-17, landasan filosofis CTL adalah
konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak
mereka sendiri-sendiri. Dengan pendekatan kontekstual CTL, proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk
bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Pembelajaran berbasis CTL
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yaitu: konstruktivisme Contructivism, bertanya Questioning, menemukan Inquiry, masyarakat
belajar Learning community, pemodelan modelling, refleksi Reflection dan penilaian sebenarnya Authentic assessment.
Jadi, pembelajaran kontekstual merupakan sebuah model pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang sedang diajarkan oleh guru dengan
kehidupan nyata siswa, hal ini dikarenakan pembelajaran kontekstual menekankan pengetahuan harus dikonstruksi dalam benak siswa sendiri-sendiri, sehingga siswa
harus mengalami sendiri kegiatan pembelajaran.
2.6 Prosedur Newman